Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Petani Harus Menanam Benih agar Bisa Menuai, Tanpa Menanam Tidak akan ada Kehidupan

28 Juli 2018   08:49 Diperbarui: 28 Juli 2018   09:20 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: civileats.com

Petani Harus Menanam Benih agar Bisa Menuai. Tanpa Menanam tidak akan ada Kehidupan

Seorang petani sangat faham bahwa pekerjaannya adalah menanam benih dan terus menanam, sebab apabila dia tidak menanam maka petani ini tidak pernah akan bisa menuai. Petani juga sangat mengerti apabila tidak menuai maka dia tidak akan memperoleh hasil, dan akibatnya adalah si petani tidak akan memperoleh makanan baik untuk dirinya sendirinya dan juga untuk keluarganya. Dan apabila hal ini yang akan terjadi maka hidup mereka akan mengalami banyak masalah.

Itu sebabnya, seorang petani tidak pernah lelah untuk menanam sepanjang kehidupannya hingga ajalnya tiba dan hidupnya diduniapun selesai. Anak-anaknya pasti akan meneruskan pekerjaannya untuk menanam, menanam dan terus menanam. Menanam itu menjadi cara mendasar untuk bisa mempertahankan keberlangsungan dan kesinambungan sebuah kehidupan. Berhenti menanam sama saja akan mengakhiri sebuah kehidupan.

Apa yang dikerjakan oleh seorang petani merupakan prinsip dasar kehidupan yang berlaku secara universal, dimana saja di atas muka bumi ini. Tak terkecuali negara manapun dan manusia dimanapun dengan langit warna apapun. Semuanya harus bekerja untuk menanam agar bisa menuai dan bisa makan dan kehidupan akan terus belanjut dan belanjut.

Menanam menjadi sebuah pelajaran kehidupan yang sangat fundamental. Artinya tidak akan pernah ada hasil apabila tidak pernah menanam. Tidak akan pernah terjadi apa-apa sampai seseorang menanam. Menanam menjadi awal dimulainya kehidupan itu. Pertumbuhan hanya mungkin mulai terajdi setelah pekerjaan menanam  dilakukan. 

Apalagi berbicara tentang hasil, tidak mungkin tanpa tanpa dimulai dengan menanam terlebih dahulu.  Dan seroang petani sangat memahami hal ini, sehingga petani tak pernah bosan apalagi berhenti menanam. Menanam berarti hidup, berhenti menanam berarti hidup selesai.

Menanam itu menjadi hukum dasar kehidupan. Tanamlah benih maka Anda akan menuai hasil dari benih itu. Benih apa yang ditanam itu menjadi pilihan. Pilihan utama apa yang menjadi kebutuhan Anda mulailah menanamnya. Setiap kali Anda memiliki kebutuhan, tanamlah benih.

Apa pun yang Anda butuhkan tanamlah benihnya masing-masing agar Anda bisa menuai pada waktunya.  yaitu:

  •  lebih banyak waktu,
  • lebih banyak tenaga,
  • lebih banyak uang,
  • lebih banyak dukungan,
  • lebih banyak hubungan,
  • lebih banyak hikmat

Apabila Anda membutuhkan lebih banyak waktu, berikan lebih banyak waktu untuk anak-anak Anda. Jika Anda membutuhkan lebih banyak uang, berikan kepada seseorang yang lebih membutuhkan. Jika Anda membutuhkan lebih banyak hikmat, berbagilah hikmat yang Anda miliki kepada orang lain. Persembahkan diri Anda untuk kemuliaan Tuhan agar menulai lebih banyak hikmat daripadaNYA

Benih Harus "Mati"

Seorang Nabi besar mengatakan bahwa "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah."

Pesan moral yang sangat penting dan mendasar ini menjelaskan bahwa menanam benih sama saja "menguburn"-ya didalam tanah, yang maknanya bahwa benih itu harus mati dahulu dengan berada didalam bawah tanah yang gelap gulita dan dalam jangka waktu tertentu, benih ini akan berubah, menumbuhkan tunas, dan tunas itu akan menembus tanah naik keatas dan menjadi sebuah kehidupan baru yang menghasilkan buah-bauhnya.

Menanam benih, menguburnya dalam tanah dalam waktu panjang, menegaskan bahwa menanam itu merupakan tahapan awal kehidupan yang membutuhkan pengorbanan. Harus ada yang dikurbankan dahulu sebelum ada kehidupan dan menghasilkan buah-buah yang menjadi sumber hidup. Tanpa pengorbanan, benih tidak akan pernah tumbuh apalagi menhasilkan buah. Tanpa kemampuan mengorbankan sesuatu benih maka niscaya akan memperoleh hasil dan kehidupan.

Menanam itu Tindakan Orang Beriman

 Belajar dari seorang petani tidaklah terlalu sulit, namun yang sulit adalah memahami makna hakiki dari pekerjaan seorang petani, khususnya menanam, menanam dan terus menanam benih. Apakah yang petani lakukan ketika ia memiliki ladang tandus yang tidak menghasilkan apapun? Apakah petani ini mengeluh, menyesal, marah-marah? Tidak, petani sama sekali tidak pernah mengeluh.

Yang petani lakukan adalah mulai menanam benih, karena petani sangat mengerti bahwa tidak akan terjadi apa-apa sampai dia mulai menanam benih. Langkah awal adalah "bekerja menanam benih", dan bukan untuk menesali tandusnya tanah yang dimiliki. Yang penting tanam dahulu. Tentu saja si petani ini bisa mendoakannya, tetapi itu tidak akan menghasilkan panen. Karena yang mengasilkan panen adalah pekerjaan menanam beinh, itu sebabnya Ia harus mulai menanam benih.

Sesungguhnya tindakan petani untuk menanam benih itu merupakan tindak orang yang beriman kepada Tuhan yang diyakininya. Petani menyadari bahwa tidak mungkin akan Tuhan datangkan dari langit panen yang dibutuhkan tanpa dia mulai menanam benihnya. Ini menjadi sangat penting dan vital. Karena banyak orang merasa beriman tetapi tidak penah menanam benih. Yang dilakukan adalah berdoa terus meminta hasil panen dari Tuhan. Ini salah sama sekali.

Artinya begini, mungkinkah Anda berpikir Andalah yang menunggu Tuhan. Anda berpikir Anda sedang menunggu Tuhan untuk mewujudkannya. Anda berpikir Anda sedang menunggu Tuhan untuk mengirimkan Anda pasangan hidup. 

Anda berpikir Anda sedang menunggu Tuhan untuk rezeki nomplok. Tetapi Tuhan berkata, "Engkau sedang menunggu-Ku? Aku yang sedang menunggumu! Aku sedang menunggumu untuk menanam benih." Segala sesuatu dalam hidup ini dimulai dari sebuah benih, apakah itu menyangkut hubungan, pasangan hidup dan pernikahan, hubungan atau relasi bisnis. Tidak akan ada yang terjadi sampai benih itu ditanam.

Tanpa Pengorbanan Kehidupan Tidak Ada

Tidak mudah mencari dan menemukan orang yang belajar dengan tekun seperti seorang petani yang selalu setia menanam benih. Zaman sekarang ini didominasi oleh sikap yang pragmatisme, dimana setiap orang hanya mau melakukan sesuatu yang bermanfaat secara ekonomi bagi dia secara instan saja. Mau menanam benih ?, hmm tunggu dulu, karena itu butuh waktu yang lama, butuh biaya besar, butuh waktu yang lama dan belum tentu hasilnya  ada dan mencukup kebutuhannya dan keturunannya.

Era sekarang yang disebut era digital dan disrupsi, ditunjukkan oleh sikap orang yang mau taat kepada sebuah proses, tetapi langsung ke hasilnya saja. Akibatnya adalah kecenderungan setiap orang untuk "melakukan apa saja, bahkan menghalalkan segala cara untuk memanen seketika".  Bila perlu mengorbankan kepentingan orang lain, demi bisa memanen seketika. 

Akiabtnya, orang cenderung belajar menjadi sangat pinter untuk memanipulasi situasi, termasuk memanipulasi hukum, aturan, moral dan kode etik kehidupan demi bisa memanen seketika.

Era sekarang yamh disebut-sebut genearasinya milenial, dipunhi oleh kisah dan cerita para penguasa, pemilik kewenangan public yang berlebihan tetapi melakukan tindakan koruptif, mencuri sumberdaya yang bukan miliknya, mengatasnamakan kepentingan orang lemah dan miskin, dan merancang berbagai strategi jitu hanya demi memanen seketika saja, dan tidak pernah berusaha memikirkan untuk mulai menanam.

Bila sikap dan perilaku menyimpang ini terus berlanjut maka kerberlangsungan kehidupan yang baik dan benar, seperti yang dilakukan dengan setia oleh seorang petani, akan terhenti dan kehancuran kehidupan akan menjadi legasi terjelek yang seharusnya tidak boleh terjadi.

Hanya orang yang memahami dan mengerti dengan benar makna kehidupanlah yang mampu melakukan pengorbanan sebagai benih-benih yang menumbuhkan kehidupan. 

Mereka yang rela mengorbankan hidupnyalah yang menjadi sumber kehidupan yang baru dan menjaga keberlangsungan kehidupan yang lebih baik dunia yang fana ini. Dan sesungguhnya sikap yang rela berkorbanlah yang ditunggu dan diberkati oleh Tuhan. Inilah sikap yang ingin Tuhan  berkati dan yang akan menghasilkan buah dalam hidup ini.

Saya bermimpi, berharap bahwa Andalah termasuk orang yang bersedia berkorban demi kelangsungan kehidupan yang lebih baik. Tetap Semangat !

Yupiter Gulo, 28 Juli 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun