Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Paradigma Usang Pemimpin yang Gagal, Segeralah Pindah ke Paradigma Baru

9 Juli 2018   23:44 Diperbarui: 12 Juli 2018   09:42 4123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: cannadianinnovators.org)

Contoh lainnya, The Arab Spring, sebuah gelombang protes revolusioner di dunia Arab itu dimulai pada akhir 2010, telah menciptakan lingkungan yang hiruk-pikuk untuk bisnis yang beroperasi di wilayah ini serta meningkatnya ketidakpastian dan ketidakstabilan perusahaan di seluruh dunia. 

Ketidakstabilan tetap meningkat di seluruh dunia dunia Arab menyebabkan masalah bagi organisasi lokal dan asing.

Lihat misalnya yanga terjadi di Uni Eropa (UE), Spanyol, Irlandia, dan khususnya Yunani mengalami kesulitan membayar hutang mereka, menyebabkan kemungkinan perpecahan sistem euro (mata uang tunggal yang diadopsi oleh negara-negara Uni Eropa). 

Pemimpin perusahaan multinasional melakukan bisnis di negara-negara Uni Eropa harus bersiap menghadapi yang terburuk dan mengambil langkah melindungi diri sendiri, serta mempertimbangkan apa yang akan dilakukan jika  kembali ke mata uang nasional.  

Mempertahankan sesuatu yang stabil sesungguhnya menjadi usaha yang sia-sia belaka. Yang dibutuhkan adalah upaya dan reaksi gerak sangat cepat agar tidak ketinggalan mengikuti perubahan yang ada dan akan terus ada. Bila perlu harus mendahului perubahan itu. Ini artinya paradigma stabilitas tidak menjadi jawaban persoalan yang ada.

Pemimpin terbaik hari ini menerima keniscayaan perubahan dan krisis dan memanfaatkannya, mereka sebagai sumber potensial energi dan pembaharuan diri. Kemampuan beradaptasi adalah semboyan hari ini.  

Bahwa kesuksesan organisasi hasil dari pemimpin yang bisa tetap tenang, fokus, dan disiplin dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan yang tak terelakkan.

Kedua, From Controller to Facilitator

Para pemimpin yang sedang berkuasa pernah percaya bahwa kontrol yang ketat dibutuhkan organisasi yang berfungsi efisien dan efektif. Hirarki organisasi yang ketat, pekerjaan terstruktur dan proses kerja, prosedur yang terperinci dan mengikat semua orang, bahwa orang-orang di puncak memiliki kekuatan dan mereka yang berada di bawah tidak memiliki kuasa apapun.

Saat ini, asumsi usang tentang distribusi kekuasaan tidak lagi bisa diterima. Penekanan pada kontrol dan kekakuan berfungsi untuk memadamkan motivasi, inovasi, dan moral sehingga bukan lagi  menghasilkan capain yang diinginkan tetapi ambruknya moral dan semangat kerja karyawan.

Pemimpin yang efektif berbagi kekuasaan ketimbang menimbunnya dan menemukan cara untuk meningkatkan kemampuan otak organisasi dengan mendapatkan semua orang yang terlibat dan berkomitmen dalam organisasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun