Setelah hampir sebulan mengikuti, menikmati dan menjadi pengamat "jagoan" di depan televisi nyaris hampir setiap malam, akhirnya harus diakui bahwa hanya 4 Tim Bola Dunia 2018 yang terbaik. Yaitu Perancis, Belgia, Inggris dan Kroasia. Apapun alasan dan pertimbangan kritis yang sudah diberikan selama ini menilai penampilan setiap pemain, maka pada akhirnya seluruh dunia harus mengakui bahwa hanya empat negara inilah yang memiliki Tim Pemain Bola Dunia 2018 yang terhebat.
Setiap pengamat dan penikmat bahkan maniak sepakbola boleh beradu argumen tentang jitunya ramalan setiap pertandingan selama sebulan ini, dan bahkan faktor-faktor kunci keberhasilan maupun kegagalan setiap tim dalam setiap laga, saatnya me-review dan merevisi alasan atau pertimbangan mengapa gagalnya sebuah tim hebat seperti Argentina, Brazil, bahkan Portugal dan Spanyol sekalipun, dan kenapa koq bisa lolos tim-tim yang semula tak diunggulkan, walaupun hanya sampai pada babak 16 atau 8 besar.
Ini permainan sepakbola, yang diakui seluruh penikmat bola sebagai salah satu jenis olah raga yang lebih banyak fairness-nya dari kecurangan. Apalagi sekaliber piala dunia yang hanya 4 tahun sekali, dan menjadi tontonan manusia sejagad, sehingga keadilan dan kecanggihan setiap pemain bisa dinilai semua mata diseluruh dunia.Â
Ditambah lagi penggunaan teknologi multi media, komunikasi dan informasi yang luar biasa canggihnya, sehingga real time dilihat langsung setiap detail permainan dilapangan hijau.Â
Wasitpun sangat tertolong bila terjadi pelanggaran, dengan cara melihat dilayar TV rekaman tentang pelanggaran. Penonton puas, beberapa kali kejadian, wasit menetapkan pelanggaran pemain namun setelah dilihat rekamannya dibatalkan keputusannya dan dikembalikan ke jalan yang benar. Penontonpun sangat puas dengan jagoannya masing-masing. Sungguh luar biasa!
World Cup 2018 Penuh Kejutan
Harus diakui bahwa laga piala dunia 2018 kali ini penuh dengan kejutan-kejutan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Baik dari sisi kekalahan dari sejumlah tim yang sesungguhnya sudah banyak diunggulkan dan diramalkan menjadi yang terbaik bahkan menjadi juara, tetapi juga kejutan karena kemenangan dari sejumlah tim yang semula hanya dilihat sebagai pelengkap saja tetapi ternyata lapangan hijau berbicara lain, mereka unggul.
Yang paling fenomenal dan banyak memunculkan teori persepakbolaan yang baru, maupun patah dan gugurnya berbagai mitos dalam perlagaan sepak bola sedunia ini adalah kekelahan telak dan sungguh memalukan dari Tim Jerman dipecundangi oleh Korea Selatan yang sama sekali tidak diperkirakan. Kendati Korea tidak bisa melaju ke babak selanjutnya,tetapi menjadi prestasi luar biasa karena mengalahkan juara lagendaris Jerman.
Kekalahan Jerman menjadi issue yang luar biasa dikalangan persepakbolaan. Berbagai kesimpulan bermunculan seperti "kutukan juara bertahan" dan "kesombongan menjadi jauara bertahun-tahun" telah menyita perhatian dunia laga bola ini. Bagi Jerman tidak pernah bermimpi dikalahkan oleh Tim seprti Korea Selatan, dan memang betul-betul menjadi mimpi buruk Negara ini.Â
Banyak orang yang menyalahkan pelatihnya Jochny Low, tetapi banyak juga yang berpendapat karena Tim Jerman sangat memandang remeh terhadap Korea Selatan. Â Kekalahan ini menyakitkan karena sebetulnya Jerman yang menjadi juara bertahan dan nomor urut satu peringkat FIFA akan menyimpan kisah ini seumur hidup mereka. Dan bagi Korea Selatan dan Negara-negera lainnya kemenangan ini menjadi kejutan dan motivasi untuk terus menjadi lebih baik.
Kejutan lainnya yang tidak bisa dihindari adalah kekalahan Tim besar seperti Argentina yang dimotori oleh pemain dunia Messi, Portugal yang didalamnya ada icon sepak bola dunia Christian Ronaldo, kandasnya Tim Spanyol dibawah tuan rumah Rusia, dan terakhir gugurnya Tim Brazil dibawah Tim Belgia.Â
Ini kejutan karena mengapa tim ini kalah sementara didalamnya ada bintang-bintang persepakbolaan dunia. Ada apa dengan mereka sehingga begitu mudah kalah?. Kekecewaaan penonton diluruh dunia sungguh mewarnai situasi pertandingan.
Masuknya Era Disrupsi dalam Piala Dunia 2018
Menjawab pertanyaan mengapa banyak juara dunia berguguran dalam piala dunia kali ini, sejumlah diskusi lepas dikerumunan penikmat sepakbola dunia ini, mengatakan masuknya era disrupsi dalam laga sepakbola.Â
Artinya, meramalkan siapa yang akan memenangkan pertandingan pada setiap babak dan setiap group untuk setiap level tidak bisa lagi menggunakan garis linier atau garis lurus. Penggunaan ramalan linier akan memakasakan pilihan terbaik dan pemenang pada tim selama ini menjadi langganan juara, seperi Jerman, Argentina, Portugal ataupun Brazil.
Efektifitas ramalan dengan menggunakan garis liner, membutuhkan pengecekan akurasi tentang asumsi-asumsi yang melandasi ramalan itu. Dan ternyata dibagian asumsi inilah ramalan garis lurus itu gagal.Â
Asumsinya tidak memenuhi syarat secara empiris dan karenanya ramalannya salah. Cilakanya pula adalah seluruh pemain dalam tim yang diramalkan juga ikut-ikutan merasa akan menjadi pemenang dan juaranya. Akibatnya, lupa diri, dan mengabaikan lawan yang semula dianggap remeh ternyata unggul.
Inilah eranya disrupsi, dimana garis linier tidak ampuh meramalkan sesuatu secara akurat. Disrupsi menjadi pilihan melihat kecenderungan yang akan terjadi, karena munculnya variabel atau faktor-faktor baru dalam meramalkan keunggulan suatu tim. Variabel-variabel baru yang menentukan kemenangan suatu Tim, sangat tergantung situasi yang sedang dihadapi.Â
Maksudnya, tergantung siapa lawannya, dan susunan kekuatan lawan, aspek psikologis pemain tim, dan strategi yang dipilih untuk menghancurkan lawannya. Ini semua sangat tergantung dari pelatih yang mengatur strategi dan taktik berperang dilapangan.
Tim Korea Selatan tampil sangat prima, kompak, penuh stamina dan sangat energik. Nyaris mampu mengejar setiap bola yang meluncur. Tim Korea Selatan mengakui bahwa mereka merasa dianggap rendah dan remeh oleh Jerman sehingga menjadi daya dorong bagaikan anak panah keluar dari busur untuk mencetak gol.Â
Bila melihat langsung permainannya, mereka tampil tanpa beban seakan meluncur kemana-mana. Hal yang sama juga bisa disaksikan pada tim lainnya yang semua tidak diunggulkan seperti Kroasai, dan bahkan tuan rumah sendiri yaitu Tim Russia.
Teori-teori persepakbolaan yang selama ini ini dijadikan panduan seperti total foodballnya Jerman dan Belanda, tidak lagi mampu mempertahankan kemenangan yang diinginkan. Tapi, variabel kunci yang baru muncul adalah konektifitas dan akurasi.Â
Dari 4 tim dari empat negara yang masuk semi final dapat disaksikan bagaimana koneksitifitas itu efektifis untuk menjebol gawang musuh. Lihat over-overan bola, nyaris seperti sarang laba-laba yang mengalirkan bola dari satu kaki kekaki lainnya hingga ujungnya gol.
Ketepatan pengiriman bola menjadi kunci keberhasilan. LIhat  bagaimana bola pindah dari satu pemain ke pemain lainnya. Hanya yang memiliki keakuratan terbaik yang mampu memembus gawang musuh.
4 Tim Terbaik Dunia, 4 Negara
Pada akhirnya 4 tim inilah yang akan menjadi puncak menikmati akhir dari Piala Dunia 2018. Keempat Tim ini wajar menjadi yang terbaik untuk empat tahun kedepan. Bahwa mereka akan diadu menjadi juara satu, dua, tiga dan empat akan menjadi sebuah arena untuk dinikmati oleh seluruh penonton sedunia ini, serta melihat bagaimana sebuah pola permainan sepak bola dalam era yang penuh kejutan. Lupakan untuk sementara tokoh-tokoh seperti Ronaldo, Messi dan Nymar yang sudah tidak memiliki legitimasi lagi dalam laga piala dunia 2018 ini.
Keempat Tim yang Lolos Semifinal ini memiliki karakteristik yang khas. Inggris dan Perancis yang sementara ini menjadi pilihan untuk menjadi juara satu dan dua, dan Belgia dan Kroasia menjadi pilihan untuk masuk pada urutan 3 atau  empat. Apakah seperti ini hasilnya nanti pada tanggal 11, 12, 14 dan 15 Juli 2018 akan menjadi daya magnik untuk tidak boleh absen menontonnya dengan seksama.
Walaupun masih banyak kekurangan akan tetapi Manajer Manchester United, Jose Mourinho, menilai, Timnas Inggris punya peluang emas melaju ke final Piala Dunia 2018. Penilaian yang diberikan beberapa hari yang lalu ternyata terbukti hingga masuk babk semi final pada Kamis tanggal 12 Juli yang akan datang.Â
Walaupun Tim Inggris tidak didominasi oleh tokoh-tokoh sepak bola dunai semacam Christian Ronaldo, tetapi anak-anak muda yang masih sangat energik dan tanpa beban, menjadi salah satu kekuatan dari Tim Inggris untuk bermain habis-habisan dengan strategi bertahan yang sangat kokoh.
Nama Kroasia telah menjadi icon dan viral bagi penonton, tidak saja karena keuletannya dalam setiap bermain, tetapi juga tim ini bermain selalu menunjukkan keperkasaannya. Catatan menunujukkan bahwa Kroasia merupakan kali kedua ke fase ini setelah mereka berhasil ke semifinal Piala Dunia 1998 atau 20 tahun silam.Â
Kroasia menyamai rekor Argentina yang lolos ke perempat final dan semifinal melalui dua kali adu penalti pada Piala Dunia 1990. Laga Rusia vs Kroasia merupakan adu penalti keempat pada pesta sepak bola dunia di Rusia, namun untuk kali pertama tercatat gol di babak perpanjangan waktu 2x15 menit tersebut.
Gol penyama skor Rusia menjadi 2-2 yang dicetak pada menit ke-115 merupakan gol pertama Mario Fernandes dalam ajang internasional membela negaranya. Sejak 1986 setidaknya selalu ada minimal satu pertandingan di babak perempat final yang dilanjutkan melalui extra time dan adu penalty (https://www.cnnindonesia.com)
Dalam semifinal akan berhadapan Perancis dengan Belgia sebagai pembuka babak semifinal. Kedua tim ini harus diakui memiliki record yang sangat baik. Walaupun  begitu, Tim Perancis selama babak penyisihan telah memperlihatkan kosistensi kinerja yang luar biasa. Dikalangan komunitas penikmat sepabola, Tim Perancis diunggulkan sebagai tim yang masuk final.
Selamat menjadi penonton yang hebat !
Yupiter Gulo, 8 Juli 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H