Mencari Pemimpin Negeri
Salah satu tagline di sebuah acara stasiun televisi adalah "Mencari Pemimpin Negeri", sebagai salah satu upaya untuk mengawal proses Pilkada Serentak 2018 yang baru saja usai Rabu, 27 Juni 2018 yang lalu.Â
Walaupun hasil perhitungan final dari KPU masih dalam proses, yang diharapkan selesai dan akan diumumkan pada tanggal 9 Juli 2018 yang akan datang, akan tetapi dari perhitungan-perhitungan QA - Perhitungan Cepat yang dilakukan oleh sejumlah Lembaga Survei, sesungguhnya sudah mulai kelihatan siapa-siapa saja yang memenangkan Pertarungan Pilkada Serentak 2018 ini, baik pada level Kabuptaen dan Kotamadya, maupun pada Level Provinsi atau Gubernur.
Tulisan kali ini tidak bermaksud untuk membedah dan menganalisis siapa-siapa yang yang terpilih sebagai pemenang dalam kontestasi politik serentak ini, karena sangat sungguh banyak ulasan dan kajian tentang ini. Bahkan berbagai analisis sudah sangat jauh dan mendalam untuk menuju puncak tahun politik 2019, saat Pemilihan Legislatif, Pileg, dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Namun, tulisan kali ini akan coba mengintrodusir sedikit sebagai pengenalan terhadap Gaya Kepemimpinan yang dikenal sebagai Destructive Leader, atau Pemimpin yang Menghancurkan.Â
Sejak satu dekade terakhir, ada banyak kajian ilmiah melalui hasil penelitian tentang Gaya Kepemimpinan yang Destructive ini. Kendati gaya derstruktif ini tidak diharapkan, tetapi tidak tertutup kemungkinan akan selalu hadir ditengah-tengah masyarakat atau disebuah organisasi baik organisasi bisnis maupun non bisnis. Bisa saja tampil secara vulgar terang-terangan, atau bisa secara sembunyi-sembunyi. Namun, apappun tampilan gayanya, maka harus disadari dan difahami bahwa Destructive Leader ini tidak baik karena hasil akhirnya adalah kehancuran.
Pengertian Destructive Leader
Dalam sebuah jurnal Einarsen, Aasland, Skogstad (2007) memuat hasil penelitian mereka berjudul Destructive leadership behavior: A definition and conceptual model, memberikan pengertian dari Destructiver Leadership Behavior, yaitu:
Destructive leadership behaviour is defined as the systematic and repeated behaviour by a leader, supervisor or manager that violates the legitimate interest of the organisation by undermining and/or sabotaging the organisation's goals, tasks, resources, and effectiveness and/or the motivation, well-being or job satisfaction of his/her subordinates.
Secara sederhana dapat difahamai bahwa Gaya Kepemimpinan Destruktif adalah perilaku pemimpin yang melanggar visi dan/atau tujuan organisasi yang dilakukan secara sistematik dan berulang-ulang dengan cara sabotase, menyalahgunakan wewenang dan sumber daya yang ada serta merendahkan martabat bawahannya.
Liz Lopez dalam sebuah artikelnya berjudul What we know about ... destructive leadership (2014) menyebutkan beberapa contoh extrim pemimpin yang memilih gaya destructive adalah Hitler, Stalin, Genghis Khan. Dan sangat mungkin orang-orang seperti ini juga hadir dan ada dan muncul dalam lingkungan perusahaan atau organisasi yang ada saat ini dan dimasa yang akan datang.
Sebagai seorang pemimpin yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan sebuah organisasi dan karenanya semua pengikutnya harus mengikutinya, maka seorang yang memilih gaya yang menghancurkan ini pada dasarnya memiliki tujuan-tujuan yang tidak umum, bahkan agak khusus. Dalam kasus Hitler misalnya, gayanya yang menghancurkan tentunya dalam rangka memenangkan peperangan antara negara atau sekutu lawannya.
Jenis-Jenis Destructive Leader
Dalam prakteknya penampakan Pemimpin yang Destruktif ini bisa berbeda-beda, baik secara halus maupun secara terang-terangan. Paling tidak ada tiga macam penampilan gaya seorang pemimpin yang menghancurkan ini yaitu tyrannical, derailed, dan supportive diloyal
Pertama, Â Tyrannical. Penampakan gaya pemimpin destructive yang tiranical ini muncul dalam bentuk sikap manipulative, suka merendahkan, sangat bersemangat menghina atau mem-bully, dan cenderung jahat terhadap bawahannya.
Gaya Tyrannical : Manipulatif, Merendahkan, Bully, Jahat
Kedua, Derailed. Seorang pemimpin yang derailed menunnjukkan sikap dan perilaku serius seperti malas dalam melakukan apa saja dalam kepemimpinannya, paling doyan menyalahkan kekuasaan dan wewenang yang dimilikinya untuk kepentingan yang bukan urusan perusahaan atau organisasi, perilaku curang, menipu selalu mendominasi dalam mengendalikan organisasinya.
Gaya Derailment : Malas, Menyalahgunakan- wewenang, Fraud
Ketiga, Supportive-Disloyal. Pemimpin yang memiliki pertimbangan pada bawahannya untuk melakukan sesuatu namun pada sisi lainnya akan mengganggu bahkan mengrongrong pemenuhan tugas yang menjadi tanggungjawab  bawahannya. Contoh sederhana yang bisa diamati adalah pemimpin ini memberikan tugas dan tanggungjawab kepada bawahannya secara berlebihan dan tidak masuk akal, tugas-tugas yang dibebankanpun sering melanggar ketentuan atau aturan yang berlaku dalam organisasi.
Mengapa Muncul Pemimpin Destruktif
Pada tahun 2010, Aasland et al,.(2010) menemukan ada kecenderungan yang semakin meningkat munculnya pemimpim-pemimpin yang bergaya destruktif ini. Lalu, mencajdi menarik, mengapa muncul mereka dan apa yang menjadi pendorong kuat kehadiran mereka?
Aryee dkk. (2007) menemukan bahwa individu yang memiliki kebutuhan yang mendasari untuk mengontrol dan tidak dapat mengelola emosi mereka cenderung untuk terlibat dalam pengawasan yang kasar. Mumford dkk. (1993) juga menemukan bahwa individu cenderung terlibat dalam perilaku destruktif ketika self-efficacynya berada pada titik yang sangat rendah.
Yang menarik adalah munculnya kecenderungan bahwa Gaya Kepemimpinan Karismatik juga dicurigai sebagai destruktif. Arinya, kepemimpinan kharismatik  telah secara khusus disorot sebagai anteseden potensial untuk kepemimpinan destruktif. Walaupun secara umum difahami bahwa kharisma itu sendiri tidak merusak, sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa kharisma sering menjadi alat yang digunakan oleh para pemimpin yang merusak untuk memanipulasi pengikut mereka (Einarsen et al., 2007; Ferris et al., 2007; Padilla et al., 2007; Pelletier, 2012).
Hasil kajian dari Krasikova dkk. (2013) lebih lanjut merekomendaikn bahwa sifat-sifat segitiga gelap  seperti Machiavellianism, Narsisisme, dan Psikopati sebagai prediktor potensial dari kepemimpinan destruktif, dan perlu diwaspadai dan diantisipasi dengan cermat. Tidak tertutup kemungkinan bahwa penampilan para Pemimpin destructive ini muncul dalam bentuk yang halus tetapi penuh daya manipluatif.
Sumber Kekuatan Destructive Leader?
Sebagai sebuah pilihan strategi gaya kepemimpinan menunjukkan bahwa Model Segitiga Beracun untuk kepemimpinan destruktif (Padilla et al., 2007) menunjukkan interaksi tiga faktor kunci, yaitu pemimpin destruktif, pengikut yang rentan, dan lingkungan yang kondusif.
Pengikut yang rentan dapat dilihat sebagai Conformers (individu dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi, evaluasi inti-diri yang rendah, dan kedewasaan rendah) atau Colluders (individu dengan ambisi, pandangan dunia yang sama sebagai pemimpin yang merusak, dan nilai-nilai buruk). Lingkungan yang kondusif cenderung tidak stabil, terancam (nyata atau dirasakan), tidak ada pemeriksaan dan keseimbangan, atau lembaga yang tidak efektif.
Lebih lanjut Thoroughgood et al. (2012) lebih diperluas pada peran pengikut yang rentan, dan mengklasifikasikannya ke dalam lima jenis, yaitu (i) jiwa yang hilang, (ii) otoritarian, (iii) pengamat, (iv) oportunis dan (v) pembantunya. Secara khusus, mengidentifikasi konformer sebagai jiwa yang hilang "tertarik pada pemimpin karismatik yang mereka yakini dapat memberi mereka kejelasan, arah, dan peningkatan harga diri".Â
Otoritas merasakan kewajiban untuk mematuhi berdasarkan status dan posisi pemimpin; orang yang pasif dan termotivasi oleh rasa takut. Di sisi lain, para kolektor adalah oportunis, yang kepribadiannya cenderung mirip dengan pemimpin destruktif, dan yang menjalankan perintah dalam keyakinan transaksional bahwa mereka akan mendapatkan sesuatu sebagai gantinya; atau mereka adalah pembantunya yang "berbagi nilai dan tujuan yang kongruen dengan pemimpin", dan mengikuti pemimpin yang merusak seperti yang konsisten dengan nilai-nilai pribadi mereka sendiri.
Pemimpin Destruktif itu Merusak !
Apa yang diharapkan dari seorang pemimpin yang destruktif ? Â Jawabannya, tentu saja tergantung sudut pandang apa yang dipakai untuk melihatnya. Namun, yang jelas bahwa gaya kepemimpinan ini pasti menghancurkan, tidak saja bagi karyawannya tetapi juga bagi organisasi yang dipimpinnya. Sebab, semuanya menjadi kontraproduktive.
Dipastikan, bahwa apabila bawahan atau karyawan merasakan pimpinannya seorang destroyed maka keinginan untuk berpindah tempat kerja menjadi pilihan utamanya.Â
Kendati tidaklah semua orang mampu melakukannya terutama ketika sudah sangat lama mengabdi ditempat kerjanya itu. Atau kalau tidak mau keluar dari tempat kerjanya maka perilaku kerja yang kontraproduktif dapat dilihat di sini sebagai tindakan pembalasan, atau bahkan sebagai tanda kehadiran budaya organisasi negatif yang memungkinkan kepemimpinan destruktif ada.
Difahami bahwa dampak dari kepemimpinan destruktif pada karyawan individu mengkhawatirkan, dengan korelasi negatif yang tinggi antara kepemimpinan yang merusak dan stress.Â
Hilangnya kontrol di antara bawahan pemimpin destruktif telah ditemukan menjadi penyebab stres. Kehadiran kepemimpinan destruktif berhubungan negatif dengan kesejahteraan karyawan dan komitmen terhadap organisasi, dan juga berhubungan negatif dengan kinerja individu.
Oleh karenanya, maka organisasi harus berhati-hati tidak hanya ketika mereka merekrut dan memilih pemimpin dan pengikut, tetapi juga harus menawarkan pelatihan yang menekankan proses pembuatan keputusan etis.Â
Pentingnya pengembangan iklim etika, dan sistem organisasi dan praktik yang memungkinkan akuntabilitas melalui checks and balances tidak dapat diabaikan. Tantangan nyata bagi organisasi adalah untuk mengidentifikasi bagaimana bentuk kepemimpinan yang destruktif dapat diidentifikasi dan dihilangkan. Walaupun tidak mudah tetapi menjadi keharusan bagi keberlangsungan hidup organisasi dalam jangka panjang.
Yupiter Gulo, 1 Juli 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H