Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekuatan dan Kemajuan Bangsa Diukur dari Welas Asih Masyarakat

15 Juni 2018   10:25 Diperbarui: 15 Juni 2018   15:04 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak contoh yang sangat fenomenal didunia ini bagaimana kekuatan welas asih bisa membawa perubahan yang luar biasa dalam kehidupan masyarakat. Perjalanan hidup seorang Mother Teresa dari Calcuta -- India, merupakan contoh ideal yang abadi  sepanjang masa tentang belas kasihan dan belas kasihan itu. 

Sepanjang hidupnya didedikasikan memberikan welas asih bagi penderita penyakit kusta di India. Pilihan sikap dan tindakan hidupnya telah menjadi pengikat bagi semua orang, tidak saja di India, tetapi diseuruh dunia, untuk membangun dan merawat serta mengembangkan sikap welas asih nan belas kasihan itu bagi sesama manusia di muka bumi ini. 

Menarik direnungkan bahwa Mother Theresa sungguh-sunggu melakukan apa yang dilakukan seperti dalam perumpaan yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu perumpamaan orang Samaria yang murah hati seoerti yang diceritakan dalam kitab Perjanjian Baru.

Tindakan Belas kasih merupakan sebuah perwujudan dari suatu perasaan yang datang dari lubuk hati yang mendalam kepada orang lain meskipun orang lain tersebut adalah orang yang asing didalam hidupnya. Belas kasih bersifat universal yang brarti kepada siapa saja boleh dan mampu menumpahkan belas kasih kepada orang yang membutuhkannya. 

Belas kasihan tidak mengenal agama, suku, rasa dan strata sosial politik apalagi status ekonomi kaya atau miskin. Akibat dari tindakan welas asih pada akhirnya adalah upaya membebaskan seseorang atau orang lain dari sebuah situasi penderitaan yang dialami dan berada dalam situasi yang jauh lebih baik untuk hidup yang bertumbuh lebih maju lagi.

Secara universal, sikap welas asih dan belas kasihan itu seringkali diuji ketika terjadinyanya bencana dalam suatu masyarakat. Sebutkan misalnya, peristiwa gempa bumi di Aceh dan Nias pada akhir tahun 2004 dan awal tahun 2005. 

Sikap berbelarasa dan berbelas kasihan serta berwelas asih menyatu di daerah bencana yang datang dari berbagai belahan dunia. Nyaris hampir semua Negara dan komunitas dunia internasional datang ke Aceh dan Nias untuk menyatakan welas asingnya. Dengan membawa semua apa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang mengalami penderitaan yang luar biasa.

Bencana dan penderitaan menjadi sarana menyatukan semua manusia dari berbagai latar belakang untuk melakukan sebuah tindakan yang disebut Welas Asih dan Belas Kasihan. Kendati berbeda bahasa, suku, agama dan latar belakang, didalam program Welas Asih semua menyatu adanya. Dan tidak ada satupun yang memprotes tindakan ini karena sesungguhnya dalam penderitaan dan tindakan welas asihlah hakikat manusia itu dinyatakan adanya.

Kita semua sepakat bahwa tidak selalu menunggu sebuah bencana sangat besar untuk menyatukan manusia dimuka bumi ini. Karena sesungguhnya ada banyak sarana yang bisa digunakan untuk ber-welas asih itu. 

Setiap saat, setiap hari dimulai dari lingkup yang sederhana sampai yang luas. Begitu banyak cara yang dapat dilakukan bagi untuk menunujukkan kepedulian kita kepada orang lain. Dalam bentuk materi dan non-materi. 

Materi biasanya berbentuk benda yang bermanfaat dan yang non- materi dapat berupa jasa, pikiran, ide dan solusi sebuah permasalahan yang dihadapi. Yatim piatu, orang-orang jompo yang tidak mempunyai ahli waris, pengemis yang benar-benar tidak mampu bekerja. Bahkan orang sakit dirumah sakit, orang cacat maupun berkebutuhan khusus lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun