Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Refleksi | Kematian, Akhir dari Segala Kehidupan

14 Juni 2018   01:07 Diperbarui: 14 Juni 2018   06:30 1580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam lingkungan Agama Kristen diyakini dengan sungguh-sungguh bahwa setelah kematian aka nada kehidupan yang baru. Bahkan di-imani dengan sungguh bahwa kematian itu merupakan awal memulai kehidupan yang baru. Kehidupan baru bersama dengan Sang Guru nan Juru Selamat Kehidupan, yaitu Yesus Kristus. Keyakinan ini sejalan dengan apa yang ditulis oleh Rasul Paulus "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan". Disaksikan bahwa orang yang beriman sungguh-sungguh akan bersama dengan Tuhan dalam diri Yesus Kristus setelah kematian fisik.

Penghayatan akan iman percaya seperti ini menuntun setiap orang untuk tidak perlu takut akan kematian fisik yang dialami, Tidak takut pada kematian fisik, itu tidak berarti tidak ada kesedihan dan kesakitan bagi yang ditinggalkan. Namun, harapan tentang kehidupan baru setelah kematian menguatkan setiap orang untuk tetap menjalani hidup yang terus berbuah, seprti yang dinasehatkan oleh Rasul Paulus, yaitu  "Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah". Pesan ini sangat jelas dan konkrit, yaitu siapa saja yang masih menjalani hidup, tidak boleh disia-siakan, harus berbuah dan buahnya berbuah lebat dan banyak.

Hidup Berbuah itu Pilihan

Pada akahirnya, harus ditegaskan bahwa hidup pada dasarnya adalah pilihan yang dimiliki oleh setiap orang. Setiap orang harus memutuskan memilih hidup yang berbuah atau tidak berbuah. Keduanya memang menarik menjadi pilihan. Perbedaan setiap orang dalam menjalani kehidupannya sangat tergantung dari dua pilihan ini.

Memilih hidup yang berbuah dipastikan akan memberikan pola dan gaya hidup yang berisi  dan penuh makna setiap moment yang dimiliki karena memahami bahwa waktu yang dimiliki sesungguhnya sangatlah singkat. Dengan demikian dia terus terjaga dan bergegas selalu agar waktu yang dianugerahkan Tuhan baginya digunakan sebaik-baiknya.

Bagi orang yang memilih untuk tidak berbuah setiap saat sangat mungkin berasumsi bahwa dia masih memiliki waktu yang sangat banyak bahkan tanpa batas. Bahkan masih berpikir bahwa tidak perlu terlalu memaksakan segala sesuatu dan membiarkan segala sesuatu berjalan apa adanya seperti air mengalir saja, dari tempat yang tertinggi dan akan berhenti di tempat yang datar dan paling rendah. Begitulah kira-kira cara berpikirnya.

Hasil yang akan dicapai diwariskanpun pasti akan berbeda-beda. Dan memang tidak harus sama karena toh hidup ini merupakan pilihan masing-masing. Pilihan-pilihan ini harus menjadi perenungan setiap saat dilakukan untuk menemukan intisari dan jiwa makna tentang kematian itu. 

Mungkin sangat benar kata-kata bijak yang luar biasa yang mengatakan bahwa  "kematian adalah hal yang paling jauh dari pikiran kita, walaupun sesungguhnya kematian itu lebih dekat dari segala hal yang dekat dengan kita"

Selamat mengisi dan memaknai hidup Anda setiap moment yang Anda miliki !

  • Yup. 14/06/2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun