Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Refleksi | Ketika Anda Menjadi Tuhan Atas Diri Sendiri

27 Mei 2018   09:43 Diperbarui: 27 Mei 2018   17:49 1382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Official Oprah Winfrey

Sesungguhnya banyak orang menjadi Tuhan atas dirinya sendiri. Baik disadari dan terutama yang tidak disadari jumlahnya jauh lebih banyak. Bila Anda menyadari bahwa Anda adalah Tuhan atas diri Anda sendiri tentu segala sikap dan perilaku Anda akan tampil seperti Tuhan, baik dirasakan atau tidak dirasakan oleh orang lain. Bila tidak menyadari tentu sikap dan perialaku Anda "penuh kamuflase" dan manipulatif.

Pada tataran praksis, kenyataan sehari-hari akan nampak bagaimana seseorang bersikap dan berperilaku tertentu dan memiliki pola yang jujur sebagai cerminan dari totalitas kepribadian seseorang itu. Mulai dari bangun dipagi hari melakukan sesuatu untuk pertama kali, kemudian pergi ketempat pekerjaanya, dan bekerja sepanjang hari, diwaktu petang akan pulang kerumah, kemudian memasuki peraduan malam hari. Amati dan tanyakan kepada lima orang bagaimana mereka melakukannya, dan Anda akan menemukan sebuah pola sikap dan perilaku yang terus berulang.

Pola bersikap dan berperilaku itu tidak muncul secara mendadak, tetapi dimulai, dibangun dan dikembangkan secara terus menerus hingga seseorang meyakini dan mempercayai sebagai yang "terbaik" dalam menjalani kehidupannya dari hari kesehari. Dan percaya tidak percaya, pola itupun akan diteruskan kepada anak-anaknya dan keturunnya. Hal ini lumrah dan wajar, dan tentu saja tidak perlu diperdebatkan karena memang demikian adanya kehidupan ini.

Yang hendak ditegaskan adalah setiap hari seseorang bersikap dan berperilaku karena "ada sesuatu pengendali dalam dirinya". Pengendali itulah sesungguhnya yang berperan dalam dirinya. Pengendali itulah yang selalu mengingatkan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Demikian seterusnya. Dan bagi setiap orang, saya sungguh berkeyakinan akan berbeda "tokoh sipengendali" ini. Pertanyaannya adalah "siapakah tokoh pengedali itu" ?

Katakanlah setiap orang memiliki Ego sendiri atau harapan orang lain, sehingga bersikap dan bertindak Anda akan sangat ditentukan oleh ego sendiri atau harapan orang lain. Bila harapan orang lain yang mengendalikan, itu berarti berusaha bersikap dan berperilaku untuk memenuhi harapan orang lain itu, dan Anda yakin bila tidak memnuhi harapan orang lain, maka Anda akan "menghadapi ancaman", sebab bila tidak merasakan ancaman saya yakin Anda tidak akan melakukannya. 

Ada contoh lain yang sering dihadapi oleh banyak orang, yaitu rasa takut, rasa bersalah atau kekesalan dan kepahitan hidup dimasa lalu. Seseorang bersikap dan berperilaku karena rasa takut dan bersalah yang sudah kronis dan berlebihan. Seluruh kehidupannya sudah dikuasai oleh kekesalan da kepahitan yang dialami dimasa-masa yang lalu, sehingga terus menerus menghantuinya dan disadari atau tidak hidupnya dikendalikan oleh rasa stakut dan bersalah ini. Kalau ini yang terjadi, dipastikan seseorang tidak nyaman sepanjang hidupnya dan kalau tak diselesaikan akan menyebabkan kehancuran kehidupan baginya.

Bagi orang yang terbiasa mengkonsumsi makanan atau minuman atau obat-obatan tertentu bisa jadi akan menjadi pengendali dalam hidupnya. Dia tidak mampu melawan ketika keinginan memakan, atau meminum atau mengkonsumsi zat-zat tertentu sehingga harus menyerah dan melakukan sesuai dengan nafsu itu. Dia dikendalikan dengan tiada ampun, dan hasil akhirnya pasti bukan keadaan yang semakin membaik dan menyenangkan diri sendiri maupun orang lain.

Pada mulanya, setiap orang berusaha untuk mencari tokoh pengendali yang sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Proses pencarian ini bisa sangat lama dan bisa juga sangat singkat. Hasilnya juga sangat sulit ditentukan seperti apa. Tetapi, secara umum bisa dikatakan bahwa seseorang akan merasakan kelegaan ketika memilih dengan tepat tokoh si pengendali ini, sehingga sikap dan perilakunya membuat dia penuh sukacita, ceria gembira, antusias dan hidupnya penuh semangat, positive dan optimis.

Bagi orang-orang sukses dan berhasil, bahkan super sukses dalam bidangnya sehingga membawa pengaruh yang sangat luar biasa bagi banyak orang. Mereka menjadi tokoh yang diidolakan oleh banyak orang atas kesuksesan mereka dan berusaha meniru perjalanan hidup si tokoh ini. Inipun wajar wajar saja dilihat, walaupun tentu saja hasilnya tidak seindah yang dialami sitokoh. Karena sesungguhnya keberhasilan dan kesuksesan seluar biasa apapun, pasti memiliki sebuah "rincian sejarah perjalanan seseorang yang tidak muncul secara instan saja". 

Keberhasilan apapun itu, pasti merupakan rangkaian duka dan nestapa, onak dan duri, menangis dan ketawa, up and down, siang dan malam, ancaman dan kenyaman, dan sebagainya.  Setiap orang perlu mendapatkan lesson learn dari pengalaman si tokoh, tetapi tidak perlu menjadi persis dengan si tokoh, karena itu hanya usaha yang "konyol"

Dalam level tertentu, kesuksesan yang diraih seorang tokoh akan cendeung membuat dirinya "Tuhan atas dirinya sendiri". Dan dengan demikian dia sendirilah yang mengendalikan dirinya. Karena segala sesuatu yang dia mau dia miliki. Apapun yang dia mau didunia ini secara materi dan posisi dia memilikinya. Wajar lalu dia meras saya dalah tuhan saya pada diri saya sendiri. Seca logikapun ini bisa difahami oleh logika dan pemikiran manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun