Bila Anda seorang dosen, kira-kira apa yang menjadi pergumulan Anda setiap mengajar mahasiswa di kelas ?. Â Saya sangat yakin, segudang masalah bisa muncul dari hal-hal sepele, disiplin, kemalasan, tidak membaca buku, copy paste tugas, dan sebagainya. Ya, dunia mahasiswa dunia yang penuh masalah dari sisi proses pembelanjaran.
Bagi saya yang sangat serius adalah kelemahan mahasiswa untuk mengemukakan pikirannya baik secara lisan dan terlebih secara tertulis. Secara lisan mungkin masih bisa dipaksa untuk ngomong dengaan berbagai cara. Tetapi, kalau dengan tertulis, masalahnya tidak semudah mengatakannya. Sangat melelahkan dan bahkan sering menjengkelkan sekali.
Sebagai seorang dosen memiliki tanggungjawab yang tidak mudah agar mahasiswa mengalami perubahan yang signfikan dalam cara berpikir dan bersikap serta berperilaku. Dan berusaha menjawab tantangan agar mahasiswa amemiliki kompetensi yang dibutuhkan. Seorang mahasiswa harus memiliki skill dan kompetensi untuk mampu mengemukakan pikiran dan gagasannya secara lisan dan tertulis sesuai dengan kaidah ilmiah yang benar.Â
Artinya, ketika seorang mahasiswa dinyatakan lulus dan menyandang gelar sarjana, maka seluruh kompetensi dan skill yang disayaratkan harus dipenuhi baginya. Setiap dosen harus melatih mahasiswa agar mampu mengemukakan pikirannya secara sistematis, tuntas dan bisa difahami oleh orang lain. Untuk itulah, mahasiswa harus banyak belajar menuliskan apa yang ada dipikirannya, dan bisa difahami oleh orang lain.
Hari ini agak istimewa buat saya, paling tidak untuk mahasiswa saya dalam kelas mata kuliah Metodologi Penelitian sebanyak 35 orang, mereka semua belajar sesuatu hal yang baru dan berharap merubah sikap mereka sebagai calon-calon akademisi di masa depan di Negeri ini.
Untuk mulai berlatih, saya minta mereka untuk membaca artikel yang sengaja saya rancang untuk tugas ini. Artikel ini yang ada dalam blog saya di kompasiana dengan judul Persaingan Bisnis Sesungguhnya Mengelola Loyalitas Karyawan.
Mula-mula mereka kaku dan kurang percaya diri, namun setelah saya arahkan maka semuanya berani memberikan komentar. Anda bisa melihat komentar kiritis dan analitis mereka tentang isi artikel tersebut.Â
Seorang mahasiswaa menanyakan kepada saya, mengapa saya memilih kompasiana.com dan bukan blog lainnya ?. Pertanyaan yang sederhana tetapi menadasar. Lalu, saya menjelaskan bahwa dari sisi akademik blog ini sangat baik dan represesntative, tidak karena gratis tetapi ketentuannya sangat jelas dan "ketat" sehingga filter yang dibangun sangat baik. Misalnya, yang tidak tidak memiliki akun kompasina tak boleh memberi komentar.
Dan yang paling penting adalah tulisan-tulisan Anda bebas plagiarisme, sesuatu yang sangat dijunjung tinggi dalam dunia akademik. Saat tulisan Anda masuk di Kompasiana.com maka tulisan itu sesunggyhnya "original".
Dengan memiliki blog di kompasiana.com mahasiswa akan menjadi seorang yang mandiri dalam berpikir, bebas menuangkan gagasan originalnya dan bebas mendapat tanggapan dari kompasianer lainnya. Saya pikir inilah yang sangat mahal harga dengan memiliki blog ini.
Seorang mahasiswa harus menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa ketika menjadi seorang Sarjana, maka itu artinya ada tanggungjawb yang harus dijaga dan dikembangkan, yaitu :
Pertama, seroang sarjana harus mampu mempertaggungjawabkan kepakaran ilmu yang dipelajari, dengan cara menyampaikan secara lisan dan terlebih secara tertulis kepada publik. Inilah yang disebut tangungjawab profesional secara pribadi.
Kedua, tanggungjawab kepada masyarakat agar keilmuan yang didapatkan dapat dirasakan masyarakat hasil dan manfaatnya.
Ketiga, tanggungjawab kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini sebagai cerminan dari penghayatan bahwa seorang sarjana itu adalah ciptaan Tuhan yang harus mempermuliakan dan mengagungkan nama Tuhan melalui kesarjanaan dan kepakaran yang dimiliki.
Oleh karena itu, sangat disayangkan dan memprihatinkan ketika seorang mahasiswa lalu menjadi sarjana tetapi tidak mampu memperlihatkan tanggungjawab itu. Bahkan kesarjaan saja hanya sebagai identitas tanpa makna.Â
Keadaan seperti ini harus dicegah dan tidk boleh dibiarkan dengan kesadaran dan tanggungjawab dari dosen sebagai ujung tombak dalam proses pembelajaran di kelas. Dosen yang juga guru tanpa tanda jasa itu, tetapi dampaknya kepada manusia-manusia generasi masa depan, yang disebut mahasiswa.
Salam Kompasianer.
Yupiter Gulo, Dosen Trisakti School of Management (TSM) Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H