Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memelihara "Kambing Hitam "

19 Mei 2018   11:18 Diperbarui: 19 Mei 2018   11:39 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kambing Hitam 

Saat mendengar kambing hitam, apa yang terlintas dalam benak Anda seketika ?. Saya yakin, pikiran Anda akan menuju kepada "kambing hitam" sebagai "biang kerok" penyebab masalah muncul. Ya, kambing hitam sudah menjadi icon atau simbol pengalihan alasan mengapa munculnya sebuah situasi yang chaos atau masalah yang kritis. Seperti biasalah, saat ada masalah, orang akan cari penyebabnya.

Yang menarik adalah ketika seseorang tak mengakui bahwa dialah penyebab masalah itu muncul, lalu dimencari kambing hitam yang perlu disalahkan. Jadilah "sikambing hitam yang salah", jadi warna hitam menjadi simbol penyebab masalah. Misalnya, mari lihat contoh tentang kasus terror yang muncul dimana-mana, lalu Polisi menyalahkan DPR yang juga tidak kunjung mensahkan UU Teorisme itu. Kemudian, pihak DPR menuding Polisi yang tidak becus menangani teros, bahkan meminta Kapolri Mengundurkan diri dari jabatannya kalau tidak becus mengurus terorisme itu.

Begitulah seterusnya bila bermain-main dengan "kambing hitam". Kambing hitam akan terus beranak-pinak dan muncul dimana-mana. Akhirnya masalah utama sebenarnya tak pernah tersentuh dan terselesaikan dengan tuntas. Ini tentu sangat memperihatikan bukan !?

Apakah Anda juga termasuk yang suka bermain-main dengan "kambing hitam" ?. Hmm, hati-hati bila demikian, dan saya sarankan segeralah berhenti dari kesukaan yang tidak akan menguntungkan siapapun, termasuk Anda.

Alkisah suatu cerita seorang tua yang sedang berjalan digelepan malam hari. Kemudian si tua ini tiba-tiba berhenti tepat dibwah lampu yang ada dipinggir jalan. Nampaknya dia sangat serius membolak-balik sesuatu pertanda sedang mencari sesuatu yang penting baginya, sepertinya ada barang hilang baginya, dan belum jua ketemu. 

Lalu seorang anak muda menyaksikan situasi ini dan bertanya "Hai Pak tua, Anda sedang mecari apakah ?". Si bapak tua ini menjawab "Kunci saya sedang hilang dan saya sedang mencarinya, belum ketemu".  Si anak muda sibuk ikut mencari diseputar lampu itu setelah diijinkan pak tua mencarinya. Namun, tidak juga bertemu bahkan mereka berdua sangat lelah mencarinya.

Dengan rasa penasaran si anak muda bertanya "Pak tua apakah yakin kehilangan kunci itu disekitar lampu ini ?". Pak tua menjawab, oh tentu bukan anak muda. Saya kehilangan kunci itu dirumahku, hanya saja rumahku lampu mati dan gelap, sehingga saya kesini karena ada lampu dan terang !. Pemuda hanya garut-garut kepala saja !

Kisah pak tua diatas mencerminkan sikap orang pada umumnya yang selalu berusaha mencari alasan dari kegagalan yang sedang dihadapinya. Dia menyalahkan apa yang ada diluar dirinya dan bukan mencari dan menggali sumber kegagalan itu dari dalam diri sendiri.

Dan ini menyangkat prinsip dasar tentang kehidupan, yaitu setiap orang harus bertanggugnjawab atas diri sendiri, termasuk kegagalan yang dialami. Dan berhenti untuk tidak mencari kambing hitam diluar sana, karena sama sekali tidak pernah akan bisa merubah hidup yang di miliki. Hanya dengan mengambil tanggungjawab sendirilah hidup akan berubah secara permanen.

Tapi mengapa begitu banyak dan mudah orang mencari si kambing hitam saat terjadi kegagalannya ? Jawabnya sederhana, karena itulah yang paling gampang dan mudah dilakukan dan seketika dia bebas dari tanggungjawab. Walaupun itu kebebasan yang semu.

Seornag Wayne Dyer mengatakan bahwa adalah kesia-siaan apabila seseorang berusaha mencari pembenaran didalam hidup ini. Walaupun alasan kegagalan karena dari orang lain dari luar hal itu tetap tidak merubah hidup seseorang.

Yang betul adalah hentikan memelihara kambing hitam. Ambil tanggungjawab 100% bagi keberhasilan hidup Anda. Sebab sesungguhnya hidup ini adalah hidup Anda sendiri, jangan pernah beri kesempatan kepada kambing hitam mengambil alih hidup Anda !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun