Apa yang dibutuhkan atau dituntut agar menjadi seorang pemimpinan yang efektif dan dibutuhkan serta dicintai oleh pengikutnya ?. Jawabannya pasti menunjuk jawaban-jawaban seperti ini  "pemimpin yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual  akan menjadi kekuatan baik untuk semua kehidupan." -- Djajendra. Atau seperti ini : "Empat kecerdasan yang musti dimiliki oleh calon pemimpin bangsa tersebut mencakup 4 ranah yaitu (1) Kecerdasan Intelektual (2) Kecerdasan Emosional (3) Kecerdasan Sosial (4) Kecerdasan Spiritual" -- (Mila Septian Haryati -- Kompasianer), Bahkan bisa ditambahkan lagi berbagai kompetensi yang harus ada dalam diri seorang pemimpin.
Nampaknya, semua aspek itu benar adanya. Semua dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Bahkan, aspek-aspek kecerdasan intelektual, emosional dan spriritual sesuatu yang given adanya. Artinya sesunggungnya semua orang memiliki dan menguasainya. Perbedaannya hanya pada derajat atau kadar penguasaannya sesuai dengan jam terbang atau pengalaman maisng-masing.
Dalam bukunya James O'Toole berjudul "Leadership A to Z -- A Guide For The Appropriately Ambitions" mengemukakan hal yang lain dan unik yaitu LQ - Laedership Quotient atau Kecerdasan Kepemimpinan. Ini menarik karena yang harus dituntut dari seorang pemipin adalah Kecerdasan Kepemimpinan, sebagai perwujudan dan manisfestasi keseluruhan kompetensi, pengalaman, skill, knowledge dan attitude dan sebagainaya dalam wujud sebagai seorang leader. Kecerdasan Kepemimpinan merupakan puncak dari penguasaan seseorang dengan seluruh kompetensi dan kemampuan yang dimiliki untuk mengarahkan seluruh pengikutnya menuju tujuan bersama dengan cara yang efektif dan efisien.
Lebih lanjut James O'Toole mengidentifikasi sebanyak 12 indikator sebagai ukuran kecerdasan kepemimpinan seseorang. Ke 12 indikator itu adalah sebagai berikut :
Pertama, Belajar dari kesalahan-kesalahan sendiri. Ini menarik karena ada banyak pemimpin yang tidak mau belajar dari kegagalan masa lalu dan cenderung mengulangi kegagalan itu. Seorang pemimpin adalah seorang yang berubah setelah dia fahami dimasa lalu ada kegagalan.
Kedua, Mendengarkan  dengan sungguh-sungguh agar mampu mengetahui apa yang dibutuhkan orang lain. Ini prinsip sekali, yaitu ketika seorang pemimpin mengetahui apa yang dibutuhkan oleh pengikutnya, maka mudahlah baginya untuk memenuhinya. Akan menjadi persoalan besar bila seorang pemimpin tidak faham kebutuhan dan keinginan pemimpinnya.
Ketiga, Kepuasan terhadap kinerja yang dicapai. Ini penyakit para pemimpin, yaitu puas dengan apa yang dicapai dan melahirkan sikap status quo. Mengapa ini penyakit pemimpin, karena ketika status-quo, maka percayalah, orang-orang seperti ini tidak mau berubah. Ini menjadi masalah dalam organisasi karena ketika pemimpin tidak berubah, sementara lingkungan sekitar, pesaingnya berubah dengan sangat cepat. Pemimpin seperti ini tidak boleh dibiarakan.
Keempat, Berkorban untuk membuat situasi lebih baik. Hmm..jangan pernah menjadi seorang leader bila Anda tidak mau berkorban. Kesalahan fatal yang banyak dilakukan seorang leader adalah berhitung untung-rugi. Bahkan ketika menduduki posisi seorang pemimpin malah sibuk mengumpulkan harta kekayaan turun temurun.Â
Ini bukan sikap Pemimpin yang cerdas. Pemahaman yang benar adalah ketika seseorang berada dalam posisi pemimpin, maka seluruh keberadaan organisasinya identic dengan dirinya, sehingga seluruh keberadaannya menyatu dengan organisasi. Ini sikap mau berkorban karena ketika organisasi berhasil sesungguhnya dirinyalah yang berhasil.
Kelima, Merayakan keberhasilan. Seorang pemimpin yang cerdas akan selalu memberikan penghargaan bagi setiap capaian walaupun kecil. Ini sebagai pemacu dan motivasi yang penting bagi setiap orang dalam organisasi. Seorang pemimpin tidak boleh pelit mengapresiasi setiap pengikutnya. Ini sikap yang akan menjadi virus dalam keseluruhan pengikut. Coba dengan sebaliknya, maka kinerja organisasinya akan terus menurun .
Keenam, Memelihara kesabaran dan keuletan. Pemimpin yang cerdas akan memperlihatakn sikap sabar dalam menuju tujuan yang dinginkan. Tidak boleh mendahului waktu dan situasinya. Ini sikap yang harus dimiliki agar menjadi acuan bagi semua pengikut. Sabar dan sekaligus ulet menjadi pasangan kata dalam sikap yang sangat sibutuhkan terutama ketika situasi sulit menghadang organisasi.
Ketujuh, Memiliki konsistensi yang kuat. Hanya pemimpin yang kosistenlah yang mampu membangun budaya organisasi yang kuat sebagai penopang keberhasilan dan ketahanan organisasi. Banyak pemimpin tak bertahan karena antara pikiran -- perkataan -- dan perbuatan tidak konsisten. Apa yang dikatakan sekarang bisa saja berubah besok atau minggu depan. Kata-katanya sulit dipagang dan dipedomani karena plin -- plan.
Kedelapan, Mendelegasikan tugas dengan baik. Falsafahnya adalah bahwa tidak semua hal bisa dikerjakan sendiri oleh seorang pemimpin. Tidak mungkin ! Maka dia harus mendelegasikan tugas-tugas kepada orang lain. Mendelegasikan itu bukan sekedar delegasikan saja, tetapi didalamnya terkandung kepercayaan kepada orang lain, juga terkandung pemeberdayaan -- empowerment karyawan untuk menjadi lebih hebat lagi dalam pekerjaan mereka. Seorang pemimpin harus merasa nyaman untuk mendelegasikan tugas. Sebab, ketika dia tidak nyaman, maka itu pertanda dia tidak percaya kepada bawahannya.
Kesembilan, Bertanggungjawab atas semua perilaku dan kinerja pengikutnya. Resiko menjadi seorang leader berarti seluruh apa yang terjadi dalam organisasi baik itu yang buruk maupun yang baik, pemimpin harus bertanggungjawab. Bila tidak, maka pemimpin seperti ini akan menjadi batu sandungan bagi keberhasilan organisasi. Itu sebabnya seorang leader harus memiliki sikap dan kemampuan risk-taker dalam segala situasi dan dalam segala masalah dan level. Makanya dia disebut sebagai pemimpin.
Kesepuluh, Kesediaan berbagi informasi. Ahli Manajemen MInzberg mengatakan bahwa salah satu peran seorang pemimpin adalah "informational role" yang didalammnya tercermin tugas seorang pemimpin untuk selalu berbagi informasi. Informasi menjadi power penguat organisasi tetapi juga bisa menjadi perusak organisasi terutama kalua seorang pemimpin tidak mampu mengelolanya dengan bijaksana. Saat ini era Komunikasi -- Informasi dan Teknolongi menjadi sesuatu keharus agar seorang pemimpin harus mampu berbagi informasi intuk kemajuan organisasinya.
Kesebelas, Menjadi coach bagi pengikutnya. Pemimpin harus bersedia dan mampu menjadi pelatih bahkan guru bagi semua pengikutnya agar disana akan dicapai kesatuan visi misi, persepsi tentang masalah dan pemecahan masalah dalam organisasinya.
Keduabelas, Keyakinan untuk membuat perubahan. Pada dasanya pemimpin itu membuat dan mambawa perubahan bagi organisasinya. Berubah kearah tujuan yang dicita-citakan untuk diwujudkan. Sebab, tak organisasi yang tujuannya mundur kebelakang, tetapi harus maju kedepan. Ini berarti seorang pemimpin harus mengelola perubahan itu. Ini pekerjaan yang tidak mudah tetapi itu suatu keharusan.
Bila kedua belas indicator diatas mampu dijalankan secara konsisten maka seorang pemimpin akan terbentuk dan memiliki Kecerdasan Kepemimpinan atau Leadership Quotient !
Yupiter Gulo -- Trisakti School of Management
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H