Di suatu siang yang suhunya 36°C anak saya dilarikan ke UGD Puskesmas yang letaknya persis di seberang sekolah. Dia (dan seorang siswa lain) terkena heatstroke sampai suhu badan 40°C, kesemutan sekujur badan, jantung berdebar, tak mampu berdiri, pusing, bahkan bingung dan bicara tak jelas. Tekanan darah drop, dehidrasi parah dan gelisahnya segera ditangani pihak puskesmas. Syok Hipovolemik adalah diagnosanya. Setelah kondisinya lebih stabil, dokternya menyarankan untuk rawat inap.
Saya sedang berpikir mau membawa ke RS yang mana saat perawat menawarkan :
"Ibu bisa rawat inap di sini, tapi tinggal yang kelas 3 yang alhamdulillah sedang kosong bu”
“ Kosong gimana mbak?”
“ Sedang tidak ada pasien lain di kamar kelas 3, jadinya nyaman sendirian. Atau kalau tidak berkenan bisa saya buatkan rujukan ke RS lain. Oh iya, ibu pakai BPJS atau umum?”
" Umum mbak"
" Baik bu.
Saya tadinya bermaksud membawa ke rumah sakit lain karena tidak terpikir bahwa di Puskesmas ada. Tapi demi melihat anak yang masih kepayahan, saya putuskan untuk rawat inap di Puskesmas saja. Pertimbangannya adalah kamar yang akan kami tempati sendirian saja dan kemungkinan hanya perlu rawat inap semalam untuk observasi saja.
Selama ga usah ada yang bezuk, biar kami bermalam di kamar begini saja sudah cukup. Keluarga saja yang agak keberatan tapi bisa diyakinkan bahwa ini sudah cukup baik.
Kamar Kelas 3
Kami pun masuk ke kamar kelas 3. Di ruangan 8 X 5 meter tersebut terdapat 3 bed pasien, kamar mandi dalam dan 2 kipas angin besar. Iya tanpa AC dan TV, tapi tidak masalah karena memang anak saya tidak biasa nonton TV. Kamar sangat bersih, jendela bisa dibuka dan di depan teras terdapat taman.
Saat mengisi dokumen, saya dimintai salinan KTP. Karena masih di bawah umur saya berikan KIA namun pihak Puskesmas meminta salinan Kartu Keluarga saja sebanyak lima lembar. Lalu pihak puskesmas menyampaikan :
“Karena masuk di kelas 3, maka gratis ya bu….”
Saya hanya mendengar sekilas karena selain harus mengisi banyak formulir tanpa kacamata baca, saya juga kepikiran anak. Sama sekali tidak ngeh perawatnya bilang apa.
Di kamar, setiap beberapa saat sekali (malam pertama itu sepertinya dua-tiga jam sekali) perawat masuk dan cek tensi serta suhu. Keesokan harinya jarak ukur tensi dan suhu lebih lama.
Dapat makan yang cukup baik tiga kali sehari, ada protein hewaninya juga, hanya tidak ada buah dan kue-kue. Bahkan pernah sarapan Soto Ayam yang enak.
Infus anak saya habis cukup banyak karena memang sebelumnya dehidrasi berat yang berakhir dengan mengalami Hypovolemic Shock. Ada infus yang warnanya berbeda karena ada obat atau vitamin di dalamnya.
Obat-obatan dapat dan tentu saja obat generik. Tapi nyatanya anak saya sembuh.
Boleh Pulang, Saatnya Membayar
Di hari ketiga ia diperbolehkan pulang dan saya terkejut saat tahu biaya yang harus saya bayarkan. Lalu samar teringat perawat sempat mengucapkan gratis kamar.
Saya kira gratis kamar, ternyata juga :
- Gratis pelayanan
- Gratis fasilitas
- Gratis penanganan UGD
- Gratis obat-obatan
Saya hanya membayar injeksi dan obat-obat tertentu saja sesuai form yang saya tandatangani sebelumnya. Oksigen yang berjam-jam, infus yang berbotol-botol, itu semua saya tidak perlu membayar. Yang saya bayar jumlahnya masih lebih sedikit dari uang yang dikeluarkan kalo makan di mall berdua.
“ Ini karena ibu masuk program J-Kueren bu”
“ Saya tidak daftar program itu mbak”
“ Saat ibu rawat inap di kelas 3, auto terdaftar bu…”
Wah, baru tahu saya ada program J-Pasti Kueren
J-PASTI KUEREN
J-Pasti Kueren (Pelayanan Kesehatan Gratis Khusus Penduduk Jember Yang Efektif dan Efisien) adalah program yang diluncurkan oleh Pemerintah Kabupaten Jember Jawa Timur pada bulan Juni 2022 berupa pelayanan kesehatan gratis bagi warga Jember.
Peruntukannya adalah untuk warga tak mampu dimana pelayanannya masuk pelayanan kelas 3 di fasilitas kesehatan milik Pemkab Jember yaitu RS Umum dan Puskesmas. Cukup menunjukkan KTP Jember saja untuk mendapat pelayanan ini.
Sebuah program yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Tidak semua orang punya BPJS karena banyak alasan. Tapi dengan program ini semua bisa mendapatkan layanan kesehatan.
Agak tertohok saya saat tahu ini program untuk masyarakat tidak mampu. Bukan sedang sok kaya, kami orang biasa namun rsanya seperti sedang memakai hak orang lain yang mungkin lebih perlu. Jika tahu sebelumnya saya pasti saya ganti kelas atau pindah RS lain. . Setelah tau secepatnya keluar supaya bed dan semua fasilitas bisa dipakai orang lain yang lebih membutuhkan untuk kesembuhan mereka.
Jika anda warga Jember Jawa Timur, jangan takut berobat. Jangan ditahan atau disembuhkan sendiri karena alasan tidak ada BPJS atau tidak ada uang. Selama mempunyai KTP atau KK Jember, perawatan kesehatan demi kesembuhan yang lebih cepat bisa didapatkan secara gratis. Dan dari pengalaman saya, tidak dipersulit sama sekali. Kuncinya adalah dokumen kependudukan kita lengkap.
Berobat gratis sudah dimudahkan, tapi saya sih berharapnya semua sehat sehat saja.
Salam,
Yupi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H