Mohon tunggu...
Yuyun Suminah
Yuyun Suminah Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru, penulis, pendongeng dan reporter

Seseorang yang memiliki hobi menulis dan membaca, aktivitasnya selain sebagai seorang guru, pendongeng, reporter di Komunitas Remaja Smart with Islam

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Ketika Ananda Meminta Izin Pacaran, Apa yang Harus Bunda Perbuat?

3 Desember 2024   10:01 Diperbarui: 4 Desember 2024   17:32 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bunda, putra putri kecil kita kini beranjak remaja mereka tidak lagi tergantung kepada kita dalam semua aktivitasnya. Mereka sudah mandiri. Disaat kondisi seperti itu  tidak sedikit para orangtua merasa galau dan khawatir ketika anak-anaknya menginjak masa remaja. 

Pergaulan mereka pun akan semakin meluas, aktivitasnya bertambah banyak dilakukan diluar rumah. Maka wajar orangtua banyak yang merasa khawatir, takut terbawa arus negatif pergaulan.

 Seusia mereka masanya mencari tau siapa dirinya, pingin dikenal sebagai apa, perubahan fisik pun berubah. Tumbuh rasa ketertarikan terhadap lawan jenis, rasa suka, bahkan mereka melampiaskan rasa suka terhadap lawan jenisnya dengan cara pacaran.

Tak bisa dipungkiri sebagai orangtua merasa dilema antara mengizinkan pacaran dengan syarat ini itu, pacaran sehat atau melarangnya. 

Ketika dilarang apakah justru malah lebih was-was, takut mereka lebih sekedar pacaran namun khawatir berzina. Apa lagi sebagian orangtua akan beranggapan 'dulu saja merasakan muda'. Akhirnya dalih itu digunakan untuk  mengizinkan putra putri remajanya pacaran.

Tapi tak sedikit juga orangtua mengambil sikap tegas untuk tidak mengizinkannya pacaran karena fakta pacaran zaman sekarang ngeri-ngeri sedap, aktivitasnya melebihi yang sudah berstatus suami istri.

Yang tadinya berawal chatingan, janjian atau ketemuan, pegangan tangan bahkan rasa malu pun sudah hilang, mengumbar kemaksiatan dengan bangganya menyerahkan kehormatannya kepada sang pacar. Nauzubillah.

Tak hanya itu rusaknya masa depan, hamil diluar nikah, atau karena belum siap menanggung beban hidup aborsi jadi solusi.

Terkadang fakta yang sudah terlihat tidak menjadikan itu semua sebagai pembelajaran. Tetap ada saja para orangtua yang sekuler (memisahkan aturan agama dari kehidupan) memilih mengizinkannya  dan itu dianggap sebagai solusi.

Dari pada ngumpet-ngumpet, apalagi ada stetmen anakku tidak laku karena tidak ada satu laki-laki pun yang dekat dengannya. 

Lantas bagimana peran kita sebagai orangtua muslim?

Sumber: Desaian Pribadi/YuyunSuminah
Sumber: Desaian Pribadi/YuyunSuminah

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk" (QS. Al-Isra: 32)

Ayat tersebut peringatan dari Allah SWT bahwa mendekatinya saja sudah tidak boleh apalagi aktivitasnya.

Aktivitas pacaran cara mendekati zina, zina mata karena melirik, melihat, zina tangan bersentuhan, zina hati karena membayangkan, memikirkan si dia.

Sebagai seorang muslim kita harus menyakini bahwa pacaran aktivitas haram yang harus dijauhi oleh putra putri remaja kita. Di bawah ini bisa kita lakukan sebagai bentuk penjagaan yang bisa dilakukan oleh para orangtua.

1. Edukasi

Melakukan pendekatan secara intensif, dengarkan pendapatnya kenapa menginginkan pacaran, janganlah memarahinya dulu tapi nasehati dengan lembut. Sampaikan fakta buruknya atau negatifnya. Pacaran tak seindah yang dibayangkan.

Cari fakta-fakta buruk pacaran seperti hamil diluar nikah, bolos, pikiran tidak fokus belajar, bahkan hanya karena cinta rela kehormatannya hilang, zina berkali-kali, bahkan ada yg rela bunuh diri karena cemburu atau sakit hati oleh pacarnya. 

2. Masa depan suram

Percintaannya saja sudah masalah dengan cara pacaran, ketika ada masalah sama pacarnya seperti cemburu, telat balas WA, tidak memberikan kabar tidak sedikit banyak kekerasan yang dilakukan pacarnya dan yang bikin ngeri  depresi, stres, bolos sekolah, berbohong dan mengelabui orangtua prihal biaya sekolah dipake buat jajanin pacarnya. 

3. Bohong jika pacar jadi motivasi belajar

Kalau menemukan fakta seseorang termotivasi belajarnya karena sang pacar percaya deh itu hanya pepesan kosong, bagus diawalnya saja. Nanti tunggu saja endingnya.

Justru pacaran itu masalah, memecah konsentrasi belajar, kepikiran terus, kalau telat ngasih kabar bawaannya kesel, jangan-jangan selingkuh. Yakin deh hati kita tidak akan tenang, pegel hati.

4. Sering-sering Diskusi/Ngobrol

Cinta itu fitrah, sampaikan cinta yang dirasakan tidak ada yang salah. Sangking Allah sayang sama umatnya supaya cinta suci tersebut bisa dinikmati disaat waktu yang tepat menurut syariat maka perlu aturan.

Jika solat saja banyak ditinggalkan, urusan pribadi saja masih belum bisa mengurusnya bagaimana bisa dia setia? Sama Penciptanya saja ditinggalkan apalagi sama kamu.

Sampaikan jika rasa itu tidak bisa dihilangkan hanya bisa diredam dengan cara yang Rasulullah ajarkan yaitu dengan berpuasa.

"Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya." (HR. Bukhari Muslim)

5. Pertanggungjawaban

Sampaikan masa depan masih panjang, rasa cinta jika tidak diikat dengan pernikahan itu semua hanya cinta semu, sia-sia. Yang ada justru malah berdosa bahkan di Akhirat akan membawa ibu Bapaknya ke neraka.

Tepat pilihan Ayah ibu untuk tidak mengizinkan pacaran, karena cara untuk meluapkan rasa cinta hanya lewat dengan jalan halal yaitu menikah.

 Jika tujuan ingin pacaran supaya jadi motivasi kenapa tidak Ayah Ibu saja yang dijadikan motivasi? motivator hebat, jauh lebih banyak berkorban, sayang dan cintanya tak kenal musim, do'anya bisa menembus batas langit bisa langsung dikabulkanNya.

6. Berdo'a

Ayah Ibu mintalah lewat do'a kepada Allah agar anak kita dilembuatkan hatinya menerima nasihat dari orangtuanya, berdo'a agar terhindar dari keburukan, dijaga dan dilindungi dari hal-hal yang bisa merusaknya. Aamiin

Semoga langkah-langkah di atas bisa kita praktekkan kepada putra putri remaja kita. Semangat ayah ibu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun