Mohon tunggu...
Yunus Shahab
Yunus Shahab Mohon Tunggu... -

Lahir di palembang

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Respon Kebijakan Moneter BI Menyikapi Perkembangan Ekonomi Global

29 Januari 2016   20:28 Diperbarui: 29 Januari 2016   20:48 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

"Harapan BI"

Terkait penetapan pricing deposit, BI juga mengharapkan agar bank komersial segera menurunkan tingkat suku bunga mereka untuk mempercepat penyerapan kredit yang dapat mendorong perekonomian dengan mengacu pada sejumlah tingkat suku bunga BI yang bertenor sama. Tentunya semua ini baru bersifat imbauan kepada bank dan kembali tergantung pada kondisi likuiditas bank masing-masing dan kondisi rentabilitas yang dapat menopang keberlangsungan bisnis bank. BI juga menengarai bahwa tingginya biaya dana bank lebih disebabkan oleh keinginan pemilik deposito untuk mendapatkan bunga tinggi bagi deposito mereka yang bernilai diatas Rp. 2 milyar. Tercatat saat ini lebih dari 200 ribu rekening dengan jumlah rekening diatas Rp. 2 milyar (data LPS) dari total keseluruhan rekening yang jumlahnya sebanyak 160 juta rekening yang ada di Indonesia. Sementarsitu ke 200 ribu rekening tadi memberikan porsi 57% dari total jumlah deposit yang ada. Hal inilah yang menyulitkan bagi bank untuk segera menjalankan misi yang diamanatkan BI tadi. Salah satu hal yang menjadi alasan BI untuk penurunan tingkat suku buga deposito adalah turunnya angka inflasi. BI memprediksikan bahwa kodisi ekonomi Indonesia tahun 2016 diharapkan akan lebih baik dari sebelumnya, dimana faktor Fed telah diperhitungkan oleh pasar (priced in). Namun BI menilai bahwa faktor China akan menjadi penentu dari semua ketidak pastian dimana harapan akan kembalinya pertumbuhan ekonomi China akan dapat mendorong kembalinya harga komoditas yang selama ini telah melorot hingga 50%-80%. Suatu yag pasti dan menjadi catatan bersama adalah ketimpangan struktur ekonomi kita yang lebih menggantungkan pada ekspor komoditas di masa lalu, dimana hal ini mencerminkan 50% dari total keseluruhan ekspor Indonesia dan telah menjadi faktor risiko yang kurang dipehitungkan bagi negeri ini. Indonesia ke depan mesti lebih fokus dan memiliki arah strategi pembangunan yang jelas dan jangan sampai gagal belajar dari pengalaman yang lalu. Semoga kedepan perekonomian kita akan semakin lebih baik lagi. 

Yunus Shahab
Penulis adalah alumni FEUI 1986, sebelumnya bekerja pada JPMorgan Chase Bank N.A. (2007-2015)

        

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun