Sementara itu lokasi yang paling menguntungkan dengan tingkat biaya produksi terendah di dunia ada pada PTFI, operasi mereka yang terletak di Grasberg, Papua. FCX sekarang tentunya mengandalkan PTFI sebagai 'cash cow' yang dapat menyelamatkan keberlangsungan bisnis mereka. Sesuai ketentuan yang berlaku di Indonesia mereka juga harus melakukan proses divestasi asset mereka disana yang kemarin sempat menimbulkan masalah dengan kasus "papa minta saham" disamping kewajiban lainnya.
Hari-hari terakhir ini mereka juga sedang disibukkan dengan perpanjangan izin ekspor PTFI, yang akan segera habis masa berlakunya. Pemerintah Indonesia melalui Menteri ESDM telah memberikan sinyal perpanjangan izin ekspor selama mereka dapat memenuhi kewajiban penyediaan dana jaminan investasi smelter sebesar USD 530 juta yang tentunya cukup memberatkan terutama di tengah situasi dan kondisi seperti sekarang. Rencana pertemuan bos baru PTFI dengan Menko Perekonomian Darmin Nasution mungkin akan membahas soal ini.
Hal ini tentunya menjadi pil pahit yang harus ditelan dan segera diputuskan ditengah kondisi sulit induk perusahaan guna memastikan bahwa kegiatan utama bisnis mereka dapat berjalan dan memastikan agar arus kas kegiatan operasi lainnya dapat tetap berjalan dengan baik.
Freeport memang tengah terjepit, namun sejarah membuktikan bahwa mereka terbiasa menghadapi masa-masa sulit seperti ini sebelumnya.
Â
*) Penulis pernah bekerja di PTFI selama 13 tahunÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H