Mohon tunggu...
SatyaMeva Jaya
SatyaMeva Jaya Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, Berbagi, dan Lepas

I Never mess with my dreams "m a Sapiosexual"

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Tebalnya Elektabilitas Prabowo-Gibran kian Stagnan

31 Januari 2024   16:25 Diperbarui: 6 Februari 2024   15:24 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Empat belas hari menuju pemilu 2024, para kandidat gencar menyambangi kantong suara untuk memperkuat dan mempertebal perolehan suara pada 14 februari 2024. Pertarungan tersebut berdasarkan pada  data hasil survey atau hitungan-hitungan suara dari pemilu sebelumnya menjadi faktor dalam merencakanan jadwal, strategi dan wilayah kampanye mereka kedepan.

Hitung-hitungan dimulai dari pemilihan presiden tahun 2014, di Sumatera Barat misalnya.

saat itu tahun 2014 Prabowo-Hatta Rajasa mendapatkan 76,9 persen suara atau 1,767 juta suara. 

Pada pilpres selanjutnya, Prabowo yang berganti pasang dengan Sandiaga, mengantongi suara dengan persentase 85,95 persen atau 2,488 juta suara. 

Dapat terlihat bahwa perolehan suara Prabowo dalam dua kali pilres ia mendominasi melawan Jokowi, bahkan mengalami kenaikan pada pertarungan kedua yaitu pada tahun 2019. Namun, apakah kondisi tersebut masih sama untuk pemilihan presiden pada 2024?

Sumatera Barat menurut peneliti senior Indikator Politik Indonesia, Kennedy Muslim berpendapat bahwa mayoritas pemilih disana yaitu muslim konservatif. Ditambah, pemilih tersebut telah mengalihkan suaranya dari Prabowo ke Anies.

 Faktor utamanya dikarenakan Prabowo dianggap meninggalkan pemilih dengan bergabung ke pemerintahan. Disusul dengan pasangannya yaitu Sandiaga Uno yang turut bergabung  menjadi Menteri pada 2020.

Tidak hanya di Sumatera Barat, hasil riset Indikator Politik menunjukan terdapat migrasi suara dukungan di daerah lain, seperti di Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu. Yang mana pada pilpres sebelumnya, Prabowo unggul di provinsi tersebut.

Tidak tinggal diam, Prabowo mengunjungi ketiga daerah tersebut bertujuan tidak lain untuk mencegah peralihan suara yang perlahan kian besar ke kubu lawan. 

9 januari 2024 misalnya, Prabowo datang ke salah satu pondok pesantren di Kota Palembang. Disana, ia menyampaikan, "Terima kasih, 65 persen, kalau bisa, 85 persen,". Angka tersebut bukanlah angka survey, melainkan target perolehan suara untuk Sumsel pada pilpres 2024 nanti. Pemilu tahun 2019, Prabowo Sandi mengantongi 59,7 persen suara di Sumsel.

Pemilih Islam konservatif yang dimaksud Kennedy menjadi perhitungan, sebab angkanya bisa mencapai 10,2 juta dari 204,8 juta pemilih atau secara nasional mencapai 5 persen.

Berdasarkan survey Indikator Politik pasangan yang didukung oleh presiden Joko Widodo tersebut sebesar 45,5 persen dalam survey yang diadakan pada 3-5 desember dan 45,6 persen pada gelar waktu 23-24 desember 2023. Sejak kampanye dimulai di akhir November 2023, sebulan setelahnya terlihat pada bulan desember masih menunjukan angka stagnan diangka 45 persen saja.

Berdasarkan survey LSI Denny J.A., menghasilkan data yang sama, masih belum menembus angka 50 persen pada empat kali surveynya pada awal akhir bulan November dan awal akhir bulan Desember. Dengan perolehan masing-masing, 40,3 persen, 42,9 persen, 41,2 persen dan 43,4 persen. Direktur Konsultan Citra Indoensia -LSI Denny J.A., menyatakan bahwa "Dari data itu, pilpres satu putaran sulit terjadi.", 11 januari 2024.

50 persen suara terasa sulit diperoleh Prabowo disebabkan faktor pecahnya perolehan suara Prabowo pada pemilu 2019. 

Data Indikator menunjukan 35,1 persen bergeser ke Anies-Muhaimin dan 7,6 persen suara bergeser ke Ganjar-Mahfud. Sisanya, hanya 53,1 persen yang bertahan tetap memilih Prabowo. mengartikan bahwa perolehan suara Prabowo pada 2019 sudah tergerus hampir setengahnya.

Tak sampai disitu, untuk mendongkrak suara ada kemungkinan peralihan suara yang disebabkan oleh kepuasan publik terhadap Jokowi yang besar. 

Berdasarkan kepuasaan terhadap presiden pada November 2023 sebesar 78,6 persen (LSI Denny J.A.). sedangkan Approval rating Jokowi sebesar 75,8 persen (Indikator Politik).

Dari perolehan suara diatas, untuk Survei Indikator politik menunjukan mayoritas pemilih Jokowi-ma'ruf pada 2019 mendulang 85,6 juta suara (55,5 persen). Dari jumlah tersebut, 41,6 persen lari ke Prabowo dan 36,3 persen lari ke Ganjar. Sedangkan sisanya memilih Anies 15,9 persen. Artinya, migrasi pendukung Jokowi sudah final.

Diperkuat berdasarkan pengakuan wakil ketua TKN Prabowo Gibran, Erwin Aksa, mengakui dukungan pemilih Jokowi telah mencapai titik maksimal. Namun narasi Prabowo Gibran didukung oleh presiden Jokowi harus terus dikampanyekan. "Endorsement itu harus dijaga sampai pencoblosan.",kata wakil ketua umum Partai Golkar tersebut.

Faktor lain yang memperlambat elektabilitas Paslon 02 dikarenakan jargon "gemoy" sudah tidak mujarab lagi, Nampak seperti tidak ada yang baru dari kampanye Prabowo Gibran. 

Ditambah, kubu lawan sudah memiliki tandingan yang identik seperti acara "Desak Anies" dan "Tabrak Prof Mahfud", dianggap lebih bernilai tinggi yang membuat standar untuk sebagai presiden harus tinggi. ditambah, blusukan ganjar kian gencar meramaikan media sosial sehingga makin identik dengan Jokowi, maka memperkuat bahwa blusukan adalah Ganjar.

Dengan diuji nya pemikiran serta argumentasi dengan sederet programnya ke publik secara langsung dapat memicu ketajaman pemikiran kita tentang apa yang ingin dibuat oleh kandidat tersebut dan kita bisa mendebat pemikiran tersebut secara langsung. 

Sayangnya, pada paslon yang hasil survey selalu diatas, tidak mengadakan acara demikian, masih saja menunjukan komunikasi satu arah diatas panggungnya disertai dengan aksi-aksi dan atraksi yang tidak begitu substansial sebagai seorang Calon presiden dan Wakil presiden.

Debat juga sebagai faktor yang dianggap berpengaruh terhadap persepsi semula yang sudah mantap memilih Prabowo Gibran. Beberapa blunder dapat membuat pemilih menjadi ragu, semisal Prabowo dianggap kurang menguasai masalah pertahanan dalam debat capres kedua, Nampak kelabakan menghadapi pertanyaan Anies dan Ganjar. Ditambah sentiment negative kepada Calon wakilnya Gibran pada debat keempat atau debat kedua Cawapres juga begitu besar, diangka 70 persen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun