Selanjutnya pada pemilu OI tahun 2021, tidak menghalangi anak Mawardi untuk mencalonkan kembali, walau kali ini bukan lagi Ovi (sebab terhalang kasus narkobanya), tetapi kali ini adalah anak Mawardi yang kelima Ke ... kembali mencalonkan diri dan terpilih.Â
Kedua yaitu pada Anak kandungnya ke... kelima,  sekaligus Adik dari Bupati Ogan ilir ke-2 yaitu Bernama Panca Wijaya Akbar menjadi Bupati Ogan Ilir ke-4 masa jabatan (2021-2026).  Artinya, anak bungsunya berhasil menjabat sebagai Bupati Ogan Ilir.
Ketiga yang ditemukan masih keluarga yaitu Walikota Prabumulih sekarang bernama Ridho Yahya merupakan adik kandung Mawardi Yahya sekaligus paman dari Bupati OI ke-2 dan ke-4. Ridho pernah menjadi wakil walikota Kota Prabumulih pada tahun 2008-2013 dan menjadi walikota Kota Prabumulih 2013-sekarang, beliau menang pada periodenya yang ke 2 pilkada tahun 2018 sebagai calon tunggal. Artinya, adik Mawardi berhasil meraih jabatan walikota kota Prabumulih, walau pada pilkada tahun 2018 ia AUTO WIN.
Berdasarkan keberhasilan tersebut, nyatanya banyak juga keluarga dari beberapa tokoh pejabat daerah di Sumsel yang tidak berhasil memuluskan anggota keluarganya berkarier politik, seperti Dodi Reza anak mantan Gubernur Sumsel (Alex Noerdin) gagal dalam pilgub Sumsel tahun 2018, ada Amarhumah ibu Percha anak dari Gubernur Sumsel (Herman Deru) dalam pemilihan Bupati di OKU tahun 2016.
Selain itu ada mantan Bupati Kabupaten Banyuasin (Amirudin Inoed) yang anaknya berhasil terpilih menjadi Bupati Banyuasin menggantikannya, namun di tengah perjalanannya anaknya tersebut tertangkap tangan KPK, dan masih banyak lagi. Artinya, pada hal ini kepemimpinan jangan terlalu dipaksakan untuk cepat matang padahal belum waktunya, harus mempertimbangkan kualitas, bukan politik haus kuasa saja.
Pada uraian dinasti politik di Sumatera Selatan diatas, penulis mencoba mengambil kedua contoh tokoh Sumsel yang memang sedang menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Prov. Sumatera Selatan yaitu Herman Deru dan Mawardi Yahya. Dengan tujuan ingin menunjukan bahwa terdapat keluarga para petinggi tersebut mencoba peruntungan berkarier politik mengikuti jejak Bapak atau kakak nya tersebut.Â
Untuk menganalisa bahaya tidaknya dinasti ini, dilain kesempatan penulis mencoba menganalisa bagaimana bahayanya dinasti ini terkhusus di Sumsel. Apakah menjadi potensi-potensi korupsi, menjadi alat sebagai menutup kasus hukum keluarganya, penutup kekurangan-kekurangan dari keluarganya atau sekedar mempertahankan feodalisme di Sumatera selatan tanpa melihat kredibilitas dan integritas dari keluarganya yang akan  atau sudah menjabat tersebut. Sebenarnya, dinasti ini juga belum tentu berbahaya asalkan para calon tersebut memang mempunyai kemampuan memimpin yang baik, pengalaman politik yang bersih, meiliki integritas tinggi dan memiliki gagasan-gagasan yang bisa di wujudkan dalam membangun negeri.
Kalau saja penulis tidak mager, penulis ingin menulis kembali nama pejabat-pejabat di Sumatera Selatan lainnya. Tak kurang dari sepuluh pejabat tersohor Sumsel patut di duga melakukan Politik Dinasti, entah apakah dengan mencalonkan diri, pasti jadi, atau berujung bui.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI