Mohon tunggu...
SatyaMeva Jaya
SatyaMeva Jaya Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, Berbagi, dan Lepas

I Never mess with my dreams "m a Sapiosexual"

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Fenomena Taliban sebagai Idola Baru, Keliru terlaru Terburu-buru

17 Agustus 2021   22:48 Diperbarui: 20 Agustus 2021   23:53 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberhasilan Taliban menguasai hampir seluruh provinsi di Afganistan menciptakan tanda tanya besar bagaimana efek jangka panjang situasi politik global nantinya. Taliban bergerak menguasai Afganistan yaitu dengan strategi menguasai terlebih dahulu provinsi-provinsi kecil di Afganistan, baru kemudian perlahan mengepung  Kota Kabul, sehingga dalam beberapa malam lalu berhasil menguasai istana negaranya. Hanya hitungan hari saja mereka dapat berkuasa, maka menjawab salah ramalan AS yang menyebut bahwa sekurang-kurangnya satu sampai dua bulan Taliban baru bisa menguasai Afganistan.

Disayangkan dengan kejadian ini, Presiden Ashraf Gani malah meninggalkan meninggalkan negaranya sekaligus tanggung jawabnya. Ashraf Meninggalkan rakyatnya yang kebingungan, sehingga kini situasi di Afganistan kian tak terkendali. Terlihat dari adanya penumpukan masyarakat yang ingin keluar dari negara tersebut dengan harap bisa memasuki wilayah Turki,Iran dan sekitarnya. Trauma mendalam masih terlihat nampaknya, sebab Taliban memiliki jejak yang begitu keras terbilang kejam bahkan bisa di anggap tidak lagi mempertimbangkan  kemanusiaan, tercatat PBB mencatat terdapat 15 kasus genosida yang menewaskan ribuan manusia selama Taliban berkuasa.  Mulanya, hal tersebut muncul saat Taliban selama lima tahun menguasai Afganistan pada tahun 1996-2001.

Selama berkuasa, Taliban dikenal kelompok Islamis garis keras yang menerapkan hukum-hukum agama dengan sangat keras dan kaku, bahkan cenderung kejam, mereka dianggap sebagai kelompok teroris yang berafiliasi jaringan teroris di Timur tengah. Begitu banyak cerita kekejaman Taliban Ketika mereka dulu berkuasa di Afganistan, sampai akhirnya mereka dipukul mundur oleh Amerika beberapa saat pasca tragedy 911 yaitu di bomnya WTC.

Ironinya, padahal Taliban ini adalah kelompok milisi yang dalam pembentukannya dibantu oleh Amerika dan Arab Saudi pada tahun 1994 dengan pimpinan bernama Mullah Oemar. Ada beberapa yang beranggapan bahwa tujuan Amerika ini pada awalanya adalah murni bisnis dan menguasai (mengamankan) Kawasan sekitar, dan kemudian mendirikan pangkalan militer untuk mendekati Iran, musuh bebuyutannya. Pada perjalanannya, Taliban ini malah membelot bersekutu dengan Al-Qaeda, salah satu bentuk bersekutu mereka yaitu Taliban membantu menyembunyikan Osama Bin Laden dari kejaran Amerika, yang saat itu Osama dituduh Amerika bahwa Osama lah actor utama dari pemboman di Amerika. Pada akhirnya, mereka (Amerika) sendiri juga yang menyingkirkan Taliban dari kursi kekuasaan di Afganistan.

Tidak murah ongkos yang harus dibayar Amerika dalam perjuangan mengusir Afganistan,  dalam misi menjaga keamanan wilayah Afganistan dari serangan balik milisi Taliban. Kabarnya ribuan trilliun rupiah sudah dikeluarkan Amerika dalam menciptakan keamanan,  dengan bentuk persenjataan atau alusista Angkatan perang di Afganistan, sungguh biaya yang mahal. Mirisya lagi, biaya mahal tersebut terbilang kembali sia-sia. Sebab, biaya bantuan tersebut malah banyak yang di korupsi oleh elit militer Angkatan perang Afganistan.

Ihwal korupsi tersebut berdampak buruk bagi pemerintahan Afganistan itu sendiri sehingga menimbulkan beberapa prajurit militer Afganistan beralih mendukung Taliban dengan harapan masa depan lebih baik karena petinggi mereka dahulu senang memperkaya diri sendiri daripada membangun kesejahteraan prajuritnya, kemudian biaya yang dikorupsi tersebut dengan nyata malah makin memperlemah pertahanan Afganistan itu sendiri. Maka, momentum tersebut mempermudah Taliban untuk kembali berkuasa dan sekarang tampil dengan wajah baru bahwa Taliban bak sosok penyelamat dengan semangat menuntaskan kemiskinan, lihat saja bagaimana pesan politik yang dibangun Taliban sekarang ini. Sehingga hal ini adalah salah satu fakor Amerika memilih pergi dari Afganistan karena dianggap tidak mendapat keuntungan apa-apa.

Hal ini kontras sekali dengan Bashar Al-ashad pemimpin suriah yang mana Ketika suriah di gempur, seluruh rakyat dan pemerintahannya bersatu untuk melawan, serta pemimpinnya memilih menetap tidak meninggalkan rakyatnya dan berprinsip "akan merasa hina jika harus mati dipengasingan di negara orang lain". Itulah salah satu faktor utama suriah bisa menang dalam gelombang perang selama lebih tujuh tahun lamanya.

Masuk pada situasi duelactor global yaitu Cina dan Amerika, maka Cina tidak hanya diam melihat posisi berkuasanya Taliban saat ini, ia mengambil momentum ini untuk mendekati Taliban, sepeninggal musuhnya yaitu Amerika. Dengan manuver mendukung Taliban mengganti dasar  negara Afganistan menjadi negara Emirat Islam Afganistan, mungkin sebab Cina melihat banyak keuntungan jika mendekati Taliban. Pertama, Cina makin lapang mengepakkan sayap untuk menginvansi sumber daya alam di Afganistan yang kaya akan litium, emas, batubara senilai lebih dari Rp. 14.000 Triliun. Cina nampaknya ingin hadir lebih unggul untuk berinvestasi di Afganistan mengsingkirkan India dari persaingan, sehingga nantinya secara otomatis India akan tersingkir, sebab Pakistan ( negara pecahan dari india) sebagai perantara yang memperkenalkan Taliban kepada Cina, yang selama ini juga Pakistan berkerja sama dengan Cina untuk mengembangkan sector ekonomi dikawasan Asia Selatan.

Keuntungan kedua, selama ini cina dapat mengamankan negaranya sebab kerap merasa terancam oleh ETIM dalam Bahasa Indonesia bearti Gerakan Islam Turkmenistan Timur. ETIM ini dianggap teroris oleh Cina karena berafiliasi dengan kelompok muslim garis keras di cina, khususnya di Uyghur. Tetapi malah Amerika, menghapus ETIM sebagai daftar kelompok teroris yang membuat Cina marah besar. Maka jika dilihat dari sudut pandang atas, pertarungan di Afganistan ini bukan hanya Pemerintah Afganistan melawan Milisi Taliban. Tetapi ini sesungguhnya pertarungan duel actor global yaitu Amerika VS Cina, Amerika bersama sekutunya termasuklah disisi ini bersama India dan Cina bersama rusianya. 

Anggap saja di Akuarium yang tenang terdapat dua actor penguasa besar yang sedang bertarung, maka penguasa sedang dan actor kecil yang hidup di dalamnya beserta landscape tanaman yang disusun mendapat efek yang cukup keras akibat pertarungan tersebut.

Apakah Indonesia sebagai actor sedang di akuarium beserta SDA sebagai landscape tanaman yang disusun alami oleh alam tidak mendapat efek? Tentu saja, efek akan terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun