Mohon tunggu...
SatyaMeva Jaya
SatyaMeva Jaya Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, Berbagi, dan Lepas

I Never mess with my dreams "m a Sapiosexual"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jika Segala Sesuatu Berkontradiksi untuk Bisa Dipahami, Maka Kontradiksi Berkontradiksi dengan Apa agar Bisa Dipahami?

27 Juli 2021   16:25 Diperbarui: 27 Juli 2021   18:45 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Budak adalah bukan Majikan = Majikan hadir secara negative didalam budak sehingga budak dapat dipahami sebagai budak, sejauh relasinya dengan "yang bukan budak" yaitu majikan. Jadi budak menjadi identic dengan dirinya sendiri selama berelasi dengan yang bukan dirinya, dalam hal ini berarti  budak sekaligus bukan budak dan majikan sekaligus bukan majikan.

Kemudian konsep Trifial Hegel mendapat kritik dari Karl Marx yang beranggapan ; jika maksud kontradiksi dari Hegel tersebut merupakan sebuah keharusan serta suatu hal yang wajar atau natural, artinya penindasan yang dilakukan kaum Borjuis terhadap kaum Ploretar itu suatu keharusan serta kewajaran ( hal yang bertentangan dapat di anggap natural ), sehingga Marx mengkritik kalau dialektika Hegel adalah dialektika Borjuis dalam realitas kehidupan sosial.

Dalam buku Manifesto Komunis Marx ia mengatakan Bahwa "Sejarah Umat manusia adalah sejarah pertentangan kelas".  Artinya, kaum penindas VS kaum tertindas bersifat mutlak. Di contohkan, Tuan VS Hamba, Ahli VS Pembantu, Orang merdeka VS Budak dan kaum Partisir VS kaum Plebeyer.

Dengan anggapan Marx ini maka membawa dialektika atau kontradiksi ini pada ide yang harus selaras dengan realitas sosial yang ada, dan kajian yang tadinya bersifat kosmosentris lalu diturunkan Marx kepada  kajian bersifat Antroposentris. Anggapan penulis disini Marx tidak menyatakan secara konkret bagaimana rumusan atau konsep dialektika menurutnya.

Pendapat  dan kritik Marx mengenai dialektika mendapat kritikan pula dari temannya yaitu Engels dengan konsep yaitu :

1. Gerak kuantitas ke kualitas atau sebaliknya , seperti air yang dipanaskan menciptakan uap.

2. Negasi atas Negasi, singkatnya suatu anggapan sangkalan yang di hadapkan pada sangkalan lainnya. Seperti, Atom yang ditemukan Democritus di sangkal oleh JJ. Thompson bahwa selain atom ada juga electron (negative), di sangkal pula oleh Ernest Rutherfoord yang menemuka ada juga Proton (unsur positif), di sangkal lagi oleh Jams Hadwick selain ada unsur positif dan negative atom mengandung unsur Netral yaitu neutron. Ternyata tidak sampai disitu, ada lagi sangkalan dari "fulan" yang berpendapat jika positif (proton) bertemu positif (proton) menghasilkan Kuark tetapi kuark ini tidak pernah diteliti secara langsung.

3. Penetapan dan pengingkaran, seperti Hegel.

Ada yang mengadopsi Konsep Engels ini dalam pergerakan revolusionernya yaitu oleh Mao Zedong, tokoh revolusi China dalam melawan Imperialis Jepang. Singkatnya, pada hal Mao menggerakan rakyat China sebagai kuantitas, lalu ia mengaktualisasikan kuantitas gerakan perlawanan kepada imperialis Jepang. Mungkin seperti membakar buku yang dipicu korek api (tokai) lebih lama dibanding membakar buku yang dimasukan dalam kobaran api besar.

Lalu Mao beranggapan bahwa dialektika tidak hanya faktor internal untuk menciptakan suatu perubahan, namun lebih dalam dialektika dapat ditentukan oleh faktor eksternal untuk terciptanya suatu perubahan. Tetapi, hal ini dapat terjadi untuk hal bersifat materialis seperti air menjadi uap jika dipanaskan.

Air disini materi internal yang jika dipadukan dengan api (materi eksternal), akan menciptakan/berubah  beberapa air menjadi material uap. Kemudian, berpengaruh pada kualitas yaitu akibat panas sebagai suhu, yang menyesuaikan suhu tinggi tertentu pada air saat dipanaskan, hal ini disebut Mao dialektika materialis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun