Tepat 11 Mei 2021 di Kompasiana Account ini menuliskan  artikel yang berjudul "Antisipasi Varian Covid B1617 terkesan lamban, PEMDA Mari Bergegas!",
sejak tanggal 11 mei 2021 artikel diatas  disiarkan apakah PEMDA dan Pemerintah Pusat sudah bergegas mengantisipasi varian B1617 (Delta) ini? Apa langkah preventif yang di lakukan sehingga keefektifan waktu yang berpacu dengan cepatnya  penyebaran dapat efektif namun tetap mempertimbangkan  kemaslahatan seluruh kelas-kelas sosial yang ada di Bumi pertiwi?Â
     Sedikit mengingat dari tulisan saya pada 11 mei 2021 bahwa di akhir bulan April 2021 sudah terdeteksi sedikitnya ada 10 varian Delta sudah masuk di Indonesia penyebarannya tercatat berada di pulau-pulau besar seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Jika melihat pada awal penanganan Delta  ini, langkah pertama yang di ambil pemerintah pusat adalah memberhentikan penerbangan domestik dari Indian ke Indonesian maupun sebaliknya, kecuali kargo tepat ditanggal 24 April 2021.Â
Tracing pun terkesan lamban, padahal banyak ahli berpendapat bahwa varian Delta ini berkali-kali lipat lebih cepat penyebarannya di banding varian sebelumnya, sehingga Tracing tidak bisa dilakukan dengan cara yang biasa-biasa saja, tidak salah bukan jika PEMDA yang tercatat ada varian tersebut segera membentuk SATGAS khusus tracing varian ini maka dapat menekan penyebaran, begitu juga PEMPDA Khususnya Provinsi dapat membantu dengan membuat kebijakan yang lebih mengetatkan Prokes, percepatan vaksin, bahkan meminta arahan pemerintah pusat agar provinsi yang tercatat di izinkan untuk mengawasi mobilisasi masyarakat yang ada di perbatasan. Ah sudahlah setidaknya itu harusnya di lakukan pada 3 bulan lalu!
"Mari menatap kedepan, Â yang terdahulu jadikan saja pelajaran", tidak asing Quotes ini terdengar pada seminar motivasi atau status Story pemuda galau yang hidupnya makin dilema, susah cari kerja apa lagi buka usaha, yang ada penumpukan angkatan kerja jadi PR baru setelah ini semua berlalu.
   Perihal petikan Quotes di atas "...., yang terdahulu jadikan saja pelajaran", Sudah tahu kan harusnya di bulan April kemarin Indonesia punya langkah apa? YA! pelajaran terdahulu harusnya baiknya berbuntut  rasa bangga sebab memiliki pelajaran berharga pada 13 Maret 2020 yang mencatat kasus pertama covid di Depok;penanganan yang begitu cepat pada tahun itu, dapat menekan angka covid, nyatanya tidak. Oke, ketika itu Indonesia Shock tetapi di bulan April kemarin pemerintah sudah punya pengalaman artinya disaat Indian mencatat banyaknya angka penyebaran, kematian dan kasus aktif.Â
Indonesian punya dong insiatif pencegahan? mensimulasi kan penanganan Delta ini sehingga saatnya nanti Delta yang mengerikan ini masuk ke Indonesia  bukan menjadi ancaman berarti bagi Indonesian karena sebelum varian ini masuk, Kita sudah membicarakan semua langkah Preventif dengan seluruh ahli, pejabat yang berwenang dan sosialisasi kepada masyarakat maka saat datangnya varian ini kita tinggal berperan masing-masing sesuai arahan penanganan sebelumnya. Jika terdapat kekurangan lagi, evaluasi berkala, mari kembali  duduk bersama.
   Tercatat saat tulisan ini di tulis terdapat 44.721 kasus baru dan rata-rata 7 hari yaitu 50.039 ( Sumber : JHU CSSE COVID-19), mengerikan bagi negara yang minim cadangan dana namun ada 270 juta warga yang harus dijamin negara kesehatannya.  Vaksin yang sudah mahal ongkosnya harus segera di percepat di suntikan, Pada 17 Juli 2021 total tersalurkannya vaksin  dosis pertama yaitu 41.268.627 (15.2%) dari total populasi dan total divaksinasi lengkap yaitu 16.217.855 (6.0%) dari total populasi.Â
Artinya, hampir 80% dari total populasi belum di vaksin, ini yang lebih MENGERIKAN! andai saja, Pemerintah mau menjemput bola ke bawah dengan menggerakan lini terkecil dari RT, RW, KADES atau Kepala suku dengan pendampingan dari Nakes, aparat dan petugas terkait lainnya guna percepatan vaksinasi, sehingga mengurangi tugas pemerintah pusat yang sebelumnya penyuntikan terpusat pada titik tertentu  seperti di Rumah Sakit, Puskesmas, dan pusat kesehatan lainnya, akan menyebar sampai pelosok.Â
Ibarat saat kampanye saja lah, calon-calon tersebut bisa kok turun langsung menggerakan lini terkecil untuk mengamankan suaranya, peran partai-partai saat kondisi seperti ini dimana? peran Ormas/OKP lah yang lebih terlihat turun langsung seperti pembagian masker, penyemprotan disinfektan dan membujuk lansia agar mau datang ke pusat vaksinasi, miris. Ya, ini pemikian awam saya mungkin saja Pemerintah punya pertimbangan lain mengapa belum secara kolektif nakes dan aparat menjemput bola dengan menggerakan lini terkecil untuk percepatan Vaksinasi.Â
Partai atau kader partai yang harusnya bisa mendata di basis-basis wilayahnya untuk merekomendasikan langsung menjadwalkan bahkan memfasilitasi warganya yang masuk prioritas vaksinasi untuk di vaksin, itu akan mengurangi beban pemerintah untuk percepatan vaksin. walau, masih banyak cara jemput bola yang lebih variatif dari pendapat-pendapat ahli yang ada di media. sebenarnya, pemerintah tidak berfikir sendirian, banyak ahli atau pihak terkait ikut memikirkan hal ini.