Mohon tunggu...
Yunorina Pariman
Yunorina Pariman Mohon Tunggu... -

Hidup penuh dengan hikmah.... senang mengamati kejadian alam, sikap manusia dan menuangkannya dalam tulisan maupun foto-foto.... Waktu cuma sedikit, berbagilah ilmu dengan umat yang lain, agar dapat menjadi bekal di akherat nanti dan kemajuan generasi yang kita tinggalkan....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjaga Kepercayaan Anak terhadap Orang Tua

2 November 2011   05:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:09 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pertengahan tahun ajaran ini kami sekeluarga terpaksa pindah ke Bekasi. Mau tidak mau anak-anakpun harus pindah sekolah di lokasi sekitar rumah.

Kakak Fara yang telah duduk di kelas 2 SD tidak mengalami kesulitan berarti di hari-hari pertamanya di sekolah baru. Ia cukup diantarkan sampai ke depan kelas kemudian ditinggal sampai jam menjemput tiba.

Tapi tidak begitu halnya dengan si kecil De Fira yang masih di TK kelas B. Di sekolahnya yang baru ini, Fira harus berhadapan dengan murid laki-laki yang jumlahnya dua kali lipat dibandingkan murid perempuan. Jauh berbeda dengan sekolahnya yang lama, dimana murid perempuan hampir sebanding dengan murid laki-laki. Dampaknya, pada hari pertama masuk sekolah, de Fira langsung mendapatkan hadiah lemparan bola ke kepalanya! Akibatnya dia ketakutan, dan tidak mau ditinggal di sekolah.

Hari pertama, kedua, ketiga hingga kelima, aku harus menungguinya di teras sekolahan.

"Bunda Tunggu di sini (sambil menunjuk sebuah tiang)!",  begitu selalu pesannya ketika jam sekolah akan dimulai.

Badan pegal dan capek tidak kepalang. Duduk bersandarkan tiang dari jam 7 hingga jam 12 siang. Aku harus pintar-pintar  membunuh waktu. Hari ini membawa buku, besok membawa majalah, besoknya lagi membawa laptop.

Setelah hampir berjalan dua minggu tanpa perubahan berarti, aku menghadapi masalah karena harus pergi meninggalkan sekolah untuk mengurus kartu Jamsostek di Daan Mogot.

Sejak pagi hari aku sudah berusaha membujuk dede agar mau ditinggal, tapi dia marah dan ngambek meminta aku tetap menungguinya di tiang 'keramat' itu.

Lalu, ketika aku mengemukakan masalah tersebut ke ibu-ibu lainnya di sekolah. Seorang ibu menyarankan dengan mengatakan, "Kalau saya bu tegaan.... tinggalin saja.... nanti juga terbiasa!".
Yang lainnya bilang, "Bilang aza Bu, mau ke warung sebentar.... ntar dia tidak sadar kalau ditinggal".
Yang lainnya lagi berujar, "Kabur aza Bu, kalau Fira tidak lihat!".

Terus terang aku ragu dan langsung menjawab, "Tidak bisa Bu, saya tidak biasa bohong ke anak, nanti kepercayaan Fira hilang".

Lalu untuk saran ibu yang lainnya saya menjawab, "Saya tidak mungkin kabur Bu, kami kan selalu berpamitan dan mengucapkan salam ketika berpisah!"

Jawaban-jawaban itu spontan dan lancar keluar dari lisanku, mengapa?
Ya, karena terus terang, sejak anak-anak usia dini, untuk alasan apapun kami selalu berusaha TIDAK BOHONG kepada mereka.

Mengapa harus bohong? Bukankah bohong menghilangkan kepercayaan seseorang?

Kalau kami perhatikan, banyak dari kita yang ingin segera lepas dari beban-beban seperti ini dengan jalan pintas.
Caranya? ya berbohong itu. Mereka berpikir, "Ntar juga lupa!".

Tapi sebenarnya kita-lah yang LUPA.
Kita lupa bahwa kita telah melukai perasaan mereka.
Kita lupa bahwa kita telah merenggut kepercayaan mereka.

Percayalah, hubungan yang paling indah itu adalah adanya rasa saling percaya. Kepercayaan itu mudah untuk dihilangkan namun susah untuk dipertahankan.

Lalu bagaimana kami menjaga kepercayaan Fira dalam hal ini? Alhamdulillah, dengan berjalannya waktu, akhirnya  kami menemukan cara yang lebih baik dibandingkan dengan membohonginya. Saat mengantarkan Fira ke sekolah, aku tidak mendampinginya tetapi ayahnyalah yang mengantarkannya. Karena kepada ayahnya, ia tidak terlalu manja, sehingga ayahnya dapat dengan mudah meninggalkannya ketika lonceng sekolah berbunyi.

Alhamdulillah, satu lagi hikmah telah kami peroleh, bahwa selalu ada cara untuk menjaga kepercayaan anak kepada orang tuanya. Kitalah, para orang tua, yang harus berkorban dan berjuang untuk mempertahankannya, karena seberat apapun, itulah tugas orang tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun