Mohon tunggu...
yunnisamaulida135
yunnisamaulida135 Mohon Tunggu... Lainnya - tulisantanganyunnisa

jadilah diri sendiri dan selalu rendah hati

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kinerja UMKM di Masa Pandemi

1 Juli 2021   23:10 Diperbarui: 1 Juli 2021   23:32 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar usaha yang berusia 0-5 tahun berada dalam skala ultra-mikro (58,36%) dan skala mikro (58,33%). Selain itu, terdapat variasi metode penjualan yang dilakukan pelaku usaha, yaitu door-to-door 41%, toko fisik 34%, melalui agen atau reseller 32% ,melalui market place 15%, serta penjualan secara online melalui media sosial 54%. Sehingga dari data tersebut menunjukkan bahwa selama pandemi, 94,69% usaha mengalami penurunan penjualan. 

Berdasarkan skala usaha, penurunan penjualan lebih dari 75% dialami oleh 49,01% usaha ultra-mikro, 43,3% usaha mikro, 40% usaha kecil, dan 45,83% usaha menengah. Berdasarkan lama usaha, penurunan penjualan lebih dari 75% dialami oleh 23,27% usaha berusia 0-5 tahun, 10,9% usaha berusia 6-10 tahun dan 8,84% usaha yang telah berjalan lebih dari 10 tahun. 

Berdasarkan metode penjualan, penurunan penjualan lebih dari 75% dialami oleh 47,44% usaha penjualan offline/fisik, 40,17% usaha penjualan online, dan 39,41% usaha dengan metode penjualan offline sekaligus online.Sehingga pandemi COVID-19 ini sangat menyebabkan profit usaha dan Kinerja UMKM menurun secara signifikan akibatnya biaya produksi yang di keluarkan tetap seperti biasanya atau di hari-hari normal sebelum adanya Covid-19 ini atau bahkan bisa meningkat akan tetapi  penjualan menurun. Biaya usaha yang mengalami peningkatan selama pandemi yaitu bahan baku, transportasi, tenaga kerja, dan biaya lain-lain.

Kemudian solusi dari survei ini juga mengumpulkan persepsi pelaku usaha terkait kerentanan UMKM tutup usaha jika pandemi tidak segera berakhir. Sebanyak 47.13% usaha hanya mampu bertahan hingga Agustus 2020, 72,02% usaha akan tutup setelah November 2020, dan 85,42% usaha dapat bertahan paling lama dalam rentang waktu satu tahun sejak pandemi dan terdapat beberapa preferensi strategi yang dilakukan UMKM untuk bertahan, antara lain mencari pasar baru, mencari pemasok bahan baku yang lebih murah, mengurangi tenaga kerja, dan memohon penundaan pembayaran.

Sebelum saya lanjutkan akan saya bahas sedikit tentang perusahaan yang mengurangi tenaga kerja, di Indonesia sendiri ada banyak perusahaan yang karyawan yang terkena PHK oleh perusahaan nya alasannya karena untuk mempertahankan perusahaan itu sendiri dan mengurangi pengeluaran dari perusahaan itu sendiri. Maka dari itu dampak Covid-19 ini sangat-sangat besar berpengaruh bagi kesejahteraan rakyat.

Dari survei lipi tersebut juga memberikan atau merekomendasikan langkah mitigasi prioritas untuk jangan pendek dan menengah. Untuk langkah mitigasi prioritas jangka pendek yang dapat ditempuh UMKM, yaitu menciptakan stimulus pada sisi permintaan, dan mendorong platform online untuk memperluas kemitraan dengan UMKM. 

Pemerintah daerah juga harus turut andil dalam proses ini karena diharapkan dapat melakukan penguatan komponen local chain, meningkatkan mutu dan daya saing produk UMKM melalui kerja sama dengan lembaga riset, menyediakan fasilitas impor bahan baku, serta kredit murah bagi UMKM. 

Kemudian untuk langkah mitigasi jangka menengah yang dapat diambil adalah adaptive supply chain untuk barang strategis, market intelligent untuk potensi pasar ekspor baru, memperkuat sinergi Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dalam pembiayaan UMKM, menyediakan fasilitasi trading house dan logistik, meningkatkan akurasi data UMKM, serta pengembangan klinik UMKM berbasis digital. Keseimbangan tidak akan bisa kembali secara alami, intervensi pemerintah yang kuat dan terukur merupakan langkah tepat memulihkan ekonomi. 

Dan setelah hampir kurang lebih hampir 2 tahun virus Covid-19 ini melanda Indonesia pelaku usaha sudah mulai beradaptasi dengan kondisi yang seperti ini para pelaku usaha sudah sedikit demi sedikit membuka kembali usaha nya meskipun masih banyak pelaku usaha yang menerpakan sistem take away namun ada juga pelaku usaha yang menerapkan makan ditempat namun masih dilengkapi dengan prosedur yang sudah di tetapkan oleh pemeritah terkait virus corona ini. 

Selain para usaha yang menerapkan sistem take away dan masih menerapkan sistem makan di tempat ada beberpa usaha juga yang mulai banyak menggunakan kecangihan teknologi seperti mempromosikan jualan atau dagangan mereka di media massa hal tersebut tentu merupakan dampak positif juga bagi para pelaku usaha karena selain ada dampak negatif yang di timbulkan oleh virus Covid-19 ini juga memberikan dampak positif bagi pelaku usaha yaitu yang dimana kan masih banyak pelaku usaha atau kinerja UMKM yang masih gaptek atau gagap teknologi dengan adanya virus Covid ini mau tidak mau para pelaku usaha atau kinerja UMKM harus memutar pola pikir meraka untuk mempertahankan usaha meraka agar tidak gulung tikar begitu saja. 

Caranya mereka harus memanfaat kan kecanggihan teknologi yang sudah ada dari yang gaptek harus belajar tentang apa saja sih manfaat yang akan diberikan oleh teknologi ini bisa di dapatkan melalui seminar atau sosialisasi yang di lakukan oleh kepala desa contohnya tunjuaan untuk mendorong pelaku usaha atau kinerja UMKM untuk berfikir lebih kreatif lagi tentang bagaimana cara mempromosikan jualan atau dagangan mereka di situs onlien. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun