Marah bukanlah respon yang cerdas. Orang bijak selalu bahagia, dan orang yang bahagia tak akan marah,terutama marahnya, karena pada hal2 yang tak masuk akal.Suatu hari, seorang  pengemudi mobil harus berhenti karena lampu merah. Pengemudi itu kemudian marah2 dan memaki-maki lampu merah: "Kamu lampu brengsek! Kamu tahu aku ada janji penting! Kamu tahu aku sudah terlambat dan kamu membiarkan mobil di depanku lewat. Dasar babi! Ini juga bukan yang pertama kali...."
Dia menyalahkan lampu merah, seolah-olah si lampu merah punya banyak pilihan. Dia pikir si lampu merah memang sengaja menyakitinya: "Aha! Ini dia datang. Aku tahu dia terlambat. Aku akan membiarkan mobil lain lewat dulu, lalu... merah! Berhenti! Kena dia!" Si lampu merah mungkin tampak jahat, tetapi mereka hanyalah lampu merah, itu saja. Apa sih yang kita harapkan dari sebuah lampu merah? Lalu pengemudi  itu terlambat pulang dan istrinya memakinya, "Kamu suami brengsek! Kamu tahu kita ada janji penting. Kamu tahu tidak boleh terlambat dan kamu malah mendahulukan urusanmu ketimbang aku. Dasar babi! Ini juga bukan yang pertama kali..." Si istri menyalahkan suaminya, seolah-olah si suami punya banyak pilihan. Dia pikir suaminya memang sengaja menyakitinya: "Aha! Aku ada janji penting dengan istriku. Aku akan terlambat. Aku akan bertemu dulu dengan orang lain. Terlambat! Kena dia!" Para suami mungkin tampak jahat, tapi mereka hanyalah para suami, itu saja. Apa sih yang kita harapkan dari para suami? Pemicu dari kemarahan kita kebanyakan bersumber dari pengharapan yang tak sampai. Kadang kita begitu menginvestasikan diri ke dalam sebuah proyek yang kita buat sendiri ,yang ketika tak menghasilkan sesuatu sebagaimana seharusnya, kita jadi kecewa dan marah. Semua "seharusnya" merujuk pada pengharapan, suatu prediksi masa depan. Sekarang kita mungkin menyadari bahwa masa depan itu tak pasti, tak dapat diramalkan. Terlalu mengandalkan suatu pengharapan masa depan, suatu "seharusnya", itu namanya cari-cari masalah. Knapa harus marah2 dengan sesuatu atau seseorang  yang kita anggap bersalah, sementara semua orang tentunya tidak mau dipersalahkan.
Stop Marah...berikan senyuman .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H