Mohon tunggu...
Yuni Wijayanti
Yuni Wijayanti Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Saya suka traveling, nonton dan baca novel

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Masa Depan

23 Oktober 2024   16:30 Diperbarui: 23 Oktober 2024   17:23 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuai dengan filosofi yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidik harus menuntun dan bukanlah menuntut. Maka kita sebagai pendidik harus bisa menuntun murid sesuai dengan kodratnya, yaitu kodrat alam dan kodrat zamannya. 

Guru tidak hanya menuntun akan tetapi juga mengarahkan pada kemampuan dan kompetensi terbaiknya demi meraih kebaikan yang setinggi-tingginya. Tentu saja hal itu harus dibarengi dengan budi pekerti yang mulia. 

Setiap murid adalah individu unik dan berbeda, tidak ada yang sama dari hal minat, bakat, kemampuan pengetahuannya serta ketrampilannya. Oleh karena itu jika ada murid yang belum menemukan minat, bakat serta potensi dirinya maka guru harus memberikan arahan untuk mencapai hal tersebut. Agar nanti mereka dapat mengembangkan kemampuan cipta, karsa dan karya dalam kehidupan yang majemuk.

Dengan memegang prinsip dari semboyan dari Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani yang memiliki pengertian yaitu di depan seorang pendidik harus bisa menjadi teladan bagi murid-muridnya, jika berada di tengah maka pendidik harus bisa memberikan motivasi atau semangat terhadap semua proses pembelajaran mereka dan jika dibelakang maka pendidik harus mendorong murid agar mereka mau terus mengasah potensi kognisi, afektif dan psikomotornya agar menjadi pribadi yang mandiri, kreatif dan bertanggung jawab seutuhnya.

Setelah memahami bagaimana filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, ternyata pemahaman filosofi Ki Hajar Dewantara ini sejalan dengan pengembangan nilai-nilai dan peran sebagai pendidik. 

Sebagai pendidik kita harus bisa menerapkan nilai-nilai tersebut yaitu berpusat pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif dan inovatif. Semuanya nanti akan bersinggungan dengan bagaimana peran sebagai pendidik yaitu harus bisa menjadi pemimpin pembelajaran, penggerak kolaboratif guru, menjadi coach bagi guru lain, penggerak komunitas praktisi dan juga mewujudkan kepemimpinan murid.

Guru memiliki tanggung jawab yang berat, hal itu tentu saja amat penting untuk menumbuhkan kompetensi terbaik dari murid-muridnya. Menerapkan nilai-nilai yang dimiliki harus dibarengi dengan memaksimalkan perannya dalam pendidikan, tentu saja akan memberikan dampak untuk menciptakan ekosistem iklim sekolah yang positif. Iklim sekolah yang tidak akan bisa dilakukan secara sendiri-sendiri. 

Namun butuh kolaborasi, kerjasama saling mendukung, agar budaya positif benar-benar menjadi aktivitas yang selaras dengan kehidupan sehari-hari. Menempatkan guru di posisi manajer yang mampu menerapkan segitiga restitusi demi terwujudnya generasi yang mampu menemukan solusi dari permasalahannya sendiri dengan bertanggung jawab.

Guru harus memiliki visi untuk masa depan murid dan sekolahnya, karena dari sanalah guru melakukan langkah-langkah konstruktif dengan semangat kolaboratif menjadikan sekolah sebagai tempat mendidik dan merawat nilai-nilai sesuai dengan karakter Profil Pelajar Pancasila.

 Perwujudan visi guru penggerak ini tidak akan berhasil tanpa dukungan dan bantuan semua pihak dengan semangat inkuiri partisipatif di mana semua orang saling bahu-membahu mewujudkan visi sekolah yang sesuai dengan kerangka BAGJA yang berkelanjutan dan sesuai dengan kebutuhan dan potensi murid dan tentu saja sesuai dengan kodrat alam dan kodrat  zamannya saat ini, di mana saat ini dunia butuh anak-anak yang cerdas berpikir, memiliki gagasan cemerlang, kreatif dalam semua kondisi yang ada dan menghargai manusia lainnya serta alam dengan kemampuan memahami literasi secara berkelanjutan.

Untuk menerapkan budaya positif di sekolah merupakan hal yang penting bagi generasi-generasi masa depan. Anak-anak murid kita butuh adanya sentuhan pemahaman akan nilai-nilai kebajikan universal yang di dalam profil pelajar Pancasila. Yang mana untuk menciptakan generasi yang positif tentu tidak bisa seketika berubah, akan tetapi harus mengikutsertakan semua warga sekolah, komite sekolah, dan tentu saja wali murid yang paling banyak bersentuhan dengan murid-murid.

Begitu pula sebagai seorang guru yang memiliki nilai-nilai dan perannya dalam pendidikan, semestinya untuk  menciptakan pembelajaran yang mampu menerima segala macam perbedaan peserta didik, baik kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid yang beragam. Murid-murid mendapatkan kesempatan belajar yang sama sesuai dengan ketiga aspek di atas, dalam sebuah pembelajaran yang menyenangkan serta berpusat pada murid. 

Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi maka akan mewujudkan generasi yang tumbuh sesuai dengan potensi yang dimiliki, hingga pada akhirnya terciptalah manusia-manusia yang well being, sejahtera lahir dan jiwanya. Manusia akan mampu menerapkan keterampilan sosial dan emosional dalam kehidupannya. 

Mereka mampu mengenali diri sendiri, memanajemen diri sendiri, mengenal orang lain, memiliki empati pada sesama, dan mampu mengambil keputusan secara bertanggung jawab.  Murid-murid mampu menyelesaikan masalahnya sendiri dengan penuh tanggung jawab, dengan dukungan coaching dari guru dan menerapkan segitiga restitusi hingga anak-anak mampu menemukan penyelesaian dari masalahnya sendiri secara bijak.

Menjadikan kepemimpinan di sekolah sebagai institusi moral dapat tercapai dengan kemampuan pengambilan keputusan dengan tepat dan mampu memilih mana masalah yang bersentuhan dengan dilema etika atau bujukan moral. 

Ketika memahami perbedaan kedua masalah tersebut, sebagai seorang pemimpin mampu menerapkan 9 langkah dalam pengambilan keputusan, menggunakan 4 paradigma berpikir, menentukan apakah ini berkaitan tentang individu atau kelompok (masyarakat), rasa keadilan maupun rasa kasih sayang, kebenaran melawan kesetiaan, atau sebaliknya untuk jangka pendek atau jangka panjang. 

Itu adalah pilihan dari pengambil keputusan yang tentu saja mampu memilih prinsip dilema etika yaitu berpikir prinsip hasil akhir, peraturan atau karena rasa peduli pada sesama.

Jika langkah-langkah dari pengambilan keputusan tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan 3 paradigma dilema etika serta prinsip resolusi tentu harapannya setiap keputusan yang diambil akan selaras dengan prinsip pengambilan keputusan itu sendiri yaitu harus berpihak pada murid serta dapat dipertanggungjawabkan dan tentu saja mengandung nilai-nilai kebajikan universal.

Dengan menyadari bahwa pengambilan keputusan yang tepat dari seorang pemimpin, dengan melibatkan kolaborasi dari berbagai pihak yang berkepentingan, dan tentu pemimpin itu akan mampu membawa semua warga sekolah dan masyarakat dalam siklus yang positif, mampu mengambil keputusan yang bijak dan memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, semua warga sekolah dan masyarakat banyak di sekitarnya.

Akhir kata, bahwa sekolah itu adalah wadah  institusi moral dan selaku pemimpin yang bijak sejatinya lebih memilih merawat kodrat murid dengan moral yang baik daripada menghukumnya karena kesalahan yang telah mereka perbuat. 

Menghukum murid karena kesalahan adalah boleh bahkan diharuskan,asalkan tidak melibatkan fisik dan menyakiti tetapi hanya diberikan sanksi atas apa yang telah diperbuat, dengan menerapkan coaching dan segitiga restitusi agar murid mau menyadari kesalahannya. Untuk merawat moral serta adab anak-anak dimasa sekarang dan masa depan adalah yang lebih utama demi masa depannya yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun