Bisnis dapat menjadi korban kecurangan internal maupun eksternal. Kecurangan internal dilakukan oleh karyawan di berbagai tingkatan, mulai dari pembukuan yang menulis cek untuk diri mereka sendiri, hingga kolusi kompleks untuk mencuri persediaan dengan memanipulasi data komputer dan mengirimkan barang curian ke lokasi di luar kantor pusat.
Kecurangan eksternal adalah penipuan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap perusahaan. Perusahaan asuransi adalah korban umum dari jenis penipuan ini melalui aplikasi palsu dan klaim palsu. Bank juga sering menjadi korban, begitu pula dengan lembaga pemerintah.
Faktor kunci untuk mencegah kecurangan adalah mengenali tanda-tanda peringatannya. Mempelajari bagaimana kecurangan dilakukan sama artinya dengan memahami cara untuk meminimalkan kemungkinannya. Sayangnya, statistik masih menunjukkan banyak bisnis yang tidak memahami tanda bahaya kecurangan.
Laporan tahun 2010 dari Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menunjukkan bahwa penggelapan aset merupakan jenis kecurangan yang paling banyak terjadi, mencapai 86,3 persen dari semua kasus kecurangan okupasional. Skema korupsi berada di urutan kedua yang jauh tertinggal di belakang yaitu 32,8 persen, dan laporan keuangan yang curang hanya sebesar 4,8 persen.
Kejahatan yang Mengincar Perusahaan
Fraud: Penipuan yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan secara tidak sah. Fraud dapat berupa penggelapan dana, penipuan akuntansi, penipuan asuransi, dan lain-lain. Pencurian: Pencurian harta benda perusahaan. Pencurian dapat berupa pencurian uang tunai, barang inventaris, atau data elektronik.
Sabotase: Tindakan yang merusak atau mengganggu operasi bisnis. Ini dapat termasuk perusakan properti secara fisik, gangguan sistem komputer, atau pencurian rahasia dagang.
Cybercrime: Kejahatan yang dilakukan melalui internet atau jaringan komputer. Misalnya, peretasan data, serangan ransomware, dan penipuan phishing adalah contohnya.
Dunia bisnis, meskipun penuh dengan peluang dan inovasi, tak luput dari ancaman yang dapat menghambat kemajuan dan bahkan menghancurkan perusahaan: penipuan atau fraud. Fraud, yang mengacu pada tindakan curang untuk mendapatkan keuntungan secara tidak sah, dapat menimbulkan dampak yang signifikan bagi perusahaan, mulai dari kerugian finansial hingga kerusakan reputasi.Â
Memahami Fraud
Fraud dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti:
- Penggelapan dana: Pencurian uang tunai, cek, atau aset perusahaan lainnya.
- Penipuan akuntansi: Manipulasi laporan keuangan untuk menyembunyikan kerugian atau meningkatkan keuntungan secara artifisial.
- Penipuan asuransi: Mengajukan klaim asuransi palsu atau berlebihan.
- Suap dan korupsi: Memberikan atau menerima uang atau barang berharga untuk mendapatkan keuntungan yang tidak semestinya.
- Pencurian data: Mengakses data perusahaan secara tidak sah untuk dijual atau digunakan untuk tujuan kriminal.
Dampak Fraud Terhadap Bisnis
Dampak fraud terhadap bisnis dapat sangat serius, antara lain:
- Kerugian finansial: Bisnis dapat kehilangan uang secara langsung melalui pencurian, manipulasi keuangan, atau pembayaran klaim asuransi palsu.
- Kerusakan reputasi: Terungkapnya kasus fraud dapat merusak reputasi bisnis dan membuat pelanggan, investor, dan mitra kehilangan kepercayaan.
- Gangguan operasional: Fraud dapat mengganggu operasional bisnis dan menyebabkan penundaan atau bahkan penghentian aktivitas bisnis.
- Penuntutan hukum: Bisnis dan individu yang terlibat dalam fraud dapat dikenakan tuntutan hukum dan hukuman pidana.
Upaya Pencegahan dan Mitigasi Fraud
Untuk meminimalkan risiko fraud, bisnis dapat mengambil langkah-langkah berikut:
- Membangun budaya anti-fraud: Ciptakan budaya di mana kejujuran dan integritas dihargai, dan di mana karyawan merasa nyaman untuk melaporkan aktivitas yang mencurigakan.
- Memperkuat kontrol internal: Implementasikan kontrol internal yang kuat untuk mencegah dan mendeteksi fraud, seperti pemisahan tugas, otorisasi yang tepat, dan rekonsiliasi akun.
- Melakukan audit internal secara berkala: Lakukan audit internal secara berkala untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi kelemahan dalam kontrol internal.
- Meningkatkan kesadaran karyawan tentang fraud: Berikan pelatihan kepada karyawan tentang fraud awareness, sehingga mereka dapat mengenali dan melaporkan tanda-tanda aktivitas yang mencurigakan.
- Memiliki asuransi: Asuransi fraud dapat membantu bisnis untuk mengurangi dampak finansial dari fraud.
Penipuan atau fraud, bagaikan racun yang dapat merenggut integritas dan menghambat kemajuan perusahaan. Dalam dunia bisnis yang kompleks, fraud tak jarang menjadi momok yang mengintai, menimbulkan kerugian finansial dan mencoreng reputasi.
Memahami Peran Viktimologi
Di tengah upaya membongkar dan memerangi fraud, viktimologi hadir sebagai ilmu yang mempelajari korban kejahatan, termasuk korban fraud di lingkungan perusahaan. Viktimologi memberikan perspektif penting dalam proses penyelidikan fraud, dengan membantu investigator memahami:
- Karakteristik dan pengalaman korban: Pemahaman ini membantu investigator mengidentifikasi target potensial dan modus operandi yang digunakan pelaku.
- Dampak fraud terhadap korban: Korban fraud sering kali mengalami trauma emosional dan finansial. Investigator dapat membantu korban dengan memberikan informasi dan dukungan.
- Informasi penting tentang kejahatan: Korban dapat memberikan keterangan tentang kronologi kejadian, modus operandi pelaku, dan bukti yang mungkin ada.
Penerapan Viktimologi dalam Penyelidikan Fraud
Dalam kasus fraud penggelapan dana, misalnya, investigator dapat mewawancarai korban untuk mengetahui:
- Bagaimana pelaku mendapatkan akses ke dana perusahaan.
- Kapan dan di mana fraud terjadi.
- Berapa kerugian yang dialami korban.
- Bukti fisik yang mungkin ada.
Informasi yang diperoleh dari korban ini dapat membantu investigator mengidentifikasi kelemahan dalam kontrol internal perusahaan dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaikinya.
Manfaat Viktimologi. Viktimologi memiliki beberapa manfaat. Dr. J.E. Sahetapy SH menyebutkan bahwa manfaat dari viktimologi adalah :
- viktimologi mempelajari hakikat mengenai korban dan yang menimbulkan korban, serta mempelajari arti dari viktimisasi dan proses viktimisasi bagi mereka yang terlibat dalam proses viktimisasi.
- viktimologi memberikan sumbangan dalam pengertian lebih baik tentang korban akibat tindakan manusia yang menimbulkan penderitaan-penderitaan. Penderitaan tersebut dapat berupa penderitaan mental, penderitaan fisik, dan penderitaan sosial. Maksudnya adalah untuk memberikan penjelasan-penjelasan terkait kedudukan dan peranan korban serta hubungan korban dengan pelaku maupun pihak lain.
- viktimologi memperhatikan permasalahan viktimisasi yang tidak langsung, misalnya akibat-akibat sosial pada setiap orang yang disebabkan polusi industri.
- viktimologi memberikan dasar pemikiran dalam mengatasi masalah kompensasi yang diberikan kepada korban. Pendapat-pendapat viktimologis digunakan dalam keputusan-keputusan peradilan kriminal dan reakasi pengadilan terhadap perilaku kriminal.
Sedangkan Rena Yulia, menyebutkan bahwa manfaat dari viktimologi adalah :
- manfaat yang berkenaan dengan usaha membela hak-hak korban dan perlindungan hukum.
- manfaat yang berkenaan dengan penjelasan peran korban dalam suatu tindak pidana.
- manfaat yang berkenaan dengan usaha pencegahan terjadinya korban.
Tujuan Viktimologi. Secara umum, tujuan dari viktimologi adalah untuk memberikan penjelasan mengenai peran yang sesungguhnya para korban dan hubungan mereka dengan para korban serta memberikan keyakinan dan kesadaran bahwa setiap orang mempunyai hak mengetahui bahaya yang dihadapi berkaitan dengan lingkungannya, pekerjaannya, profesinya dan lain-lainnya.
Sedangkan menurut Muladi, sebagaimana dikutip oleh Lilik Mulyadi, dalam "Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi Dan Victimologi", menyebutkan bahwa tujuan dari viktimologi adalah :
- menganalisis berbagai aspek yang berkaitan dengan korban.
- berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya viktimasi.
- mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia.
Kesimpulan
Di era digital ini, risiko fraud semakin kompleks dan canggih. Oleh karena itu, penting bagi bisnis untuk terus memperbarui strategi pencegahan dan mitigasi fraud agar dapat beradaptasi dengan modus operandi penipuan yang terus berkembang. Dengan kewaspadaan dan proaktivitas, bisnis dapat membangun lingkungan yang aman dan terpercaya, sehingga dapat fokus pada pertumbuhan dan pencapaian tujuannya. Bisnis perlu proaktif dalam mencegah kejahatan dan siap untuk merespons jika terjadi. Dengan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat dan memiliki rencana untuk menangani kejahatan, bisnis dapat meminimalkan dampak negatif dan melindungi diri dari kerugian finansial dan kerusakan reputasi.Â
Fraud merupakan ancaman serius bagi bisnis. Dengan memahami jenis-jenis fraud, dampaknya, dan langkah-langkah pencegahan, bisnis dapat melindungi diri dari kerugian finansial, kerusakan reputasi, dan gangguan operasional. Membangun budaya anti-fraud, memperkuat kontrol internal, dan meningkatkan kesadaran karyawan adalah kunci untuk meminimalkan risiko fraud dan menjaga kelangsungan bisnis.Â
Viktimologi merupakan alat berharga bagi investigator fraud. Dengan memahami korban fraud, investigator dapat lebih memahami kejahatan yang terjadi, mendapatkan bukti, mendukung korban, dan mencegah fraud di masa depan.
Memerangi fraud membutuhkan upaya kolektif dari berbagai pihak, termasuk investigator, perusahaan, dan masyarakat. Dengan penerapan viktimologi yang tepat dan upaya pencegahan yang komprehensif, kita dapat membangun lingkungan bisnis yang lebih aman dan terpercaya.
Citasi
https://legalstudies71.blogspot.com/2021/06/viktimologi-pengertian-ruang-lingkup.html
https://id.wikipedia.org/wiki/ViktimologiÂ
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). (2024). What is Fraud?. https://www.acfe.com/Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H