Mohon tunggu...
YunitaUmar
YunitaUmar Mohon Tunggu... Buruh - Pengangguran

Anak Kampung

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Hak Suara Hilang Karena 17 Maret, Selamat Bergolput Ria Teman

11 April 2019   06:55 Diperbarui: 11 April 2019   07:18 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitulah, semangat yang meledup untuk ikut mengeluarkan hak suara diredam karena batasan waktu. Tidak terlepas kemungkinan teman-teman tidak mengurus formulir A5 yang diselenggarakan petugas KPU di berbagai kampus dengan berbagai alasan. Mungkin malas, tidak paham apa itu formulir A5, dan yang terakhir 'kenapa ada batasan waktu'. 

Namun, diujung waktu yang seminggu lagi pesta gempita itu akan berlangsung, kita tidak bisa menafikan bahwa ghirah cinta tanah air bisa jadi muncul begitu besar. Sehingga di hari terakhir ini, mereka datang untuk mengurusnya.

Kenapa bisa sebegitu rumit? Sedangkan di nasional.kompas.com dijelaskan, sampai 10 April pun seorang mahasiswa masih memiliki kesempatan untuk mengurus formulir A5 itu. Petugas KPU itu yang kurang up to date, terlalu taat pada perintah atasan, atau teman-teman yang terlalu ngeyel memaksa mereka untuk membuatkan formulir A5. Entahlah.

Mengutip tabloid mahasiswa, Suara Kampus edisi 147 pada suara utama halaman 4. Di sana tercantum petuah Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Prof. Dr. H. Duski Samad, M. Ag "Jika ada dari mahasiswa yang tidak mau mengeluarkan hak suaranya pada pemilu serentak nanti, itu adalah mahasiswa level rendah."

Apakah teman-teman yang telah mengayuh semangat menghantam hujan siang tadi adalah mahasiswa level rendah? Batasan waktu untuk kebebasan bersuara pada pemilu raya negeri ini?

Selamat memilih teman-teman yang memiliki hak suara di kampungnya. Bisa pulang kampung di hari H karena jarak kampung yang masih selingkup Sumatera Barat atau di luar itu. Selamat juga untuk teman-teman yang tidak memiliki hak suara, mari menitik cemburu pada kelingking biru yang siap viral 17 April nanti.

Maaf, kepada masing paslon terpaksa kalian kehilangan suara. Sebab teman-teman yang tidak memiliki hak suara. Bisa jadi di penjuru negeri ini juga bernasib sama. Hendak bersuara namun terbatas waktu. Hendak bersuara mungkin ada kendala yang terjadi.

Golput? Tidak selamanya beralasan negatif. Seperti teman-teman yang gagal memiliki hak suara, apakah sampai seminggu ke depan mereka tetap tidak memilikinya? Golput, bukan pilihan mereka. Semangat memilih itu ada. Antusias mengikuti sepak terjang kampanye maupun debat capres tidak sekalipun dilewatkan. Bahkan satu dua postingan di akun media sosial mereka kadang menjuru tentang hiruk pikuk politik kita.

Pengalaman hari ini. Mengamal-ngamal kekecewaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun