Mencoret-coret pikiran dari hasil diskusi bersama teman-teman kemarin. Dilema prahara kritikan yang sering buat kita harus mengelus dada. Hujan batu menghujam bumi. Seperti itulah kiranya kala mengkiritik atau dikritik. Sepahit empedu di ulu hati.
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak bisa jauh dari hal mengkritik atau dikritik. Dari hal yang sederhana hingga masalah yang paling besar sekalipun. Ideologi kerumunan asal mengkritik tanpa tahu kronologis kejadian pun kerap terjadi. Hingga menjadi kebenaran berjamaah dan yang dikritik akan menciut nyalinya. Sebagaimana kata pemantik, "kami akan meninggal kalau kalian kritik kayak gitu."
Karena mengkritik dan dikritik selalu ada di dalam kehidupan sehari-hari kita, maka hal itu tidak bisa dihindari. Manusia sebagai zoon politicon ataupun homo sapiens selalu berhubungan sosial dengan sesamanya akan mengalami fase dimana dia harus dikritik dan mengkritik.Â
Lalu, mengkritik yang membangun atau malah menjatuhkan? Di mana kita di antara dua posisi itu? Ketika dikritik apakah kita bisa tahan banting dan tetap keukeuh dengan pendirian sendiri? Atau mengikuti kehendak kritikan tersebut? Teruntuk yang dikritik dan selalu mengkritik ada pentahapan yang perlu diketahui dan wajib dijalani.Â
- Menyusun konsep. Ada baiknya susunlah konsep terlebih dahulu dengan tepat dan benar. Agar tertata apik apa yang mau disampaikan.
- Menyusun argumen. Susunlah argumen kita dengan alasan-alasan yang kuat. Jangan asbun alias asal bunyi. Bicara jangan lepas dari dalil atau bukti.Â
- Menganalisis. Sudah siap argumennya, mari dianalisis. Ingat, jangan tergesa-gesa, teliti lebih dahulu. Pahami dan analisis lebih dalam.
Ketiga tahap ini amat penting untuk dijadikan landasan dalam mengkritik ataupun membalas kritikan. Ditambah juga dengan ciri-ciri berpikir philosopy yang selalu ditekankan dalam mengamati sebuah kejadian.Â
Universal, radikal, komprehensif, bebas, objektif, skeptis hingga bertanggungjawab. Dengan begitu kegiatan mengkiritik dapat berjalan sebagaimana mestinya. Tidak jauh dari kebenaran ataupun asal bunyi tanpa pikir panjang. Juga berani bertanggungjawab terhadap kiritikan yang sudah dilontarkan.
Perlu juga sikap mencintai diri sendiri agar ketika dihadapi perihal kritikan tidak goyah atau merasa pesimis. Karena pesimisme merupakan paham kejahatan terhadap diri kita sendiri yang akan berakhir pada penderitaan. Optimis, hadapi kritikan dengan lapang dada. Lakukan apa yang dikritik jika itu membangun. Jangan lunglai ketika kritikan itu menjatuhkan. Jangan mau menderita sepanjang hari karena dikritik. Mengkritik juga perlu agar sebuah sistem atau apa saja itu bisa berjalan dengan baik. Kesalahan-kesalahan di depan mata kita jangan dibiarkan saja.Â
Mari mengkritik, namun harus dengan kritikan yang cerdas. Bisa dinalar logika dan tidak terjadi kekeliruan dalam berpikir. Jadilah subjek pengkritik yang memberi solusi dan pemahaman baru tanpa meninggalkan paham yang lama.Â
Kemudian, jadilah objek kritikan yang tenang dan tidak tersulut emosi. Dua kubu yang tidak boleh bermusuhan. Mari menjalin kedekatan dengan cinta. Mengutip perkataan Pemantik lagi,Â
"Selain cinta apa yang membuat kita ada?"