Pendidikan adalah investasi utama bagi penerus bangsa. Pendidikan merupakan alat yang menentukan untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan kemampuan berpikir logis, analistis, sistematis, kritis dan kreatif agar mampu bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif (Depdiknas, 2006:9).Â
Masalah-masalah pendidikan di indonesia diantaranya sarana, fasilitas dan tenaga pendidik yang kurang dan bermasalah, pendidikan kerap tidak menjangkau daerah terisolasi, hal yang serupa terjadi di pedalaman , kualitas pendidikan yang baik akan mempengaruhi kualitas anak-anak di pedalaman.Â
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian disimpulkan bahwa Pengaruh pendidikan pada anak-anak di pedalaman  sangatlah penting dan berpengaruh pada kualitas anak, hal tersebut disadarai oleh orang tua uang memiliki anak usia sekolah, pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam berinteraksi dan juga berpengaruh pada pekerjaannya dimasa depan.
Kata Kunci: Dampak, Pendidikan, Kualitas Anak, Pedalaman
ABSTRAK
Education is the main investment for the nation's future. Education is a decisive tool for achieving progress in all areas of livelihood, in choosing and developing a good life, which is in accordance with human dignity. Education has an important role in improving the quality of human resources (HR) with the ability to think logically, analytically, systematically, critically and creatively in order to be able to survive in conditions that are always changing, uncertain and competitive (Depdiknas, 2006: 9). The problems of education in Indonesia include inadequate and problematic facilities, facilities and teaching staff, education often does not reach isolated areas, the same thing happens in the interior , North Gome District, good quality education will affect the quality of children inland. This research uses qualitative research methods, with data collection techniques through observation, interviews and documentation. The results of the research concluded that the influence of education on children in the interior of Papua, especially , is very important and influences the quality of children, this is realized by parents who have school-age children, education influences the child's ability to interact and also influences their work in the future. front.
Keywords: Impact, Education, Quality of Children, Interior
PENDAHULUAN
Pendidikan di wilayah pedesaan dikenal akan keunikannya dengan aneka permasalahan yang kompleks. sebuah kampung yang mengalami keterbatasan guru  dan tenaga administrasi, rendahnya kesejahteraan guru, minimnya prasarana dan sarana sekolah, tidak meratanya pendidikan dan budaya pendidikan yang sangat  rendah (Yosada; 2017). Kenyataan ini yang menggambarkan berbagai kendala  dalam pengembangan pendidikan disebabkan oleh (1) sarana dan pra sarana  pendidikan yang belum mencukupi (2) kondisi geografis yang terlampau jauh menuju sekolah (3) sedikitnya jumlah tenaga pengajar dengan kualitas rendah (Ginting:2916).Berdasarkan temuan penelitian tersebut, diperoleh data bahwa  pendidikan belum merata. Kesenjangan kualitas pendidikan antara di kota dengan di daeah terpencil masih tinggi. Masih banyak sekolah-sekolah didaerah terpencil yang belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Bangunan sekolah yang megah diperkotaan dengan fasilitas prasarana dan sarana sekolah yangbegitu lengkap menjadi hal wajib. Akan tetapi, hal tersebut menjadi langka bila dibandingkan dengan kondisi sekolah di daerah terpencil. Alba (2011) menjelaskan pendidikan merupakan penentu arah kemana bangsa ini akan dibawa. Jika arah pendidiiannya benar dan prosesnya lurus serta ilmiah maka bangsa itupun dapat dipastikan akan maju, arif, adil, sejahtera dan beradab. Usman (2014) terdapat dua factor yang bisa dijelaskankenapa usaha untuk memperbaiki kualitas pendidikan belumsesuai harapan. (1) lebih mengutamakan input oriented dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan . (2), dalam melakukan pengelolaan dibidang pendidikan mengutamakan macro-oriented, yang dominan diatur oleh birokrasi di pusat.  Dampaknya banyak factor yang diproyeksikan pada tingkat makro (pusat) namun tidak terealisirsesuai harapan pada tingkat mikro (sekolah). Saripudin (2010) mengatakan, proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Demikian juga Nasution (2015) mengatakan, bahwa suatu lingkungan masyarakat meyakini bahwakehidupannya mendatang ditentukan oleh pendidikan.Aneka permasalahan menjadi penghambat dalam pelaksanaan pendidikan di wilayah terpencil. Minimnya prasarana dan sarana sekolah, antara lain gedung seisinya, alat sekolah sebagai pendukung terlaksananya kegiatan belajar mengajar, institusi tempat berlangsungnya kegiatan belajar, dan kualitas tenaga pendidik. Selain hal tersebut masih ada masalah lain misalnya; distribusi tidak seimbang, insentif rendah, kualifikasi di bawah standar, guru yang kurang kompeten, dan ketidak sesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang ditempuh, penerapan kurikulum disekolah yang belum sesuai dengan mekanisme dan proses sesuai standar. Permasalahan lain yaitu angka putus sekolah masih relative tinggi. Pola pembelajaran yang masih konvensional, disebabkan guru hanya mengajar melalui ceramah tanpa ada inovasi ataupun modifikasi system pembelajaran. Hal ini disebabkan tidak ada fasilitas yang memadai untuk menunjang kemajuan proses pembelajaran yang dila kukan, juga guru yang mengajar dengan ilmu yang seadanya.
Dalam pendidikan di daerah terpencil memiliki dampak positif dan dampak negatif yaitu kesadaran akan pentingnya pendidikan itu masih kurang, serta ketidak mampuan ekonomi keluarga, akibat pendidikan yang dirasakan sangat mahal. Disamping itu faktor lain yang menyebabkan anak- anak tidak menempuh pendidikan adalah faktor lingkungan dan jarak antara rumah ke sekolah. Dunia pendidikan sangat merasakan dampak positif dari perkembangan teknologi itu. Dari bantuan teknologi,peristiwa pembalajan dapat berlangsung antar sekolah dalam sekejap,seseorang dapat mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Perubahan sosial, Ekonomi dan teknologi itu membawa konsekuensi terhadap dunia pendidikan dalam mempersiapkan SDM yang berkualitas untuk menghadapi perubahan-perubahan sosial. Faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan itu antara lain adalah rendahnya mutu anak saat masuk sekolah dan sedikitnya jam belajar para murid.
Pentingnya Pendidikan Di Daerah- Daerah Terpencil yaitu Pendidikan merupakan satu hal yang sangat penting bagi anak bangsa. Namun pendidikan di Indonesia ternyata belum membuat semua lapisan masyarakat Indonesia khususnya daerah perbatasan dan pedalam atau daerah terpencil belum menikmati pendidikan dengan selayaknya. Hal ini membuat perekonomian masyarakat pedalaman atau terpencil tidak meningkat. Pemerintah pusat dan daerah harus mengambil langkah agar pembangunan dibidang pendidikan merata sampai di  daerah pedalaman agar dapat meningkatkan SDM yang berkualitas di seluruh wilayah Indonesia.
Berdasarkan pemetaan Kemendikbuddiperoleh data bahwa 75% sekolah di Indonesia tidak terpenuhi standar layak minimal pendidikan, hal ini dilakukan pemetaan terhadap 40.000 sekolah di Indonesia. Disamping itu dari hasil uji kompetensi terhadap 460.000 guru diperoleh data bahwa skor yang diperoleh rata-rata hanya mencapai 44,5 sementara kriteria standar minimal yang ditetapkan adalah 70.(Baswedan;2014).Banyak yang tidak menempuh pendidikan, selanjutnya ada lagi yang menempuh pendidikan tetapi hanya sampai pada tingkat Sekolah Dasar (SD) kemudian tidak melanjutkan lagi ke tingkat atas. Berdasarkan data di atas, masyarakat terpencil di Kampung Manceri yang usia wajib sekolah tetapi tidak bersekolah, disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti kesadaran dari warga masyarakat akan pentingnya pendidikan sangat rendah, orang tua dominan mengarahkan anaknya bekerja untuk mendapatkan uang, iniberakibat rendahnya motivasi anak dalam melanjutkan studinya.Faktor lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan. Apabila anak-anak berada dilingkungan yang terdapat banyak anak-anak putus sekolah maka anak tersebut akan terpengaruh oleh perbuatan maupun tindakan anak yang putus sekolah. Terpencil atau tertinggal adalah letak sekolah yang sulit dijangkau. Alasan berikutnya adalah kurangnya fasilitas dan hiburan. Hallain yang juga butuh perhatian adalah terkait kualitas guru.
Menurut  Cambell dan Yates (2011) didapati bahwa para guru cenderung memilih tempat untuk mengajar dan paling banyak pilihannya mengajar diperkotaan. Pada umumnya guru di wilayah terpencil adalah guru yang tidak sesuai dengan bidang  keahliannya, sehingga proses pembelajaran tidak berjalan maksimum. Misran Syaifullah (2014) dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa Banyak anak - anak petani yang tidak meneruskan pendidikan mereka ke tingkat yang lebih tinggi. Kebanyakan dari mereka hanya menempuh pendidikan setingkat SD- SLTP, hal ini disebabkan oleh berbagai alasan seperti pendidikan yang diperoleh selama SD sudah cukup dan kendala pendidikan seperti masalah ekonomi, minat anak yang kurang, perhatian orang tua yang rendah, serta budaya.
      Keluarga petani banyak yang mempunyawawasankalau pendidikan itu kurang penting, yang mengakibatkan anak-anak mereka banyak yang berhenti sekolah. Keadaan lingkungan dan kondisi masyarakat di daerah terpencil, salah satu penghambat berlangsungnya proses pendidikan. Di daerah tersebut belum banyak adanya pembangunan seperti di daerah perkotaan, yaitu pembangunan jalan (perbaikan jalan), sehingga alat transportasi sulit menjangkaunya. Belum lagi kondisi jalan yang berkelok-kelok dan tanjakan yang memperburuk kondisi untuk mejangkau Sekolah tersebut. Berbagai dampak dari masalah muncul seiring dengan memanasnya masalah pendidikan yang dialami oleh daerah terpencil. Akibat dari permasalahan diatas, maka meningkatnya kualitas pendidikan di wilayah pedalaman menjadi terhambat. Pudjiastuti (2021) dalam analisis nya menyampaikan bahwa perlu memahami falsafah hidup sebagai landasan kearifan local masyarakat, dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna memperoleh informasi yang aktual tentang potret pendidikan di daerah terpencil.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi objek penelitian atau situasi sosial yang dapat
diamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu. (Sugiyono (2013 : 25) mengatakan bahwa membatasi penelitian merupakan upaya pembatasan dimensi masalah atau gejala agar jelas ruang lingkupnya dan batasan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada Pengaruh Pendidikan terhadap Kualitas
anak-anak pedalaman dilihat dari sudut pandang pemberian pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan juga kondisi wilayah yang ada di pedalaman serta pengaruh pendidikan bagi anak di pedalaman. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melakukan dengan literatur. Analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan menyimpulkan data.
HASIL PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari hasil literatur faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan masyarakat terpencil di daerah tersebut antara lain terdapat empat faktor: (1) kesadaran akan pentingnya pendidikan, (2) ekonomi, (3) lingkungan dan (4) faktor jarak antara rumah dan sekolah, empat factor ini adalah penyebab utama sehingga masyarakat di pedalaman banyak yang tidak menempuh pendidikan serta putus sekolah. Pandangan ataupun respon masyarakat terpencil terhadap pentingnya pendidikan masih rendah, hal ini tampak dari kepedulian. Masyarakat untuk menyekolahkan anaknya belum menjadi  suatu prioritas utama.
- Cara pandang inilah yang kemudian dapat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat. Masih banyak masyarakat yang belum memperoleh pendidikan dan sebagian sudah  memperoleh pendidikan dasar (SD), akan tetapi mereka kesulitan melanjutkan studi mereka. Orang tua mereka hanya berfikir bahwa anak- anak cukup bisa menulis dan membaca serta bisa membantu menyelesaikan pekerjaan rumah dan kebun, hal ini sudah lebih dari cukup. Hambatan lain yang di hadapi masyarakat kampung Manceri ialah tidak adanya sarana dan fasilitas yang memadai serta tidak adanya dana yang cukup untuk melanjutkan sekolah,  sebagaimana yang diungkapkan Yosada (2017) dan Ginting (2016) dalam hasil penelitiannya
- Pada umumnya, di wilayah pedalaman hanya ada Sekolah Dasar ataui MI dan beberapa    sudah terdapat sekolah menengah pertama atau MTs. Sedangkan, sekolah lanjutan tingkat atas (setara SMA) biasanya ada di kabupaten. Faktor ini juga yang menyebabkan masyarakat daerah terpencil enggan untuk sekolah. Pada hal pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kompetensi, membentuk karakterdan peradaban suatu bangsa yang memiliki martabat untuk mencapai tujuan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, yang menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah, sebagaimana diungkapkan Bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara dengan Tri Pusat Pendidikannya.
- Solusi dalam meningkatkan motivasi orang tua untuk menyekolahkan putra/putrinya    sampai ke pendidikan tingkat atas, disadari begitu besar peranan pendidikan untuk umat manusia untuk mengarahkan kehidupannya pada kesejahteraan untuk selayaknya semua manusia mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan, baik dalam pendidikan keluarga maupun pendidikan yang diperoleh secara formal, yang mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan, pada proses pendidikan tidak membedakanberlatar belakang apa asal usul para siswa, apakah keluarga petani, pegawai, semua memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bagi dirinya selain pendidikan juga merupan perintah Allah untuk menuntun hidup manusia supaya hidupnya akan lebih membaik, lebih bahagia dan sejahtera. Untuk itu perlu adanya kesadaran dari orang tua dan upaya dari pemerintah untuk mendukung berlangsungnya pendidikan.
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Pendidikan di pedesaan:
- Faktor kesadaran akan pentingnya pendidikan. Kesadaran akan pentingnya pendidikan yang sangat rendah berakibat banyak anak yang tidak sempat mengenyam pendidikan, cara berfikir masyarakat terpencil, yang lebih mengutamakan bekerja demi menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga tidak terlalu memperhatikan pendidikan anak. Disamping itu, didukung oleh anak-anak di pedesaan. Juga apatis terhadap pendidikan. Tidak ada motivasi dari keluarga untuk memberikan pemahaman terkait pentingnya pendidikan terhadap anak. Sebagaimana diungkapkan oleh Handre, Sullivan dan Crowson (2009) bahwa para siswa tidak mengetahui mengapa mereka harus ke sekolah.Hal ini berdampak, pendidikan tidak dipandang penting oleh anak. Kesadaran akan pendidikan, perlu ditumbuhkan dalam diri anak, bahwa pendidikan sangat penting bagi manusia karena berkaitan langsung dengan berbagai kebutuhan pokok manusia akan sulit berkembang tanpa pendidikan, pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki, karena memiliki pendidikan maka individu akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang.
- Faktor ekonomi
- Faktor ekonomi juga menjadi penyebab anak putus sekolah. Mata pencaharian masyarakat di pedalaman dominan menjadi petani, di mana pada umumnya sebagai petani ladang. Hasil panen berupa padi, dan sayur- sayuran. Pendapatan masyarakat petani setiap panen bergantung pada lahan yang diolah. Penghasilan yang didapat terkadang tidak sesuai dengan yang keluarkan saat pengolahan maupun perawatan, pemupukan sampai panen. Dengan pendapatan yang demikian tentunya sangat mempengaruhi kehidupan keluarga apalagi bagi yang mempunyai anggota keluarga banyak, maka otomatis kebutuhan ekonomi keluarga menjadi besar juga. Penghasilan yang didapat hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang semakin meningkat sehingga sangat sulit bagi mereka untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Pada kondisi tersebut orang tua mesti memilih jalan untuk memberhentikan anaknya sekolah dan meminta mereka agar menolong orang tua mengatasi agar dapat terpenuhi kebutuhan sehari-hari.
- Faktor lingkungan
- Lingkungan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah di pedalaman. Kondisi lingkungan yang parah disebabkan banyaknya anak putus sekolah dengan usia mereka rata-rata hampir sama sehingga sangat mudah saling mempengaruhi perkembangan anak, karena mereka disibukkan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Lingkungan pergaulan yang juga mempengaruhi anak untuk tidak melanjutkan sekolah salah satunya adalah anak yang sering bergaul dengan anak-anak yang tidak sekolah yang pikirannya bagaimana cara mendapatkan uang, hal ini akan mempengaruhi perilaku anak untuk ikut dalam dunia kerja.
- Faktor jarak antara rumah dan sekolah
- Sarana pendidikan di pedalaman sangat terbatas yaitu hanya ada satu Sekolah Dasar (SD) dan satu MI di wilayah Kelurahan, dan satu buah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP),dan sekolah lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang berada di Ibu Kota yang jauh dari rumah-rumah masyarakat. Dan itu salah satu yang menyebabkan anak males mau melanjutkan ke jenjang SMP, selain itu keadaan jalan yang menuju ke sekolah sangat sulit untuk dilewati pada saat musim hujan karena jalan menjadi lumpur dan licin.
Â
KESIMPULANÂ
Pengaruh pendidikan pada anak-anak di pedalaman sangatlah penting dan berpengaruh pada kualitas anak, hal tersebut hal ini tampak dari tingkat kepedulian mereka pada pendidikan bagi putra- putrinya masih rendah. Masih banyaknya anak usia sekolah yang tidak melanjutkan studinya. Pemikiran orang tua yangberanggapan bahwa pendidikan tidak menjadi prioritas, orang tua lebih mengutamakan putra/putrinya mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tingkat pendidikan masyarakat pedalaman yang rendah disebabkan oleh rendahnya kesadaran orang tua terkait  pentingnya pendidikan bagi anak, serta rendahnya kemampuan ekonomi keluarga, hal ini berakibat pada pendidikan itu dirasakan begitu mahal. Selain itu, faktor lain yang menjadi sebab anak- anak tidak dapat melanjutkan pendidikan adalah karena faktor lingkungan, dan juga jarak antara rumah menuju sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Alba, Cecep (2011), Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Perguruan Tinggi. Jurnal Sosioteknologi Edisi 24.
Baswedan, R (2014), Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia, Kementrian
Pendidikan. Dalam Darurat Pendidikan. Makalah di sampaikan pada pertemuan antara Kementrian dan Kepala Dinas Pendidikan se-Indonesia di Jakarta, Desember (Vol.1)
Campbell, AM & Yates, GC (2011) Ingin Menjadi Guru Negara ?Tidak, saya terlalu metro sentris. Jurnal Penelitian Pendidikan Pedesaan, 26.
Ginting, M. (2016),  Kendala Pembangunan Provinsi Daerah Kepulauan: Studi  Kasus Propinsi Kepulauan Riau. Jurnal Politik Dinamika Masalah Politik dalam Negeri dan Hubungan Internasional, 4(1).
Handre, PS, Sulivan,D& Crowson,H. (2009), Karakteristik dan Motivasi Siswa di SMA Pedesaan. Jurnal Peneliti Pendidikan Pedesaan, 24 (166), 1-19.Nasution,(2015) Sosiologi Pendidikan, Bumi Aksara.
Pudjiastuti, Sri Rahayu, (2019), Penelitian Pendidikan, Yogyakarta: Media Akademi. Pudjiastuti, Sri Rahayu, The Culture and Local Wisdom of The Indigenous People Kasepuhan Sinar Resmi. JhSS Journal of Humanities and Social Studies, e-ISSN:2598-
120X | p-ISSN:2598-117X. Sinta-3. Vol. 5, issue 2. Pages 198-202. 2021.
Saripudin (2010), Â Interpretasi Sosiologis Dalam Pendidikan, Bandung: Karya Putra Darwati.
Syaifullah. ( 2014). Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan Anak. Jakarta :Bumi Aksara.
Usman, Samad (2014), Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah. Jurnal Ilmiah Didaktika Volume 15.
Yosada, K.R.(2017), Pendidikan di Beranda Terdepan Negara Perbatasan Entikong. "Prosiding Seminar Nasional: Penguatan Hubungan Antara  Pengembangan Ketrampilan, Pendidikan, dan Ketenagakerjaan Generasi  Muda." H.192-201.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI