Mohon tunggu...
Yunita Sinta
Yunita Sinta Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menulis sesuka hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tanjakan Misterius Gunung Kelir

17 November 2020   17:26 Diperbarui: 17 November 2020   17:30 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Part 1

"Nak, kalau lewat tanjakan jalan itu jangan lupa bunyikan klakson ya." begitulah tutur seorang nenek yang kutemui saat beristirahat, berteduh disebuah gubug pinggir jalan yang sepi setelah pulang sekolah karena hujan. Aku hanya tersenyum kaku dan tidak terlalu peduli pada apa yang diucapkan oleh nenek itu. Hujan tak jua berhenti. Aku masih berdiri di depan gubug itu. Sendirian. Hari semakin malam. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 20.00. Pikirku tak apa menunggu sebentar lagi hingga hujannya sedikit mereda, daripada harus kehujanan dan akhirnya kebasahan. Aku sendiri yang ceroboh karena tak membawa jas hujanku ikut serta padahal sudah tahu jika sedang musim hujan. 

Aku memang sudah terlampau biasa pulang malam hari dan sendirian karena memang tidak ada teman yang rumahnya sejalan denganku di sekolah. Sekolahku pun jaraknya cukup jauh dengan rumahku. Sekitar 30 menit lebih. Aku pulang pada malam hari karena ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah yang mengharuskanku singgah disana lebih lama. 

Saat aku lihat gubug ini, kukira gubug ini tidak ada pemiliknya. Karena terlihat kumuh dan sangat lembab. Entah lembab karena hujan atau bagaimana akupun tak dapat menganalisis nya. Ternyata gubung ini milik nenek yang kutemui tadi. Aku mengetahuinya karena nenek itu tiba-tiba muncul di sampingku. Jadi, dari mana lagi kalau bukan dari gubug itu? Mungkin gubug ini terlihat tak terawat karena nenek hanya hidup seorang diri, pikirku. 

Hari semakin malam, kulihat jam sudah pukul 20.45 dan hujan telah mereda. Aku putuskan untuk segera bergegas untuk pulang karena sudah semakin dingin. Saat aku sudah menaiki motor, kulihat nenek itu tersenyum dan mengucap, "hati-hati ya nduk.." kubalas senyumannya dan berkata "njih, Mbah. Matur suwun." (baik, Nek. terima kasih). Ku lajukan motorku dengan kecepatan pelan tanpa tergesa-gesa. Hari ini jalanan terasa sangat sepi padahal masih belum terlalu malam. Aku menikmati indahnya jalanan basah di malam hari, harum wangi hujan adalah salah satu favorit ku. 

Tibalah aku di tanjakan yang dimaksud oleh nenek tadi. Tiba-tiba aku terpikir, apakah aku harus benar-benar membunyikan klakson? Tapi aku sangat tidak suka membunyikan klakson tanpa sebab karena menurutku itu adalah polusi suara. lagi pula, apa dasar pemikiran nenek itu harus membunyikan klakson di jalan yang sepi ini? 

Aku masih santai mengendarai motorku melewati tanjakan itu dengan hati-hati. Jalan ini begitu curam dengan disamping kiri adalah tebing dan sebelah kanan adalah jurang. jadi memang harus ekstra hati-hati jika melewati jalan tersebut. 

Entah kenapa aku tiba-tiba merasa kedinginan yang teramat sangat. padahal beberapa menit yang lalu masih normal suhu udara sepanjang jalan. Entah aku sedang mengalami halusinasi atau apapun itu, tiba-tiba aku melihat 2 anak kecil sedang berlari-larian di pinggir jalan dekat tebing. Saat aku terus mempehatikan mereka, mereka tiba-tiba berhenti berlari dan berbalik menatapku dengan mata merahnya dan senyum lebarnya.

to be continue..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun