Dunia musik tanah air Indonesia kembali dikejutkan dengan kabar duka yang kali ini datang dari Solo. Dionisus Prasetyo atau yang kerap dipanggil Didi Kempot telah menghembuskan nafas terakhir diusia yang ke 53, di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah pada tanggal 5 Mei 2020 pukul 07:45 wib.
Penyanyi legendaris kelahiran Solo, 31 Desember 1966 ini dikabarkan tiba di RS Kasih Ibu sekitar pukul 07:30 WIB dan langsung masuk ruang UGD dikarenakan sudah tidak sadarkan diri. Kepergian sang maestro campursari yang tiba-tiba begitu mengejutkan Sobat Ambyar dan warga kota Solo yang satu persatu mendatangi RS Kasih Ibu untuk memberikan penghormatan terakhir.
Para pelayat dan awak media telah memenuhi halaman RS Kasih Ibu. Berbagai pemberitaan di media massa turut serta memberikan dukungan doa untuk almarhum. Ribuan komentar dan doa para Sobat Ambyar memenuhi berbagai kolom komentar akun pemberitaan meninggalnya sang maestro campursari.
Menurut penuturan adik kandung Didi Kempot, Diana Yuli Setiowati, sang maestro sempat mengunjungi kediaman keluarga di Ngawi sehari sebelum bulan ramadhan.
Sang adik sempat menanyakan bengkak di kaki almarhum namun menolak untuk memeriksakan ke Rumah Sakit. Kini keluarga di Ngawi tengah menanti kedatangan almarhum dengan mobil yang mengantarkan jenazah sekotar pukul 11:30 WIB dari RS Kasih Ibu Solo ke Ngawi.
Adik dari Mamiek Prakoso Srimulat, nama Didi Kempot atau yang kerap dijuluki The Godfather of Broken Heart telah melegenda sejak tahun 90an. Di awal karir tahun 1984, Didi Kempot tergabung dalam 'Kelompok Penyanyi Trotoar' atau yang biasa disingkat Kempot.
Meninggal diusia 53 tahun, sang maestro meninggalkan ratusan karya yang melegenda mulai dari kalangan anak muda hingga kalangan tua. Didi Kempot sempat merilis lagu terakhir berjudul 'Ojo Mudik' yang berisi himbauan untuk tetap di rumah di tengah pandemi Corona.
Diantara lagunya yang melegenda adalah Pamer Bojo, Banyu Langit, Sewu Kuto, Layang Kangen, Stasiun Balapan, Tanjungmas Ninggal Janji, Kangen Nickerie yang kerap dibawakan di atas panggung dan diiringi oleh para Sobat Ambyar.
Lagu ciptaan maestro akan terus melekat dihati para penggemar sampai kapanpun.Â
Terima kasih bapak patah hati kami, engkau akan selalu ada dihati kami. Selamat jalan maestro.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H