Mohon tunggu...
yunita rakasiwi
yunita rakasiwi Mohon Tunggu... -

suka nyetir dan makan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Yuddy Chrisnandi dan Fuad Bawazier Gembosi Suara Hanura

10 Mei 2014   01:28 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:40 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan Umum Legislatif 2014 menyisakan segudang kekecewaan bagi Partai Hati Nurani Rakyat atau Hanura. Partai yang didirikan oleh Wiranto ini harus puas di urutan kesepuluh, sama dengan nomor urut partai ini.

Di Quick Count, Hanura meraup 5,40 persen. Memang dibanding Pemilihan Umum Legislatif sebelumnya, hasil ini meningkat dari 3,90 persen tahun 2009 menjadi 5,40 % di tahun 2014.

Perolehan ini memang jauh dari harapan, karena jauh dari Presidensial Treeshold (PT) yang 20 persen atau 25 persen perolehan kursi di DPR. Artinya partai kuning kunyit itu tidak bisa mengusung pasangan Wiranto – Hari Tanoe (Win-HT).

Tidak ada yang salah dengan segala upaya yang sudah dilakukan oleh Hanura. HT sudah gencar melakukan iklan, dan beberapa program pemenangan. Bentuknya antara lain asuransi, iklan di media massa, bakti sosial dan lain sebagainya.

Wiranto menunjuk HT bukan tanpa alasan. Selain strategi, kepemilikan media massa dan infrastrukturyang dimiliki oleh bos MNC itu sangat mendukung pemenangan Hanura.

Masalahnya, kenapa Wiranto menggeser ketua Badan Pemenangan Pemilu –Bapilu dari pejabat lama, Yuddy Chrisnandi kepada Hary Tanoe ?

Selama ini Wiranto tahu bahwa banyak orang yang duduk di kepengurusan pusat Hanura adalah orang yang tidak bekerja dengan sungguh-sungguh. Kebanyakan mereka mencari uang dari partai sehingga bisa dibilang partai adalah mesin uang bagi kaum ini.

Seorang teman Wiranto yang pernah menjadi salah satu pengurus namun kemudian terlempar keluar pernah mengungkapkan “Orang di sekeliling Wiranto itu para perampok yang memperkaya diri sendiri, “ kata X yang satu angkatan dengan Wiranto ketika AMN.

Kaum ini antara lain adalah Yuddy Chrisnandi, Fuad Bawazier dan beberapa orang di ring satu Wiranto. Selama ini Wiranto mendiamkan saja, karena tak berdaya melihat orang yang semula dia percayai berubah sikap menjadi macan yang beringas dan rakus terhadap uang.

Wiranto kabarnya menengarai uang partai yang menguap, sekitar puluhan milyaran. Uang itu tak jelas pertanggungjawabannya dan kabarnya dipakai untuk roadshow dan beberapa kegiatan lainnya ketika Bapilu dipegang oleh Yuddy Krisnandi.

Sehingga menurutnya, ketika Wiranto ‘menemukan HT’ dia merasa gembira karena menemukan partner yang mau bekerja keras tanpa pamrih . Malah banyak yang dikerjakan dan ditanggung oleh HT. Kaum ‘macan’ yang terlempar ini merasa tidak dipercayai lagi, merasa miskin karena tak pernah pegang uang partai sehingga melimpahkan semua pekerjaan dan kesalahan di pundak HT.

Mesin partai yang semula akan diperbaiki oleh HT dibuat tak berdaya oleh kaum ‘macan’ ini. Mereka tak bekerja maksimal karena mereka sakit hati kepada perubahan yang dilakukan Wiranto. Pihak HT bekerja ekstra keras, sedangkan yang lain ongkang-ongkang kaki.

Nasi memang sudah menjadi bubur. Sekarang bagaimana menjual bubur itu sehingga laku dan enak untuk dinikmati.

Tapi, tuduhan yang dilontarkan oleh Yuddy Chrisnandi dan teman-teman sungguh tak tepat. Tak bisa disangkal, HT toh sudah bekerja dengan teramat keras untuk menaikkan pamor Hanura. Tanpa diimbangi dengan kerja keras juga oleh semua pihak di Hanura, segalanya akan menjadi buruk dan nyatanya suara menjadi gembos.

Lebih sedih lagi karena yang membuat buruk dan suara gembos itu adalah orang-orang seperti Fuad Bawazier, Yuddy Chrisnandi dan Kristiawan . Mereka hanya bisa mencerca dan tak mau bekerja bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun