Ketika akan mengumumkan Jokowi sebagai Bakal Calon Presiden Indonesia dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati sebagai Ketua Umum partai itu menyepi ke Bali.
Sebenarnya namanya bukan menyepi, karena Megawati terbang ke Bali bersama 11 orang lainnya. Belasan orang ini disebut dengan tim Sebelas. Itu adalah tim penting yang dibentuk Megawati enam bulan sebelum Pileg, khusus untuk mengukur seberapa besar kekuatan yang dimiliki dan mengkaji siapa calon Presiden dari PDIP yang potensial dipilih oleh rakyat.
Pulang dari tetirah di Bali, akhirnya Megawati mengumumkan Jokowi sebagai bakal calon Presiden PDIP. Tim ini juga mendampingi Jokowi kemana pun pergi, semisal Teten Masduki dll.
Jadi bisa dibilang, tim itu adalah think thank yang beranggotakan praktisi dan akademisi. Mereka melakukan aneka kajian. Mulai dari isu pertahanan, hukum, sosial budaya, dan nasib perempuan. Mereka jya mengukur seberapa kekuatan yang dimiki dan mengkaji sosok PDIP yang diinginkan rakyat Indonesia. Hal ini dianggap perlu agar partai dan tokoh bisa bersaing di kontestasi politik.
Megawati memang sering membentuk tim khusus. Misal tim pemenangan pilgub DKI, tim DPT, tim monitoring kampanye dan lain-lain. Tapi tim ini jarang atau nyaris tak pernah disorot media. Cara kerjanya selalu berdasarkan peraturan dan kajian akademis.
Setahun lalu, Ketua DPP Hanura Fuad Bawazier ikut bicara soal pencapresan Joko Widodo. Menurut Fuad, yang memaksa Gubernur DKI Jakarta itu nyapres adalah orang yang tak tahu aturan.
"Yang maksa Jokowi nyapres itu preman, nggak punya sesuatu (kuasa atas pencapresan) tapi malah maksa," ucap Fuad ketika itu. Memang semakin banyak kalangan yang mendorong pencapresan Jokowi. Pendukung pencapresan Jokowi juga terus bermunculan.
Setahun kemudian, terbukti apa yang dikemukakan oleh Fuad salah besar. PDIP akhirnya benar-benar mendorong Jokowi menjadi calon Presiden dari partai moncong putih itu.
Sebagai politisi Fuad tak punya prediksi tajam soal kondisi perpolitikan tanah air. Dia tak bisa berimajinasi soal gerakan politik Indonesia. Namun mantan politisi PAN ini tajam sekali mulutnya.
Politisi Tumpul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H