PROSES PEMBUATAN GERABAH DAN CARA PEMASARANNYA DI DESA PENUJAK
Menurut Clive Orton, Paul Tyers dan Alan Vince (1993: dalam Hari Surunto. 2017:230) dalam bukunya, Pottery In Archaeology, pembicaraan tentang gerabah selalu terkait dengan tiga dimensi arkeologi: bentuk, ruang, dan waktu sebab gerabah dibuat dan digunakan pada waktu tertentu, dan digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu (Orton et. Al., 1993: 23).Â
Selain itu unsur-unsur keindahan pada gerabah memiliki potensi untuk menggambarkan tingkat kepandaian teknologis masyarakat pembuatannya, sedangkan bentuk gerabah memiliki potensi memberi informasi mengenai kegiatan dan kebiasaan masyarakat yang menggunakannya (Shepard, 1965: 224; Rice , 1987; Sinopoli, 1991: 119).
Menurut Widagho (2008: dalam Alfarizi, dkk. 2016: 175) bahwa: kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupan-kehidupannya dengan cara belajar, yang semuannya terusun dalam kehidupan masyarakat.
Proses pembuatan gerabah
Proses bembuatan gerabah adalah gerabah terbuat dari tanah liat kemudian di campur dengan sedikit pasir halus yang dibentuk kemudian dibakar untuk dijadikan alat-alat hiasan.
Cara Pemasaran Gerabah
Kata ibu Zainal yang saya wawancarai: Adapun cara pemasaran gerabah di desan penujak tersebut adalah dengan cara, ada khusus orang pengumpul atau orang sebagai jalan untuk memasarkan gerabah tersebut yang membawa atau memasarkan gerabah tersebut ke bali atau daerah-daerah lain untuk dijadika tempat buah dan tempat-tempat hiasan lain sebagainya, adapun orang yang membeli gerabah secara langsung orang tersebut akan datang ke tempat pembuatan gerabah untuk melakukan pembelian gerabah tersebut.
Alat dan bahan pembuatan gerabah
Alat: