Mohon tunggu...
yunita prastia
yunita prastia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sekolah Vokasi IPB IKN 58

Jakarta, 25 Juni 2002. Mie ayam bangka adalah makanan favorit saya apalagi kalo ada pangsit rebusnya. Redvelvet Thaitea astaga itu enak banget. Suka renang tapi karena pandemi jadi gak bisa renang:(. Hobinya nambahin jeruk nipis kalo makan mie instan rasa kari ataupun laksa. ya apa ajadeh yang penting cocok.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Jarak Jauh, Materi Terus Berlanjut tetapi Karakter Anak Masih Tertinggal

31 Juli 2021   11:01 Diperbarui: 31 Juli 2021   11:22 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama masa pandemi ini, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring. Kegiatan belajar mengajar yang seharusnya dilakukan disekolah kini semua dipindahkan kerumah masing-masing siswa. Guru hanya memberikan tugas lewat grup yang dibuat pada aplikasi komunikasi online. Sesekali guru juga menerangkan materi via aplikasi yang mendukung belajar online. Pembelajaran daring saat ini tentu menjadi alternatif dalam interaksi dan komunikasi pendidikan yang paling mungkin dilakukan di masa pandemi ini, namun apakah kegiatan seperti ini efektif? Khususnya untuk anak yang masih duduk disekolah dasar?

Pendidikan yang diterima siswa sekolah dasar pada pembelajaran daring ini semestinya bukan hanya berfokus pada materi, melainkan juga harus mempertimbangkan pendidikan mental dan karakter yang tercipta pada saat pembelajaran tatap muka sebelumnya. Namun mengingat kondisi pandemi seperti saat ini, kita juga diharuskan untuk menjaga kesehatan diri dan orang sekitar dengan tetap dirumah saja. Banyak anak sekolah dasar yang tidak maksimal mendapatkan pendidikan mental dan karakter dari sekolah nya. Karena semua pembelajaran dipindahkan ke rumah masing-masing siswa secara daring. Peran penting orangtua sangatlah dibutuhkan untuk menanamkan pendidikan karakter pada anak di lingkungan rumah. Pendidikan karakter pada anak sangatlah penting, agar anak dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan memiliki karakter yang sesuai dengan pedoman yang berlaku.

Yang menjadi masalah untuk saat ini adalah anak-anak cenderung hanya terpaku dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Dan lama kelamaan keluh kesah mereka mulai terdengar karena menganggap jika tugas yang diberikan oleh gurunya semakin hari semakin banyak dan semakin sulit. Padahal tugas yang diberikan oleh gurunya setiap hari sudah sesuai dengan kompetensi dasar kurikulum pendidikan. Belum lagi para orangtua yang mulai mengeluhkan semakin sulit untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya, agar mereka mau mengerjakan tugasnya.

Kemudian mereka mulai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya untuk mengerjakan tugas dan lebih mementingkan bermain gadget atau pun melakukan hal yang mereka sukai. Di era yang serba digital seperti sekarang, anak-anak lebih mahir menggunakan gadget dan internet. Dibandingkan dengan anak-anak di era sebelumnya. Namun juga banyak anak-anak yang salah arah dalam menggunakan teknologi untuk hal-hal yang negatif, karena didikan yang salah. Belum lagi jika apa yang keluar dari mulut mereka tidak sesuai dengan tutur kata yang baik atau pun tindakan mereka dalam kehidupan sehari-hari tidak menunjukan perilaku yang baik terhadap lingkungan sekitar.

Selain itu juga banyak anak yang memanfaatkan fungsi dari internet dan membuat mereka terlalu dimanja oleh apa yang disuguhkan di internet. Seperti contohnya dalam hal mengerjakan tugas, sekarang semua hal bisa kita cari di internet. Termasuk dengan jawaban atas pertanyaan soal yang diberikan oleh guru. Hal ini menjadikan anak-anak jadi malas untuk berpikir apa yang sedang mereka kerjakan. Dan mereka jadi tidak mau untuk berusaha mengerjakan tugasnya sendiri menggunakan pikiran mereka. Padahal dengan berpikir dapat membentuk karakter mereka dan mengembangkan pola pikir mereka agar lebih baik.

Seperti yang dijelaskan Setiawan dalam Jurnal Pendidikan Karakter. Vol. No. 1, pp. 53-63 (2013) bangku pesekolahan belum sepenuhnya mampu menghasilkan keluaran pengembangan kecerdasan moral para peserta didik, karena tumbuhnya budaya verbalistik dalam proses pembelajaran yang lebih cenderung mengajarkan pendidikan moral pada sebatas tekstual. Melihat penjelasan tersebut, artinya pendidikan karakter yang diberikan secara langsung sangat penting untuk mengembangkan dan membentuk kecerdasan moral pada anak.

Namun sayangnya masih banyak orangtua yang belum memahami bagaimana pola pengasuhan pada anak yang menerapakan pendidikan karakter. Apalagi dimasa pandemi seperti ini, pihak sekolah semakin sulit untuk menyelenggarakan pendidikan karakter dalam membentuk karakter peserta didik disekolah. Dengan ini lagi-lagi peran orangtua dibutuhkan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan karakter anak dilingkungan rumah. Agar kedepannya bangsa ini dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang berkarakter baik dan berbudi pekerti yang luhur, guna menghadapi masa depan yang semakin maju. Jangan sampai materi pembelajaran disekolah terus berjalan tapi karakter anak akan tertinggal dengan seiring berjalannya waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun