"Astaga, Della! Yang mau malu-maluin kamu itu siapa? Toh aku juga minta balik uangku secara baik-baik karena memang aku sedang butuh! Ya, sorry to say, aku nggak 'sekaya' kamu yang menilai empat ratus itu 'cuma'. So, kapan kamu bisa balikin? Yakali 'cuma' segitu segitu nggak bisa usahain," balasku menekankan kata 'cuma'. Geram sekali rasanya.
"Oke, besok aku transfer! Tunggu aja!" sahutnya keluar dari toilet.
Hah! Untung tidak ada orang di toilet.
Akhirnya aku kembali ke foodcourt menghampiri Nay dan Ziva.
"Lama amat, Bu! Cair tuh esnya," sambut Nay saat aku baru duduk dikursiku.
"Heem, ngapain aja, Sya?" sambung Ziva.
"Hehe, sorry. Nggak kok, urusan organisasi tadi," alibiku.
Hhh, sudahlah. Tunggu saja, barangkali besok memang Della akan transfer uangnya.
****
Sudah dua hari sejak aku menagih Della. Kalian pasti berpikir dia belum mengirim? Tepat sekali!! Sepeser pun belum ditransfer seperti janjinya. Ya Tuhan!
"Bunda, Asya bayar satu bulan dulu ya. Yang dua bulan nunggu lagi, hehe. Honor Asya belum turun soalnya," ucapku pagi itu seraya menyerahkan amplop kepada Bunda.