Dalam hal ekonomi, negara Islam diharapkan melindungi nilai-nilai Islam sambil melindungi kebebasan beragama dan hak asasi manusia. Selain itu, mereka berusaha untuk membangun sistem yang bebas dari riba dan praktik yang merugikan melalui zakat dan sedekah. Namun, penerapan konsep ini sering berbeda tergantung pada situasi sosial dan politik setiap negara, yang menghasilkan berbagai interpretasi dan praktik tentang pembentukan negara Islam.
Ada berbagai cara untuk membangun negara Islam, dari yang moderat hingga yang ekstrem, semuanya berdasarkan interpretasi dan strategi yang berbeda. Pendekatan moderat, yang sering diwakili oleh kelompok-kelompok seperti Ikhwanul Muslimin, menekankan betapa pentingnya untuk berpartisipasi dalam proses politik demokratis.Â
Mereka berfokus pada pembangunan masyarakat yang inklusif dan toleran, dan berusaha menerapkan prinsip Islam secara bertahap melalui reformasi dan dialog.
Pendekatan yang lebih ekstrim dan konservatif, seperti yang digunakan oleh kelompok jihadis, di sisi lain. Mereka percaya pada penggunaan kekerasan sebagai alat untuk mencapai tujuan mendirikan negara Islam. Pendekatan ini cenderung menolak negosiasi dan diskusi, karena berfokus pada pembentukan negara Islam segera melalui revolusi atau pemberontakan.Â
Ada juga pendekatan kombinatif, yang menggabungkan komponen dari kedua spektrum. Misalnya, sejumlah gerakan politik Islam di Asia Tenggara berusaha untuk menyesuaikan aturan syariah dengan keadaan sosial dan politik lokal. Mereka juga mencari cara yang lebih moderat untuk mencapai tujuan mereka sambil mempertahankan nilai-nilai Islam.
Sejumlah variabel internal dan eksternal diperkirakan akan memengaruhi masa depan gerakan Islam dalam era globalisasi. Pertama dan terpenting, transformasi sosial dan teknologi akan terus berperan penting. Dengan semakin mudahnya mendapatkan akses ke informasi, generasi muda Muslim cenderung lebih kritis dan terbuka terhadap berbagai ide, termasuk interpretasi moderat dari Islam.
 Ini mungkin menghasilkan organisasi Islam yang lebih inklusif dan dialogis. Kedua, masalah ekonomi yang dihadapi banyak negara Muslim mungkin membuat gerakan Islam menjadi lebih populer karena solusi berbasis syariah.Â
Masyarakat mungkin lebih cenderung mencari harapan melalui narasi yang menjanjikan kesejahteraan dan keadilan sosial dalam situasi ketidakpastian ekonomi. Namun, jika ketidakpuasan terus meningkat, ini juga dapat menyebabkan gerakan yang lebih ekstrem.
Ketiga, akan ada peningkatan kompleksitas dalam interaksi antara negara-negara Muslim dan non-Muslim di seluruh dunia. Dalam upaya mendapatkan legitimasi di mata dunia internasional, gerakan Islam mungkin berusaha untuk membangun aliansi dengan kelompok lain yang memiliki visi yang sama tentang keadilan sosial dan hak asasi manusia.Â
Tetapi arah gerakan ini juga akan dipengaruhi oleh konflik geopolitik, seperti ketegangan antara negara-negara Muslim dan Barat serta konflik dalam komunitas Muslim sendiri.Â
Sebagian gerakan mungkin menjadi semakin radikal sebagai tanggapan terhadap tekanan atau pengucilan, sementara gerakan lain mungkin mencoba menemukan jalan tengah dengan menyesuaikan diri dengan situasi global.