Mohon tunggu...
Yunita Triyani Mendrofa
Yunita Triyani Mendrofa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - S1 Akuntansi

Nama : Yunita Triyani Mendrofa NIM : 43222010178 Prodi : S1 Akuntansi Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak Kampus : Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2 - Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   11:38 Diperbarui: 12 November 2023   12:54 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dibuat sendiri oleh penulis

Siapa itu Semar? 

Gambar dibuat sendiri oleh penulis
Gambar dibuat sendiri oleh penulis

Semar merupakan tokoh wayang panakawan yang  bukan sekedar tokoh fiktif bagi masyarakat tetapi dianggap sebagai tokoh yang mencerminkan berbagai ajaran moral kepada masyarakat. Eksistensi Semar masih tetap ada, kuat dan mengakar di masyarakat Jawa khususnya. Banyak hikmah moral yang dapat dipetik dari berbagai persoalan simbolis dalam tokoh Semar.

Semar  Jawa merupakan salah satu dari tiga aksara pertama yang diciptakan oleh Dewa Awang Uwung (Dewa Kekosongan) seperti sosok simbolis khusus. Pasalnya, tokoh ini memiliki keterkaitan yang menarik dengan berbagai nilai dan kepercayaan budaya Jawa. Kelebihan Semar terletak pada kepemimpinannya yang bijaksana, termasuk tidak adanya ego dan keyakinannya akan pentingnya  keadilan. Dimana kearifan tersebut bersumber dari pemahaman prinsip universal keberadaan berbagai organisme yang saling bergantung. 

Apabila seseorang mengambil keputusan padahal pikirannya tidak didasari oleh hikmah, maka hal tersebut dapat menimbulkan bencana, baik kerusakan politik, sosial, budaya, ekonomi, maupun lingkungan. Bencana seperti ini menjadi titik tolak terjadinya peristiwa yang berujung pada "Gara-Gara"" seperti dalam karya wayang kulit mana pun. "Gara-Gara" adalah contoh bagaimana kekuasaan dapat menimbulkan bencana ketika yang berkuasa tidak seimbang.  Oleh karena itu Semar ingin menjadi seorang pembantu. Dalam wujud pelayannya, Semar selalu bisa menjaga sifat rendah hati. Semar memberikan gambaran bahwa orang-orang rendahan di masyarakat pun tetap harus dihormati dan dihormati.

Semar sering memainkan perannya dengan mengubah wujudnya atau Dewa Awang Uwung, mengubahnya menjadi tokoh sesuai dengan keadaan. Dalam kehidupan sehari-hari, keyakinan filosofis tercermin dari sikap toleran seseorang terhadap orang lain, atau tepa selira.  Cara hidup yang tidak berlebihan dan sikap rendah hati sangat terpuji dan patut dilakukan melalui ajaran laakso manah atau andhap asar.  Munculnya ketegangan tersebut disebabkan adanya kesalahpahaman antar tokoh  lakon yang dipilih. Konflik biasanya muncul karena perbedaan penafsiran terhadap keyakinan dan konsep tertentu. Pada akhirnya peperangan dan kehancuran tidak dapat dicegah atau dihindari, sehingga timbullah situasi yang disebut "GaraGara". 

Kehadiran tokoh Semar merupakan sebuah metode yang menjembatani antara masa lalu dan masa kini serta masa kini dan masa depan. Dampaknya bagi generasi muda adalah cerita wayang mengajarkan  mereka cara menghadapi  kekuatan modernisasi dengan menyikapi setiap situasi secara bijak. Ketika dunia sedang kacau, Semar bangkit dari situasi tersebut dan dari situasi tersebut lahirlah kendaraan ke arah yang menguntungkan. Semar adalah seorang abdi Pandawa namun sangat dihormati oleh Sang Bhagav karena sering diajak berkonsultasi dalam hal-hal penting. Semar sebagai simbol pikiran manusia yang melahirkan kebijaksanaan.

Semar tidak menyukai kekuasaan, namun lebih memilih peran sebagai pelayan. Semar bertujuan untuk mengajarkan ilmu yang dapat dipahami melalui hikmah. Menjadi abdi keturunan raja, Semar mempunyai strategi yang memberinya kebebasan untuk mendekati rakyat jelata, pertapa, raksasa dan masyarakat lainnya. Dalam kesederhanaannya, Semar  dianggap mampu mengendalikan dirinya dan lingkungannya, serta mampu menahan nafsu duniawi agar tidak mempengaruhi dirinya. 

Dengan tiga punakawan: Gareng, Petruk, Bagong dan gurunya R. Arjuna, Semar membentuk satu kesatuan yang berlima, melambangkan satu individu. Pada unit kelima, Semar mempunyai posisi "kunci" karena Semar melambangkan pikiran manusia. Dalam keadaan krisis, Semar  mengambil keputusan tanpa meminta pendapat majikannya, namun pergi kemana pun jika menurutnya situasi memerlukannya. Seperti dalam lakon Wahyu Tejamaya, Semar memutuskan untuk menemui gurunya, Wahyu Tejamaya.

  • Semar merupakan simbol dalam kehidupan dunia 

Dalam cerita Semar Gugat yang disajikan dalam lakon, Bathara Guru  membunuh lima Pandawa untuk menjadi makanan Bathara Kala (pembawa kematian) dan melengkapi siklus "hidup dan mati". Semar ibarat pelindung bumi yang menjaga keseimbangan antara kehidupan, pertumbuhan dan kematian, serta proses kehancuran. Nantinya, proses kehidupan ini terulang kembali dengan pertumbuhan dan proses kematian menuju kerapuhan. Dalam hal ini Semar mempunyai tugas dan harus selalu berusaha  menyelaraskan keseimbangan ketika sistem kehidupan dunia  tidak terkendali  mengikuti hukum alam yang berlaku atas dasar alam. 

Semar menata ulang alam semesta demi stabilitas, memastikan setiap makhluk hidup dan ciptaannya dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungannya sesuai dengan kekuatannya masing-masing, tidak bergantung pada kekuatan  luar.  Semar mencerminkan perilaku terpuji dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan hidup, yang juga mencakup aspek budaya. Tindakan Semar menunjukkan kepemimpinan yang berlandaskan konsep dan kepercayaan Jawa, membawanya pada tujuan rasional dimana semua pihak menerima keputusannya. 

Tentu saja, jika segala sesuatu yang berkaitan dengan keseimbangan tidak dapat diwujudkan, maka perdamaian tidak akan terwujud selamanya. Menurut Semar, konsep hukum alam  dapat dilihat pada cerita Pandawa Gugat yang menjelaskan makna  konsep Jawa yang berbunyi "Sapa wae gejem wohe Pakartine". Menegakkan hukum alam adalah cara Semar membawa masyarakat pada perdamaian. 

Dan perdamaian hanya dapat dicapai bila setiap orang bertanggung jawab atas tindakannya dan bila terdapat hubungan  yang seimbang antara organisme hidup di dunia.  Semar mencerminkan perannya sebagai sarana untuk bergerak menuju keadaan yang harmonis, dimana keharmonisan tersebut mencerminkan keseimbangan  hubungan ekologis  antara manusia, alam, dan budaya.

  • Semar merupakan simbol dalam pola pikir manusia 

Manusia mempunyai panca indera atau panca indera yang berhubungan dengan lima pusat indra, yaitu: badan (kulit), telinga, mata, lidah, dan hidung. Orang Jawa menyebutnya pancadriya.  Pikiran dipandang sebagai tempat  seseorang mengalami emosi, melihat konsep, keinginan dan terutama benda serta menerima penalaran. Berdasarkan  kenyataan bahwa pikiran dan kesadaran bersemayam di dalam tubuh manusia. 

Seluruh unsur Pancadriya menitik beratkan pada tubuh suci manusia. Dalam sifat  abstrak, aspek-aspek pikiran disimbolkan sebagai Punakawan: Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Seluruh aspek pikiran ini bersemayam dalam tubuh manusia yang dilambangkan oleh Arjuna. Melalui Arjuna (tubuh manusia) pikiran manusia mewujudkan dirinya dalam tindakannya. Dalam banyak kasus, Semar dapat menemukan cara untuk memulihkan kedamaian masyarakat dengan melakukan penyesuaian untuk memenuhi kekuatan masyarakat guna memerangi sumber kompleksitas atau kecemasan.

  • Simbol Semar  "Gara-gara" 

Semar merupakan salah satu makhluk tertua dan terkuat, ia nampaknya tidak memiliki keinginan untuk menguasai kekuatan duniawi seperti kebanyakan orang, karena kekuatan dapat mengubah karakter, situasi bahkan merugikan. Dengan menggunakan kearifan, Semar dapat mencapai tujuannya secara efektif dengan  memberikan  keteladanan sebagai metode pengajarannya tanpa mengendalikan orang lain atau harta bendanya. Strategi pengajaran inilah yang menjadi kunci  atau pedoman karya Semar.

Esensi atau pedoman sentralnya adalah strategi kerja yang mengasah pikiran manusia. Dalam Wayang "Gara-Gara" melambangkan bencana alam semesta dan menunjukkan bahwa Semar seolah-olah menghadapi Bathara Guru ketika perbuatannya menyebabkan kehancuran alam semesta dan kemudian Semar  berusaha membantu membangun kembali dunia.

  • Semar merupakan lambang Hembusan Manunggaling Kawula.

Semar diantara unit kelima: empat Punakawandan Arjuna adalah guru, orang tua, dan pembimbing mereka.  Semar adalah abdi Arjuna yang dapat diartikan sebagai abdi. Namun "penolong" dapat diartikan sebagai "penolong" yang bersifat abstrak. Karena Arjuna merupakan penjelmaan Wisnu dan Wisnu merupakan salah satu "Dewa Panca-Kusika". Dalam hal ini, Semar dapat menjadi penolong abstrak berupa pembelajaran. Arjuna dan Semar bersama-sama melambangkan kesatuan  dengan Arjuna dalam wujud "manusia".


Mengapa korupsi masih merajalela dan selalu menjadi bahan pembicaraan tiap tahunnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun