Mohon tunggu...
Yunita Elvianti
Yunita Elvianti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seorang mahasiswi

Mahasiswa UIN Walisongo, tertarik untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Misogini: Prasangka Buruk yang Diterima oleh Perempuan

10 November 2021   19:20 Diperbarui: 10 November 2021   19:43 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mendengar misogini mungkin sudah tidak asing bagi telinga banyak orang. Istilah misogini (mysogyny) secara etimologi berasal dari kata misogynia (Yunani) yaitu miso (benci) dan gyne (wanita) yang berarti a hatred of women, yang berkembang menjadi Misoginisme (mysogynism), yang bermakna suatu ideologi yang membenci wanita. 

Secara umum misogini sendiri adalah rasa kebencian terhadap wanita, rasa benci ini bisa diwujudkan dalam bentuk yang extreme contoh dalam bentuk kekerasan sexual. Sebagian besar pelaku dari misogini adalah laki-laki, untuk menyudutkan perempuan atau ingin menunjukkan bahwa perempuan memang manusia kelas 2. Namun tidak serta merta laki-laki yang menjadi pelaku, perempuan lainnya pun juga berpotensi menajdi pelaku misogini

Misogini ini juga merupakan wujud dari ideologi seksis, yang mengekspresikan kebencian kepada perempuan baik secara individual ataupun secara institusional. Misogini ini dapat kita lihat di kehidupan sehari-hari dan dibalut dalam bentuk ‘candaan’. Pada contohnya

“makanya pakai baju yang tertutup biar ga mengundang hawa nafsu laki-laki”

“perempuan itu ga boleh ngomong yang kasar, harus lembut”

Candaan seperti itu seringkali dianggap sepele dan mampu membuat orang lain tertawa, karena mereka belum mampu untuk memahami apa itu seksisme dan misogini. Candaan bitu bagi mereka dianggap hal yang normal, terlebih kebanyakan yang emnggunakan candaan tersebut generasi tua atau generasi baby boomers. Generasi kekinian seperti generasi Z sudah banyak yang memahami konsep dan prinsip kesetaraan gender

Contoh lain dari adanya misogini adalah mampu mengakibatkan kekerasan seksual (pemerkosaan, pelecehan seksual, dan lain-lain). Ketiganya tertuju untuk perempuan sebagai korban. Misogini berangkat dari realitas historis bahwa perempuan adalah kaum marginal, inferior yang berada di bawah dominasi laki-laki yang posisi itu dilanggengkan lewat ideologi patriarki. Tetapi misogini tidak memposisikan laki-laki dan perempuan sebagai dua pihak yang berhadapan, melainkan memposisikan perempuan sebagai pihak yang disudutkan, dilecehkan, dibjektifikasi, dieksploitasi dan ditindas.

Factor yang mengakibatkan laki-laki menjadi misogini adalah :

Trauma yang dimiliki ketika masih kecil. Sikap misogini pada seseorang dapat terbentuk karena adanya trauma masa lalu atau mungkin mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari seorang perempuan. Contohnya mengalami kekerasan yang dilakukan oleh ibu atau saudara perempuannya. Hal tersebut dapat memicu trauma dan rasa kebencian

Pola didik yang salah oleh orang tuanya. Pada contohnya jika anak laki-laki melihat perbedaan pola asuh oleh saudara perempuannya yang lebih diajarkan kelembutan atau mendapatkan perlakuan yang istimewa. Kemudian hal tersebut dapat muncul rasa iri, dan dapat mengakibatkan rasa benci terhadap perempuan

Toxic masculinity. Kondisi ini sering ditemui di lingkungan sekitar. Banyak yang beranggapan bahwa laki-laki tidak boleh menangis, jika menangis berarti seperti perempuan yang lemah. Selain itu, laki-laki harus tangguh, tahan banting, dan lain-lain. Terbentuknya pola pikir tersebut bisa membuat sebagian pria menjadi tidak bisa menerima bahwa ada wanita yang lebih sukses daripada dirinya,

Dari factor-faktor tersebut tetap perempuan yang disudutkan, selalu perempuan yang harus menerima kebencian atas hal yang tidak berdasar. Perempuan juga memiliki hak untuk hidup, berekspresi, serta hak kebebasan. Sampai saat ini, masih banyak cerita diluar sana yang menceritakan perempuan menjadi korban dari misogini. Kita sebagai manusia yang sadar akan isu kesetaraan gender dan sadar akan pemenuhan Hak Asasi Manusia seharusnya memberikan ruang yang aman dan nyaman bagi perempuan untuk terhindar dari perlakuan para misogini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun