Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Haiii semuanya.... Kali ini saya kembali akan menjelaskan tentang dunia filsafat pendidikan yaitu tentang aliran Progresivisme dan pemikiran tokoh-tokoh ya.Â
Sebelum saya menjelaskan kalian tau nggak sih apa yang dimaksud aliran Progresivisme itu?? Kalau kalian belum tau saya akan menjelaskannya dalam artikel ini.
Nah, dalam filsafat pendidikan aliran Progresivisme ini merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan itu bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan tetapi juga memberikan beragam aktivitas yang akan mengarahkan kemampuan latihan berfikir peserta didik. Dalam pendidikan aliran ini berpandangan bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan.
Baca juga : Filsafat Pendidikan dan Konvergensi Pembelajaran di Masa New Normal
Dalam pandangan Progresivisme belajar itu harus dipusatkan pada diri peserta didik bukan kepada guru atau bahan belajarnya, jadi dalam aliran ini itu lebih mengutamakan perkembangan peserta didik.
Selanjutnya pembahasan tentang pemikiran tokoh-tokoh aliran Progresivisme, diantaranya yaitu:
1. William James
Beliau merupakan psikolog dan filsuf dari Amerika yang terkenal, dan beliau juga sebagai pendiri aliran Pragmatisme. Beliau berpandangan bahwa fungsi organ fikiran itu dipelajari sebagai bagian mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Artinya ilmu yang kita pelajari dari alam itu kita fikiran melalui otak, jadi fungsi otak itu sendiri untuk dipelajari.
Baca juga : Filsafat Pendidikan Pragmatisme dan Tokoh-tokoh Pemikiran Filsafat Pragmatisme
2. John Dewey
Mengenai pendidikan Progresivisme beliau menulis bahwa pendidikan itu menghendaki adanya filsafat pendidikan yang berlandaskan kepada filsafat pengalaman.Â
Secara singkatnya, beliau menyinggung adanya kesatuan rangkaian pengalaman, kesatuan rangkaian pengalaman tersebut mempunyai 2 aspek penting bagi pendidikan, yang pertama: hubungan kelanjutan antara individu dan masyarakat. Kedua: hubungan kelanjutan antara pikiran dan benda.Â
John Dewey sendiri sejalan dengan plato bahwa tidak ada individu atau masyarakat yang lepas antara satu dengan yang lainnya, dan pikiran pun tidak lepas dari aktivitas mental dan pengalaman.
Baca juga : Filsafat Pendidikan, Ilmu Biologi, dan Agama
3. Hans Vaihinger
Beliau berpandangan bahwa kata "Tahu* hanya mempunyai arti praktis. Kesesuaian dengan objeknya tidak mungkin dibuktikan. Karena satu-satunya ukuran bagi berfikir ialah gunanya untuk mempengaruhi kejadian atau peristiwa di dunia.Â
Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata, namun jika manusia tau akan kebenaran nya maka pengertian itu akan berguna.
Sekian materi yang dapat saya sampaikan,apabila ada kesalahan dalam penulisan atau kata mohon di maafkan ya... Sampai jumpa di artikel selanjutnya.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H