Mohon tunggu...
Yunita Devika Damayanti
Yunita Devika Damayanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Football, Music, Books, Foods.

Pelajar paruh waktu yang mencintai sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Perempuan dan Sepak Bola: We Deserve What We Deserve!

21 April 2021   14:54 Diperbarui: 22 April 2021   19:01 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesetaraan gender masih menjadi topik yang rentan menuai perdebatan jika kita memulai untuk membahasnya, baik di zaman Indonesia belum merdeka, sampai saat ini dimana perempuan sudah banyak menduduki posisi penting di segala bidang. Namun saat kita menyebut kesetaraan gender dalam suatu kelompok, sering terjadi perpecahan dua kubu antara yang pro dan kontra.

Jaga-jaga jika kalian lupa, dalam novel 5 CM karya Donny Dhirgantoro, tokoh Riani pernah ribut dengan teman segengnya yang dihuni para laki-laki saat pembahasan sudah menjurus kepada gender equality. 

Masing-masing memang mempunyai perspektif tersendiri menyikapi kesetaraan gender, ada yang setuju karena itu bentuk dukungan emansipasi wanita yang sejak dahulu diperjuangkan R.A. Kartini, ada pula yang menentang dengan kedok perempuan harus berjalan sesuai 'kodrat.'

Diskriminasi terhadap perempuan tidak hanya terjadi di lingkup sosial, tapi juga olahraga, utamanya olahraga yang dominan dikenal dengan "A Man's Game." Apalagi jika bukan sepak bola.

Hampir semua perempuan yang menyukai sepak bola, pasti pernah paling tidak satu kali diragukan kebenarannya. Seperti, "Lu serius suka bola? Lu kan cewek, ini olahraga cowok." 

Atau lebih parahnya seringkali para perempuan dianggap suka sepak bola hanya karena ingin mencari eksistensi dan ingin dianggap 'berbeda' oleh laki-laki. Tuduhan tak paham dunia perbolaan pun selalu dicecarkan setiap perempuan menunjukkan dirinya jika ia mencintai sepak bola.

Jujur saja, pandangan seperti itu amat mengecewakan. Jika kalian menemukan perempuan yang menyukai sepak bola karena urusan fisik pemain atau hanya ikut-ikutan semata, ya oke yang seperti itu memang ada, tapi bukan berarti bisa digeneralisir bahwa perempuan menyukai sepak bola karena nyari sensasi, it's not worth it. Masih banyak di luar sana perempuan yang menyukai sepak bola karena dia memang suka, tanpa embel-embel hal semacam itu.

Tidak hanya para penggemar yang menerima diskriminasi karena terjun di dunia sepak bola. Pemain sepak bola perempuan juga kerap mendapatkan perlakuan bahwa diri mereka hanya dijadikan objek semata. 

Meskipun mereka sudah menorehkan prestasi, namun tetap saja ada orang-orang yang menilai pemain sepak bola perempuan hanya dari fisiknya, bukan skill dan pencapaian. Hal semacam itu tidak hanya terjadi di Indonesia, di negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris juga masih bisa ditemui spesies manusia semacam itu.

Sumber: www.manutd.com
Sumber: www.manutd.com

Saat saya berusia sekitar tujuh tahun, usia di mana pertama kali tertarik dengan sepak bola, tidak pernah ada dalam bayangan jika ketertarikan saya terhadap dunia laki-laki ini harus menemukan banyak halangan untuk sekadar menunjukkan jika saya menyukai sepak bola murni karena suka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun