Mohon tunggu...
Yunita Devika Damayanti
Yunita Devika Damayanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Football, Music, Books, Foods.

Pelajar paruh waktu yang mencintai sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ole Diambang Pemecatan adalah Manager MU Terbaik Setelah SAF

8 November 2020   00:45 Diperbarui: 8 November 2020   00:57 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seminggu sudah penggemar United mendekam di dalam goa akibat kesombongannya. Momen kemenangan ini seakan menjadi angin segar bak di gurun pasir bagi mereka. Iyalah, sudah bisa bacot lagi, yekan.

Disini saya tidak akan membahas banyak mengenai jalannya laga yang membuat fans MU keluar goa. Apanya yang mau saya bahas? Sudah empet sekali kesabaran saya dipermainkan oleh Martial. Delapan puluh menit tanpa shoot on target, nglawak kali kau Mar, Mar. Ngapain saja kau di depan? Tukar posisi saja sana sama kapten kesayangan umat manusia yang lebih jago membahayakan pertahanan (pertahanan gawang sendiri).

Tapi dibalik semua itu, ada hal yang patut diapresiasi, yaitu kinerja abang ganteng dari Portugal ini. Dua gol tanpa gosok vocer, tumben sekali. Selain golnya, statistik Bruno juga bagus di pertandingan tadi, daya jelajahnya luar biasa, tidak lelah meski harus main turun bolak-balik mengatur permainan.

Brace dari Bruno Fernandes, juga satu gol Edinson Cavani di penghujung laga, seakan menjadi penyelamat karir manajerial Ole Gunnar Solskjaer. Mungkin dia melihat tulisan saya yang menyuruhnya untuk jualan odading ketimbang jadi manager MU.

"Eh, ayo kalian nanti main yang bener lawan Everton. Mau kalian saya dipecat terus disuruh si Depi buat jualan odading?"

"Tidak lah bos, kau kan disini sumber kebahagiaan warga Inggris berkat lawakanmu itu."

Kira-kira begitulah percakapan Ole dengan anak didiknya di ruang ganti tadi.

Oke, skip. Itu hanyalah percakapan kehaluan saya yang tidak mungkin terjadi. Sama mustahilnya seperti Louis Tomlinson yang tiba-tiba datang ke rumah untuk melamar saya.

Namun, sadarkah kalian jika Mang Ole ini selalu saja berubah seperti titisan Sir Alex kala dirinya diisukan akan dipecat?  

Sudah berapa banyak artikel dan tulisan kawan-kawan yang membahas tentang masa depan Ole yang ditentukan dari laga menghadapi Everton ini? Buanyakkk sekali, Bos.

Herannya, performa tim selalu melesat nyaris seperti Bayern Munchen yang menciptakan pembantaian delapan gol. Ehe, tetap kawal cuy.

Entah jurus gaib apa yang digunakan Ole sehingga bisa menjadikan permainan yang di laga sebelumnya bagai klub medioker papan bawah, menjadi klub yang berani bersaing dalam perburuan gelar juara. Jawaban tersebut hanya Tuhan dan Ole saja yang tahu.

Jurus andalan saat isu pemecatan mulai mencuat adalah, Ole akan turun ke pinggir lapangan, memberikan instruksi ajaib sembari pasang tampang sadis, dan BOOM! Bisa ngebantai.

Setelah itu apa yang terjadi? Tentu saja isu pemecatan akan berangsur menghilang, bergantikan dengan ramainya hashtag save Ole, Ole perlu waktu, Ole lebih baik dari Poche, semua sayang Ole. Sungguh manis sekali ekspresi kebahagiaan fans MU. Sebelum akhirnya kembali ke siklus WWDL.

Bisa dibilang, Ole adalah manager terbaik sepanjang masa yang dimiliki Setan Merah, tentu saja setelah nama besar Sir Matt Busby dan legenda hidup Sir Alex Ferguson.

Nama pertama, dikenal berkat kekuatannya membangun kembali dinasti kejayaan United usai Tragedi Munich. Berhasil membawa Piala Champions pertama ke tanah Britania.

Sedangkan Sir Alex tidak perlu dijelaskan lebih jauh lagi, semua sudah tahu. Kepiawaiannya mengorbitkan pemain muda dan berhasil membawa MU menguasai Inggris selama seperempat abad telah menjadi bukti.

Bagaimana dengan Ole? Oh jelas, Ole adalah manager terbaik MU jika dia sedang berada di situasi yang tertekan. Dia mendadak meng-SAF-kan diri saat headline berita ramai membahas akhir karirnya di Old Trafford, setelaj sebelumnya pemain ngampas di laga krusial, sampai ketika fans mulai menggaungkan kritik di kolom komentar sosial media MU.

Pendukung seolah diberikan harapan manis akan konsistensi tim dalam jangka panjang. Untuk kemudian dijatuhkan lagi ketika siklus WWDL kumat.

Yang menjadi pertanyaan, apakah Ole hanya bisa memberikan permainan terbaik timnya hanya saat dirinya merasa tertekan? Semoga saja tidak, harapan pendukung United di seluruh dunia tentu kemenangan ini bisa menjadi titik awal konsistensi United di laga selanjutnya.

Memang sulit untuk memberikan kepercayaan dan waktu kepada performa MU belakangan ini. Tetapi langkah positif sebagai penggemar bisa dimulai dengan mengubah sudut pandang. Iya, yang tadinya beranggapan MU hanya bermain bagus dikala Ole mau dipecat, menjadi MU mempunyai potensi untuk menjaga level permainan terbaiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun