Mohon tunggu...
Yunita Sabardi
Yunita Sabardi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sedang belajar menulis, jika tulisanku absurd memang benar adanya :) terimakasih telah dikritik tapi sebenarnya tak siap.he3

JATENG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Neuron Aliya

24 Januari 2021   21:51 Diperbarui: 24 Januari 2021   21:52 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namaku Aliya, umurku 19 tahun. Kamu perlu informasi apa lagi tentangku? Jangan terlalu banyak nanti kamu tak akan penasaran lagi.

Aku sangat ingin berfikir keras agar bisa menjadi penulis muda yang mengejar keinginan atau tepatnya mimpi untuk menulis sebuah buku. Sepertinya aku salah tempat pengejaran, harusnya bukan di padang pasir yang aku tak tau dimana tempat bertepi saat merasa capai dan kehausan. Mungkin seharusnya aku berlari di tepian sungai atau dilapangan bola sambil berharap ada penjual es lilin lewat. Ah aku terlalu berkhayal.

Ketidak mampuanku menulis sebuah buku cerita seperti Asma Nadia salah satu penulis idolaku yang aktif menulis sejak usia 18 tahun mungkin terjadi karena otakku. Wah, aku tak bermaksud mencari celah bersu'udzon dengan otak.

Tetapi apapun itu cukup beralasan, otakku bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran. Jadi pasti terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Dia juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi serta ingatanku.

Berbicara masalah pengenalan, aku paling susah mengenal wajah orang. Jika hari ini aku berkenalan dengan seseorang yang baru kutemui, esok harinya saat bertemu kembali aku belum tentu mengenalinya. Maksudku bukan belum tentu tetapi yang sebenarnya adalah sudah pasti tidak mengenalinya.

Aku belum pernah menanyakan pada Google tentang hal ini. Kenapa dengan Google?? Ya itulah yang aku lakukan seperti biasanya sebelum mendatangi dokter.

Tiba-tiba saja pintu kamarku diketuk. Ibuku datang membawa otak-otak ikan tenggiri dan kuah yang tampak sedap. Nah saat seperti ini otakku lebih cepat bekerja. Tanpa menunggu lama, neuron akan mengantarkan sebuah perintah hingga otot tanganku menggerakkan sendok dan garpu tanpa basa basi. Tidak sampai lima menit ludes isi mangkuk di hadapanku. Otakku bekerja dengan baik untuk urusan makanan. Tapi berat badanku masih dikisaran 45kg dengan tinggi badan 160cm. Jangan bilang aku cacingan!

Tentang emosi, inipun tak lebih baik dari masalah pengenalan. Emosiku seperti jalan menuju puncak, naik turun, berkelak kelok tak menentu.
"Brak." Tiba-tiba terdengar bunyi benturan keras di halaman rumah, aku mengintip dari jendela kamar. Oh tidak, pot bunga berisi tanaman kaktus kesayangaku pecah di tabrak adik yang sedang bermain sepeda.

"Lilooooo." Suara teriakanku membuat Lilo ketakutan, sepertinya sekarang dia sedang meminta perlindungan Ibu. Neuron benar-benar bekerja dengan baik, mengantarkan perintah untuk meneriaki adikku. Aku tak akan mengejarnya.

Aku sedang berkonsentrasi membuat tulisan untuk sebuah buku impianku. Konsentrasiku ambyar karena adikku dan emosiku tak menentu.

Hal yang ketiga tentang tanggung jawab otakku adalah ingatan. Ini lebih parah dari pada kedua hal yang ku sebutkan tadi. Lagi-lagi pintu kamarku diketuk, Ibu datang menanyakan di mana kunci motor, Ibu akan pergi ke pasar. Aku sedang berusaha mengingat-ingat kemudian adikku nyeletuk "harusnya kunci motor dikasih alarm aja ya Bu, biar gampang ketemu kalau kakak lupa naruhnya."

Bola mataku langsung melebar, pandanganku tajam ke arah adikku yang langsung sembunyi di belakang Ibu.

Hampir 30 menit mencari ke setiap tempat, ku temukan juga kunci motor di dalam saku rok yang sedang aku pakai. Terbukti sudah jika ingatanku tak sewajarnya.

Aku duduk kembali di kursi, berniat menulis sebuah cerita tetapi aku lupa di mana menaruh pena. Waduh, kertasku bahkan masih kosong tak ada coretan. Dimana ide itu sebenarnya menyelinap?

Kalau sudah begini, kapan aku bisa punya buku seperti penulis terkenal itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun