Kalau tidak dicoba sudah pasti 100% gagal tetapi berani mencoba membuat peluang untuk kesuksesan
Ketika membaca artikel Bapak Tjiptadinata pada tanggal 31 Desember 2020 dengan judul "Ucapan Terimakasih Kepada 150 Kompasianer" ada harapan kecil terselip dalam diri ini. Mungkinkah saya yang hanya penulis pemula di kompasiana, penulis modal nekad, kompasianer dengan follower seuprit dan baru menulis kurang dari 20 artikel di kompasiana dalam kurun waktu satu tahun ini dengan pencapaian viewers yang tidak seberapa, artikelnya dapat bersanding dengan kompasianer yang sudah mumpuni dalam buku yang di prakarsai oleh Pak Tjiptadinata?
Sadar diri lebih tepatnya. Tapi pada akhirnya harus dicoba. Kalau tidak dicoba sudah pasti 100% gagal tetapi berani mencoba membuat peluang untuk kesuksesan. Kalimat buat ngadem-ngademi diri sendiri agar tidak menyerah sebelum melangkah.
Kemudian sebelum meneruskan tulisan ini, saya berkirim whatsapp kepada Pak Tjiptadinata karena keragu-raguan saya apakah boleh kompasianer pemula ikut berkontribusi dalam buku tersebut. Pak Tjip membalas dengan kalimat yang membuat saya lega sekaligus bersemangat karena punya harapan baru.
Pasangan yang Rendah Hati Menginspirasi Saya Untuk Giat Menulis Artikel
Usia lanjut tidak menghalangi seseorang untuk menulis. Tentu saja tulisan yang banyak mengandung pesan moral.Â
Perasaan senang ketika artikel yang tayang di rate oleh sesama kompasianer bahkan diberi komentar, berlaku bagi saya barangkali juga bagi kompasianer yang lain.
Desember 2020 ketika saya mulai lagi menulis di kompasiana setelah 10 bulan lamanya berhenti menulis karena ide yang mandeg, kering inspirasi, kejenuhan, merasa tak banyak waktu, saya yang terlalu banyak alasan padahal saat itu baru memulai dua bulan di kompasiana.Â
Saya mempunyai semangat lagi untuk lebih giat menulis saat Bapak Tjiptadinata dan istrinya Ibu Roselina menyapa saya pada kolom komentar di salah satu artikel saya sehingga membuat saya blog walking ke artikel beliau. Kesan pertama saya saat itu, penulis senior, Maestro di Kompasiana, Kompasiana of The Year 2014 yang rendah hati.
Bapak Tjiptadinata lahir di Padang, 21 Mei 1943. Usia Beliau 78 tahun di tahun 2021 ini. Hampir sama dengan usia almarhum Bapak saya. Namun sangat konsisten dalam menulis. Ini menjadi cambuk bagi saya, usia saya sekarang setengah dari usia beliau tapi semangat dalam menulis masih kerupuk yang kalau dibiarkan saja bisa-bisa melempem.
Dari Beliau saya belajar bahwa usia lanjut tidak menghalangi seseorang untuk menulis. Tentu saja tulisan yang banyak mengandung pesan moral seperti di artikel Bapak Tjip yang berjudul "Menulis adalah Jalan untuk Tidak Melupakan Pelajaran Hidup". Menulis dengan baik yang berarti jangan pernah merugikan orang lain, menulis sebagai sarana untuk mengulangi pelajaran hidup seperti petuah beliau 'agar kita jangan sampai menjadi seperti kacang lupa sama kulitnya' sebagai contoh yang disebutkan Pak Tjip dalam artikel tersebut
"Saya menuliskan cuplikan perjalanan hidup kami dimasa lalu, yang sarat dengan keperihan dan derita, bukan untuk jualan kemiskinan atau penderitaaan melainkan bagi saya adalah jalan dan cara untuk mengingatkan, agar jangan lupa bersyukur setiap hari. Tulisan saya juga dibaca anak cucu kami dan sekaligus mengingatkan mereka,bahwa begitulah dulu kami mengawali hidup. Yakni hidup dalam kemelaratan, menahan sakit dan derita. Agar anak cucu kami, jauh dari kesombongan diri, bila hidup mereka sukses".
Kisah Cinta Inspiratif Pasangan Romantis
Untuk pasangan muda yang baru menikah maupun yang sudah puluhan tahun menikah, mari belajar dari kisah cinta Bapak Tjiptadinata dan Ibu Roselina.
Kesetiaan Ibu Lina yang luar biasa walaupun telah melalui berbagai ujian hidup bersama Pak Tjip seperti terungkap dalam artikel "Ujian Terberat Bagi Seorang Wanita".Â
Saat Ibu Lina sudah memiliki segalanya, karir yang bagus, penghasilan yang tinggi dan popularitas tetapi Beliau dengan rela meninggalkan itu semua demi suami. Kalimat Ibu Lina untuk Pak Tjip saat itu yang membuat mata saya berkaca-kaca saat membaca "Sayang, satu satunya laki laki yang saya cintai dalam hidup ini, hanyalah dirimu..."
Dan 2 Januari 2021 Bapak Tjip dan Ibu Lina sampai pada usia pernikahan ke 56 tahun, sisi romantis selalu terlihat di setiap moment. Satu kata 'Amazing' buat pasangan yang menginspirasi. Saya sendiri baru melewati usia pernikahan seperempat dari usia pernikahan beliau. Harapan saya semoga kamipun bisa sampai pada usia pernikahan ke 56 tahun. seperti beliau.
Perjalanan Hidup Sarat Inspirasi
Semakin banyak membaca artikel beliau, semakin banyak pelajaran hidup yang bisa saya ambil.
"Hari Ini Ulang TahunKe-56 Pernikahan Kami" Salah satu artikel yang di tulis Bapak Tjip sungguh sarat dengan inspirasi. Perjalanan Beliau yang penuh liku-liku, menghadapi segala cobaan hidup, jatuh bangun namun tetap bertahan tanpa mengeluh. Berkat kerja keras dan doa beliau bisa melewati semuanya. Malu saya sama diri sendiri, ujian hidup saya tidak seberat itu  tetapi terkadang merasa sudah paling berat saja. Astaghfirulloh..
Semakin banyak membaca artikel beliau, semakin banyak pelajaran hidup yang bisa saya ambil.
Tulisan ini bukan bermaksud menggurui siapa-siapa hanya berbagi pandangan hidup,sebagai sesama Penulis. Bila dianggap baik silakan dipahami dan bila dianggap tidak tepat,silakan dilupakan saja.
-Tjiptadinata Effendi-
Saya tidak terlalu ingat di artikel yang mana kalimat ini tetapi akan terus saya ingat untuk pegangan dalam menulis karena disetiap tulisan beliau saya merasa tidak pernah ada kesan menggurui.
Semoga tulisan saya bisa menjadi hadiah kecil untuk Ulang Tahun Pernikahan yang ke 56 Bapak Tjiptadinata Effendi & Ibu Roselina. Semoga selalu sehat dan bahagia.
Ajibarang, 11 Januari 2021
Salam hangat,
Yunita Wijayanti
Seuprit : sedikit
Ngadem-ngademi : mendinginkan hati agar menjadi tenang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H