Mohon tunggu...
Yunita Sabardi
Yunita Sabardi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sedang belajar menulis, jika tulisanku absurd memang benar adanya :) terimakasih telah dikritik tapi sebenarnya tak siap.he3

JATENG

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Serunya Perjalanan Singkat ke Kota Batik

5 Januari 2020   08:14 Diperbarui: 8 Januari 2020   19:06 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canting sebagai alat membuat batik tulis | dokpri

Saat libur sekolah anak-anak sudah hampir usai, saya yang adalah seorang pedagang makanan belum sempat mengajak anak-anak berlibur. Terkadang sayang untuk menutup kios di saat liburan seperti ini, dimana banyak yg melakukan perjalanan sehingga kiospun juga ramai pembeli. Tetapi kasihan juga anak-anak kalau saya tidak mengorbankan waktu untuk mereka. 

Sambil menunggu pembeli, saya browsing tempat yang tidak terlalu jauh untuk berlibur sehingga kios tidak saya tutup terlalu lama. 

Allright, saya putuskan liburan kali ini ke Pekalongan setelah surfing  di Google dan menemukan tempat-tempat yang menarik untuk diperkenalkan ke anak-anak. Selain juga karena dekat.

Kedua anak saya belum pernah naik kereta api jadi ini saat yang tepat untuk memilih alat transportasi tersebut.

Saya coba cari dan pesan tiket KA untuk hari sabtu, 4 orang di kai.id situs resmi PT KAI dengan harap-harap cemas tidak bisa dapat tiket karena sudah masuk cuti menjelang tahun baru.  Ternyata kursi di gerbong 1 sampai 5 hampir terisi penuh dan tidak ada kursi yg kosong berhadapan. Beruntung masih ada 4 kursi kosong di gerbong 6, jadilah kita liburan

Selanjutnya saya coba cari hotel yg tidak terlalu menguras kantong tapi anak-anak request yang ada pool nya. Ok, mungkin sekelas kolam ikan juga bolehlah Memang begini ya kalau semua ga prepare dari jauh hari, hotel penuh kecuali hotel-hotel dengan biaya rent permalam tinggi. 

Jadi ingat sekitar 1 tahun yang lalu saya pernah booked hotel di Surabaya dengan fasilitas yang lumayan bagus dan harga miring via agoda.com . Benar saja di agoda.com saya dapat hotel di sekitar terminal Pekalongan dengan harga di bawah 350ribuan sudah ada fasilitas kolam renang, kamar deluxe, free wifi (ini penting) karena anak-anak saya lebih menyukai youtube dari pada tayangan TV

Pkl. 04.30 wib kami sudah sampai di stasiun KA Purwokerto dan menuju mushola di dalam pojok stasiun karena kami keluar dari rumah masih jam 3 pagi dan belum masuk waktu subuh.

Kereta Kamandaka pagi berangkat pkl.05.00 wib dari stasiun Purwokerto dan akan tiba di stasiun Pekalongan pkl.08.05 wib.

Jam menunjukkan pkl. 08.05 saat kereta tiba di stasiun Pekalongan. 

Rencana awal kita sebelum chek in hotel di jam 2 siang adalah bersilaturahmi ke Ndalem Habib Luthfi bin Yahya kemudian di lanjutkan ke makam sapuro.

Kita memang ke Ndalem Habib tapi tidak berani masuk, hanya duduk-duduk di luar pintu gerbang.. siapalah kami beraninya mau menemui dan datang ke rumah ulama besar.

Gang menuju Ndalem Habib Luthfi bin Yahya. Foto ini diambil saat perjalanan di hari berikutnya. | dokpri
Gang menuju Ndalem Habib Luthfi bin Yahya. Foto ini diambil saat perjalanan di hari berikutnya. | dokpri
Kita akan melanjutkan perjalanan ke makam sapuro. Dari Gedung Khanzus Sholawat bisa naik ojek online. Kalau angkutan kota yang menuju ke sana tidak ada tapi waktu saya menanyakan ke pengemudi angkot yang lewat, malah ditawarkan "apa mau ke sana saya antar? Ongkosnya 20ribu." Tanpa nego saya mengiyakan karena saya sempat mengecek tarif ojek online sebesar 23ribu, jadi tidak masalah.

pkl.10.00 saya berada di komplek Makam Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas atau Makam Sapuro. Sapuro sendiri adalah nama daerah tempat makam tersebut. Keadaan di sekitar makam penuh dengan para peziarah yg sedang mengantri untuk masuk. Terlihat rombongan dengan bus dari berbagai daerah bahkan ada rombongan yang datang dari luar Jawa.

Komplek Makam Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas | dokpri
Komplek Makam Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas | dokpri
Setelah mengantri, saya dapat masuk ke dalam area makam. Saya tidak mengabadikan dengan kamera karena niat saya diawal ingin berdoa dan tidak akan mengambil foto di area makam.

Pkl.11.30 kita keluar gang menuju jalan madura.

Menuju keluar gang Makam Sapuro. | dokpri
Menuju keluar gang Makam Sapuro. | dokpri
Dari jalan madura kita memesan ojek online, tarifnya sebesar 23ribu menuju ke hotel yg sudah dipesan sebelumnya. 

Sesampainya di Hotel Sahid Mandarin, anak-anak sudah tidak sabar ketika melihat kolam renang. Hotel ini masuk kawasan Dupan Square. Untuk masuk ke kolam renang gratis bagi pengunjung hotel Sahid Mandarin dengan syarat menunjukan kartu. 

Chek in di jam 2 siang.. 

Selesai proses chek in, dapat kamar di lantai 1, di luar dugaan ternyata di dalam kamar tersedia fasilitas lebih lengkap dari yang saya kira. Kamar cukup luas, kulkas mini, pemanas air, AC, TV LED, air hangat, yang terakhir ini membuat anak-anak lupa dengan kolam renang...  kamar mandi dgn bathup. Jadi cukup berendam di bathup sudah membuat bahagia sayangnya pas buka gorden jendela tidak ada pemandangan yang indah, hanya dinding dan kaca kamar sebelah yg tertutup gorden. Bayangin kalau pemandangannya kolam renang atau taman, bukit, gunung, lebih asik lagi pantai

Sehabis maghrib, kami menuju alun-alun kota Pekalongan. Sampai di sana kendaraan padat merayap. Ini di malam minggu dan suasana liburan sekolah. Mungkin salah satu faktor yang membuat macet adalah parkir dan pedagang yang berada dipinggir alun-alun. Sampe depan Masjid Agung. Coba seperti di alun-alun Purwokerto, sekarang pedagang dijadikan satu di sebelah timur alun-alun sehingga tidak terlalu semrawut kendaraan yang melintas di sekitar alun-alun. 

Di alun-alun Pekalongan, terlihat bangunan seperti menara pandang, terdiri dari beberapa lantai persis di depan Plaza Pekalongan. Menurut informasi dari driver ojek online yang kami tumpangi, bangunan tersebut baru beberapa hari difungsikan jadi masih sangat ramai.

Sekitar 2 jam kami berada di komplek alun-alun. Anak terkecil saya  bermain mewarnai pasir. Dengan 15ribu rupiah dapat gambar dari sterofoam dan pasir untuk mewarnai. Sayapun masih sempat meet up juga di Masjid Kauman dengan teman seperjuangan ketika masih menimba ilmu di kota Malang. Kalau anak pertama tetep hunting mobil hotwhell di Plaza untuk menambah koleksi.

Jam 10 malam kami kembali ke hotel. Saat mata seharusnya sudah terpejam, perut tiba-tiba tidak bisa kompromi karena lapar melanda. Satu-satunya solusi adalah pesan makanan via online. Yang saya pesan adalah nasi megono. Ini makanan yang sudah lama membuat saya penasaran. 

Nasi megono khas Pekalongan | dokpri
Nasi megono khas Pekalongan | dokpri
Dengan harga 10ribu sudah dapat nasi megono dengan telur dadar, tempe goreng dan sambal. Menurut saya ini enak, murah dan bikin kenyang

Pagi harinya kami bersiap menuju Pasar Grosir Sentono yang konon menjual berbagai macam pakaian dan hasil kerajinan batik pekalongan dengan harga murah. Kalau sudah di Pekalongan katanya kurang lengkap jika tidak mampir ke Pasar Sentono. Karena sekitaran terminal atau depan komplek Dupan Square adalah zona merah ojek online, kami naik mini bus menuju Pasar Sentono yang tidak terlalu jauh. Hanya menghabiskan waktu sekitar 5 menit perjalanan.

Berada di zona merah ojek online | dokpri
Berada di zona merah ojek online | dokpri
Pasar Sentono di jam 9 pagi masih terlihat sepi, hanya beberapa toko saja yang sudah terlihat buka. Kami memutuskan untuk sarapan di belakang kios-kios pakaian. Di sini terdapat banyak kios-kios makanan bahkan oleh-oleh khas Pekalongan.

Kali ini saya sangat ingin mencoba Soto Tauto, salah satu makanan khas daerah Pekalongan. Soto dengan campuran tauco dan cabai sehingga kuah yang segar, manis, asam dan sedikit pedas berwarna merah. Ini cocok sekali dengan lidah saya yang bukan penggemar pedas. 

Lontong dan Soto Tauto | dokpri
Lontong dan Soto Tauto | dokpri
Selesai kulineran mulai hunting batik. Harga batik di Pasar Sentono terkenal murah, daster dan atasan batik ada yang dijual 100ribuan sudah dapat 3. Tetapitidak semua pedagang menyediakan batik murah, ada juga kios yang menjual batik di atas 200ribuan dan tidak dapat ditawar tentunya harga sudah sesuai dengan kualitas bahannya.

Saat sedang asik memilih batik, ada whatsapp dari teman yang semalam saya temui di Masjid Agung Kauman. Ternyata dia sudah berada di komplek Pasar Sentono. Dia berjanji akan mengantar saya jalan-jalan di Pekalongan bahkan akan mengantar saya pulang sampai ke rumah. Woww!

Akhirnya saya batalkan travel yang saya booked tadi pagi.

Perjalanan selanjutnya menuju Museum Batik.

HTM ke Museum Batik sebesar 5ribu untuk dewasa dan 2ribu untuk anak-anak. 

Setelah mengisi buku tamu, kami diizinkan masuk ruang pamer. Ada 3 ruang pamer sebelum ke ruang praktek membatik. 

Canting sebagai alat membuat batik tulis | dokpri
Canting sebagai alat membuat batik tulis | dokpri
Pewarna alami untuk batik | dokpri
Pewarna alami untuk batik | dokpri
Di ruang praktek membatik, kita diberi kain berukuran sekitar 1520 cm. Khusus anak-anak hanya boleh menggunakan alat cap batik dengan pengawasan orang tua. Orang tua menggunakan canting sebagai alat batik tulis. Di ruang ini anak-anak begitu menikmati.
Belajar membuat batik cap | dokpri
Belajar membuat batik cap | dokpri
Hasil batik cap | dokpri
Hasil batik cap | dokpri
Tidak mudah ternyata memegang canting dan kain, butuh kesabaran dan ketrampilan tentunya.

Belajar membuat batik tulis dengan alat yang di sebut canting | dokpri
Belajar membuat batik tulis dengan alat yang di sebut canting | dokpri
Selesai perjalanan di Museum batik, kita menuju ke pabrik limun. Limun adalah sejenis minuman bersoda, zaman saya SD dijual keliling dengan gerobak. Waktu itu harganya sekitar 100rupiah per bungkus.

Limun yang terkenal di Pekalongan adalah Limun Oriental. Limun ini suah ada sejak tahu 1923. Untuk menuju ke sana, kita masuk ke jalan di sebelah Museum Batik. Persis diantara Museum dan gedung Batik TV sekitar 50 meter. 

dokpri
dokpri
Kita dapat langsung menikmati segarnya es limun di tempat ini. Rasa sodanya tidak terlalu kuat, manisnya dari gula asli. Pas dinikmati saat cuaca panas seperti hari ini.

Segarnya Limun Oriental | dokpri
Segarnya Limun Oriental | dokpri
Perbotolnya dijual dengan harga 7ribu saja. Kalau kita akan membawanya untuk buah tangan, bisa juga request rasanya. Ada pilihan rasa antara lain sirsak, mocca, nanas, mangga, melon dan jeruk. 1 karton isi 6 botol dijual dengan harga 65ribu rupiah.

dokpri
dokpri
Dari Pabrik Limun Oriental kita menuju hotel untuk chekout karena waktu sudah hampir jam 12 siang. 

Ada pesanan dari keponakan yang belum saya beli, atasan batik untuk ikut ujian katanya. Banyak toko dan butik batik di kota Pekalongan, teman saya mengantar ke salah satu toko batik langganannya di daerah jalan Kertijayan. Toko ini juga buka di Pasar Grosir Sentono.

Saya merasa lebih nyaman memilih di sini mungkin karena tidak terlalu ramai seperti di pasar. Sudah dapat yang dicari, dapat juga sarung batik dan rok batik dengan motif klasik.

Selesai sudah liburan singkat di Kota Batik. Berharap pulang membawa kenangan. Liburan tidak harus ke pantai, tidak juga harus ke kebun binatang. 

Selamat beraktivitas kembali untuk semuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun