Sekitar 2 jam kami berada di komplek alun-alun. Anak terkecil saya  bermain mewarnai pasir. Dengan 15ribu rupiah dapat gambar dari sterofoam dan pasir untuk mewarnai. Sayapun masih sempat meet up juga di Masjid Kauman dengan teman seperjuangan ketika masih menimba ilmu di kota Malang. Kalau anak pertama tetep hunting mobil hotwhell di Plaza untuk menambah koleksi.
Jam 10 malam kami kembali ke hotel. Saat mata seharusnya sudah terpejam, perut tiba-tiba tidak bisa kompromi karena lapar melanda. Satu-satunya solusi adalah pesan makanan via online. Yang saya pesan adalah nasi megono. Ini makanan yang sudah lama membuat saya penasaran.Â
Pagi harinya kami bersiap menuju Pasar Grosir Sentono yang konon menjual berbagai macam pakaian dan hasil kerajinan batik pekalongan dengan harga murah. Kalau sudah di Pekalongan katanya kurang lengkap jika tidak mampir ke Pasar Sentono. Karena sekitaran terminal atau depan komplek Dupan Square adalah zona merah ojek online, kami naik mini bus menuju Pasar Sentono yang tidak terlalu jauh. Hanya menghabiskan waktu sekitar 5 menit perjalanan.
Kali ini saya sangat ingin mencoba Soto Tauto, salah satu makanan khas daerah Pekalongan. Soto dengan campuran tauco dan cabai sehingga kuah yang segar, manis, asam dan sedikit pedas berwarna merah. Ini cocok sekali dengan lidah saya yang bukan penggemar pedas.Â
Saat sedang asik memilih batik, ada whatsapp dari teman yang semalam saya temui di Masjid Agung Kauman. Ternyata dia sudah berada di komplek Pasar Sentono. Dia berjanji akan mengantar saya jalan-jalan di Pekalongan bahkan akan mengantar saya pulang sampai ke rumah. Woww!
Akhirnya saya batalkan travel yang saya booked tadi pagi.
Perjalanan selanjutnya menuju Museum Batik.
HTM ke Museum Batik sebesar 5ribu untuk dewasa dan 2ribu untuk anak-anak.Â
Setelah mengisi buku tamu, kami diizinkan masuk ruang pamer. Ada 3 ruang pamer sebelum ke ruang praktek membatik.Â