PT. Trimarga Rekatama adalah Perusahaan yang mendatangkan pesawat Komersil Sukhoi ke Indonesia. Pesawat nahas tersebut mengalami kecelakaan menabrak Gunung Salak ketika sedang melakukan penerbangan Joy Flight pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2012 lalu.
Pengusaha keturunan Tionghoa, Eng Djin Tjong alias Sujito Ng, adalah pemilik PT. Trimarga Rekatama. Posisi Direktur dijabat oleh seorang purnawirawan TNI AU, Vicky Victor Siagian, yang merupakan teman dekat Sijito Ng sejak masih aktif dinas dulu. Selain itu, ada nama Marsekal Pertama Sunaryo sebagai Konsultan PT. Trimarga Rekatama yang saat ini dinas di Dirjen Rencana Pertahanan Departemen Pertahanan yang mengurusi kebutuhan Alutsista negara.
Sujito Ng, melalui bendera perusahaannya PT.Trimarga Rekatama, adalah Supplier tunggal Alutsista yang diimport dari negeri Beruang Putih, Rusia. Selain Pesawat Komersil Sukhoi, PT. Trimarga Rekatama juga merupakan Supplier pembelian pesawat tempur Sukhoi SU 30 MK2 oleh Pemerintah Indonesia.
Sujito Ng adalah pemain lama dalam bisnis alat utama sistem persenjataan sejak jaman pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Dimasa pemerintahan SBY, PT. Trimarga Rekatama ditunjuk langsung sebagai agen Sukhoi karena adanya kedekatan Sujito Ng dengan SBY. PT. Trimarga Rekatama ini memiliki akses istimewa sebagai Suplier Alutsista dan Sukhoi karena adanya kedekatan hubungan antara Sudjito Ng dengan Cikeas. Sujito Ng mengenal SBY setelah ia dikenalkan oleh Direkturnya kepada Menko Polhukam, Djoko Suyanto.
Bukan hanya dikenal di kalangan TNI, Sujito Ng yang masih merupakan kerabat Pemilik Perusahaan Retail Hero dan Giant, juga memiliki hubungan bisnis dengan menantu SBY, Annisa Pohan, melalui PT. Mentari Multimedia (M2V).
Perusahaan ini bergerak dalam bidang layanan TV berlangganan khusus untuk mobil.Perlu diketahui, posisi Sujito Ng di perusahaan milik Annisa Pohan tersebut adalah sebagai Wakil Direktur.
Selain sebagai Suplier Sukhoi dan Jet Tempur Sukhoi di Indonesia, PT. Trimarga Rekatama juga melakukan bisnis perdagangan senjata api, Amunisi, dan pesawat-pesawat jenis ringan. PT. Trimarga Rekatama memiliki anak perusahaan yaitu PT. Citra Persada yang khusus handle kebutuhan AL. Perusahaan ini adalah rekanan TNI Angkatan Laut untuk pengadaan Alutsista. Pengendali utama PT. Utama Citra Persada adalah Indra Surya Djani yang hilir mudik mengurusi segala sesuatu di Bandara Halim Perdanakusuma ketika kecelakaan Sukhoi terjadi.
PT. Citra Persada melakukan pengadaan tank BMPÂ3F, kapal layar latih, tank BMP3 APC, dan mesin kapal MAN untuk Fatahillah Class. Menurut Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan, Mayjen TNI Ediwan Prabowo, Kementerian Pertahanan memediasi PT. Citra Persada sebagai Supplier untuk pengadaan 37 Tank Amfibi BMPÂ3F.
Sudjito Ng mengkhususkan PT. Citra Persada ini sebagai Agen Alutsista TNI AL. Sementara PT. Trimarga khusus di bidang AU dan AD dengan mendatangkan pesawat, Tank, dan peralatan tempur lainnya dari Rusia ke Indonesia. PT. Trimarga juga memasok pesawat Sukhoi komersial, Sukhoi Superjet 100 yang jatuh setelah menabrak Gunung Salak.
Mencermati kedekatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan pemilik PT. Trimarga Rekatama, Sudjito Ng, jelas ada kekuatan terselubung yang memfasilitasi PT. Trimarga Rekatama terhadap proyek-proyek Sukhoi baik pesawat komersial maupun pesawat tempur.
Jatuhnya pesawat Sukhoi di Gunung Salak berkaitan erat dengan penggelembungan dana pengadaan Sukhoi SU-30 MK2 untuk militer. Walaupun beda jenis, Superjet untuk komersial, sementara SU-30 untuk militer, keduanya bermuara pada satu sumber yang sama yaitu PT. Trimarga Rekatama.
Perlu diketahui bahwa Program Kerja Pemerintah dan DPR dalam pelaksanaan pengadaan Alitsista yaitu proses langsung pembelian antara pemerintah Indonesia dan Rusia tanpa melibatkan pihak Swasta. Hal ini untuk mencegah membengkaknya harga dalam hal profit persahaan swasta. Namun realitanya dalam proses pengadaan pesawat tempur Sukhoi, justru pihak swasta, PT. Trimarga Rekatama, yang melakukan pembelian. Akibatnya sudah dapat diprediksi, harga per unit Sukhoi melambung tinggi.
Penggelembungan dana oleh PT. Trimarga Rekatama ini merugikan Negara Rp 800 Miliar s/d Rp 1,5 Triliun. Proyek pengadaan pesawat SU-30 MK2 dari Rusia ini bernilai USD 470 juta. Anggaran dibagi untuk pembelian enam unit pesawat, masing-masing senilai USD 54,8 juta, dengan total USD 328,8 juta. Sisanya digunakan untuk pembelian 12 mesin dan pelatihan 10 pilot sebesar USD 141,2 juta.
Berita-berita mengenai Mark Up pengadaan Sukhoi Militer mereda dan lenyap dari pemberitaan setelah dilakukan lobi-lobi khusus oleh Sujito Ng ke Media Massa. Sujito Ng juga melobi DPR sehingga para anggota Dewan yang sebelumnya vokal terkait kasus pesawat tempur Sukhoi pun akhirnya diam.
Untuk bisa terlibat dalam proyek pengadaan Alutsista butuh akses elit yang tidak sembarangan. Sujito Ng masuk dalam lingkaran bisnis ini karena memiliki kedekatan dengan Cikeas dan para petinggi TNI, terutama TNI Angkatan Udara. Setiap ada keperluan Alutsista dari Rusia, PT. Trimarga Rekatama selalu diikutsertakan.
Selain PT. Trimarga Rekatama, juga muncul ke permukaan nama Kartika Airlines, Sky Aviation, dan Queen Air Indonesia. Perusahaan-perusahaan ini adalah maskapai domestik yang membeli pesawat komersil Sukhoi SSJ100. Tiga perusahaan itu sudah menandatangani kontrak dengan Sukhoi Civil Aircraft Company untuk pembelian 46 pesawat SSJ100 senilai kurang lebih Rp 15 triliun.
Siapakah para Aktor di balik Kartika Airlines, Sky Aviation, dan Queen Air Indonesia? Mengapa mereka mendapatkan kemudahan akses pembelian SSJ100 tersebut? Kartika Airlines adalah perusahaan yang didirikan oleh Kartika Eka Paksi, yaitu Yayasan di bawah Mabes TNI AD. Kontraknya ditandatangani di Franborough Air Show 2010, Inggris pada tanggal 19 Juli 2010 lalu.
Pembelian 30 pesawat SSJ100 oleh Kartika Airlines adalah bisnis yang sangat besar. Kesepakatan itu melibatkan kekuatan akses Cikeas dan banyak petinggi di negeri ini, mengingat Kartika Airlines adalah perusahaan yang didirikan Yayasan Kartika Eka Paksi, milik TNI-AD serta keterlibatan Sujito Ng sebagai pemilik perusahaan PT. Trimarga Rekatama. Sedangkan Sky Aviation, ada nama-nama penting lainnya yang berperan kuat, antara lain Glenn Yusuf, eks kepala BPPN, dan Chappy Hakim, eks KASAU yang menjabat sebagai Penasehat Senior perusahaan Sky Aviation.
Kecelakaan Sukhoi di Gunung Salak akhirnya menguak tabir misteri yang selama ini tertutup rapat keterlibatan penguasa di negeri ini. Seluruh komponen Pemerintahan di negeri ini harus memastikan transparansi serta akuntabilitas segala bentuk proses pengadaan demi kemaslahatan rakyat yang notabene dipakai dari uang pajak rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H