Mohon tunggu...
Yunita KendekMarendeng
Yunita KendekMarendeng Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Kristen Duta Wacana

Remaja yang suka alam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Pengendalian Terpadu DBD Menuju Toraja Utara Tanggap DBD"

30 Juni 2023   23:09 Diperbarui: 30 Juni 2023   23:16 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah satu penyakit vektor yang masih menjadi concern utama di berbagai negara adalah Demam Berdarah. Hampir semua daerah di Indonesia memiliki kasus Demam Berdarah setiap tahunnya. Tidak terkecuali daerah Toraja Utara, di Provinsi Sulawesi Selatan. 

Demam berdarah sendiri merupakan penyakit yang ditularkan melalui tusukan nyamuk Aedes aegypti, yang terinfeksi virus Dengue. Tusukan yang disebabkan oleh nyamuk tersebut akan menyebabkan infeksi virus Dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui aliran darah pada manusia. 

Kasus demam berdarah di Kabupaten Toraja Utara pertama kali di temukan pada tahun 2015. Jumlah kasus demam berdarah yang tercacat oleh Dinas Kesehatan Toraja Utara hingga bulan Juni 2019 terdapat 14 kasus demam berdarah. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Toraja Utara tahun 2017 terdapat sebanyak 29 kasus DBD yang terjadi di tiga kecamatan diantaranya yaitu: Kecamatan Rantepao, Kecamatan Kesu, dan Kecamatan Tallunglipu. 

Lingkungan menjadi salah satu faktor penyebab tingginya penyakit demam berdarah, terutama pada lingkungan yang berair. Hal ini karena air menjadi tempat perindukan terbaik bagi nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur dikarenakan aman dari predator serta memiliki suhu yang sesuai untuk penetasan. 

Hal ini menjadi faktor utama peningkatan kasus DBD yang lebih sering terjadi pada musim hujan. Selain itu faktor resiko lain yang berkaitan dengan mortalitas infeksi Dengue adalah status imunologis pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus Dengue, faktor keganasan virus, dan kondisi geografis setempat. 

"Masalah Utama Dan Pengendalian Terpadu" 

Permasalahan yang masih dialami oleh masyarakat Toraja dalam pengendalian vektor dari nyamuk Aedes agypti ini terkait dengan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk penyebab Demam Berdarah. 

Selain itu, rasa acuh tak acuh dari masyarakat terkait keberadaan nyamuk Aedes agypti di lingkungan perumahan juga menjadi salah satu masalah yang masih sering terjadi. 

Di samping itu, upaya pemerintah dalam menanggulangi permasalahan terkait kasus DBD di Toraja Utara juga belum maksimal. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah di Toraja Utara antara lain, penggunaan insektisida malation untuk memberantas nyamuk dewasa dengan cara pengasapan (fogging), penggunaan temephos dalam bentuk abate, dan penyuluhan DBD di setiap puskesmas. Sejauh yang terlihat upaya yang paling mencolok adalah kegiatan pengasapan (fogging). 

Fogging sendiri merupakan penyemprotan insektisida kimia dalam bentuk aerosol. Setelah diterapkan berulang kali, kemungkinan bahan insektisida yang disemprotkan menjadi resisten terhadap nyamuk, karena nyamuk telah beradaptasi dengan insektisida yang dipakai, sehingga kegiatan fogging menjadi tidak maksimal lagi. 

Selain itu, penggunaan insektisida seperti ini juga akan meninggalkan residu bagi lingkungan, sehingga menjadi salah satu faktor pencemaran lingkungan. Penggunana fogging juga menyebabkan kematian pada organisme non target, sehingga metode ini perlu dievaluasi lagi jika akan terus dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun