Mohon tunggu...
yunita salsalinabr
yunita salsalinabr Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyinari Harapan: Pemanfaatan Radioisotop dalam Deteksi Dini Kanker Payudara

26 Desember 2024   05:51 Diperbarui: 26 Desember 2024   06:15 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kanker payudara masih menjadi momok bagi banyak perempuan di seluruh dunia. Data terbaru menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat pertama sebagai kanker yang paling sering menyerang perempuan. Namun, perkembangan teknologi dalam bidang kedokteran telah membawa harapan baru, terutama melalui pemanfaatan radioisotop dalam mendeteksi kanker payudara sejak dini. Teknologi ini tidak hanya menawarkan akurasi tinggi, tetapi juga membuka pintu bagi pengobatan yang lebih efektif.  

Bagaimana Radioisotop Bekerja dalam Deteksi Kanker?

Radioisotop, atau isotop radioaktif, merupakan atom yang tidak stabil dan dapat melepaskan radiasi. Dalam dunia medis, radioisotop digunakan untuk melacak perubahan biologis dalam tubuh. Teknologi ini memanfaatkan kemampuan radioisotop untuk berinteraksi dengan jaringan tubuh, memberikan "sinyal" yang dapat diidentifikasi oleh perangkat pencitraan medis seperti PET (Positron Emission Tomography) scan atau SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography).  

Untuk mendeteksi kanker payudara, senyawa radioisotop tertentu, seperti fluorodeoxyglucose (FDG), disuntikkan ke dalam tubuh pasien. FDG ini mirip dengan glukosa, sumber energi utama sel tubuh. Sel kanker, yang dikenal sangat "rakus" terhadap energi, akan menyerap FDG lebih banyak dibandingkan jaringan sehat. Isotop radioaktif dalam FDG kemudian memancarkan sinyal yang dapat ditangkap oleh mesin pencitraan, menghasilkan gambar rinci yang menunjukkan keberadaan dan ukuran tumor.  

Mengapa Teknologi Ini Unik?

Teknologi berbasis radioisotop menawarkan berbagai keunggulan dibandingkan metode deteksi tradisional, seperti mammografi. Salah satu kelebihannya adalah kemampuannya mendeteksi perubahan metabolisme sel sebelum tumor menjadi terlihat secara fisik. Artinya, kanker payudara dapat ditemukan jauh lebih dini, bahkan sebelum gejala muncul.  

Selain itu, metode ini sangat berguna dalam menilai apakah kanker telah menyebar (metastasis) atau tidak. Dalam kasus kanker payudara, mengetahui apakah sel kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening atau organ lain adalah langkah penting dalam menentukan strategi pengobatan.  

Proses Deteksi yang Aman dan Nyaman

Banyak orang masih merasa takut dengan istilah "radioaktif," membayangkan radiasi yang berbahaya bagi tubuh. Namun, dalam dunia medis, dosis radioisotop yang digunakan sangat kecil dan dirancang untuk memastikan keamanan pasien. Prosesnya pun relatif cepat dan tidak menyakitkan.  

Setelah radioisotop disuntikkan, pasien hanya perlu menunggu sekitar 30--60 menit agar senyawa tersebut tersebar di tubuh. Setelah itu, pasien menjalani pemindaian yang biasanya selesai dalam waktu kurang dari satu jam. Tidak ada rasa sakit atau ketidaknyamanan yang berarti selama prosedur ini.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun