Kesehatan tubuh kita bergantung dari bagaimana cara kita memperlakukan tubuh kita. Sebagai contoh, disaat kita mengonsumsi makanan yang tidak sehat (junk food) maka resiko yang harus dihadapi tubuh adalah masalah pencernaan seperti sembelit, wasir, gangguan pada usus, resiko terkena diabetes, resiko penyakit jantung, resiko gangguan ginjal, kanker, bahkan beresiko mempengaruhi fungsi otak. Hal tersebut adalah contoh ringan kebiasaan buruk yang sepertinya sulit untuk ditinggalkan oleh masyarakat, terlebih remaja yang lebih suka makanan yang instan.
Begitu pula jika kita memiliki kebiasaan yang tidak baik maka akan berisiko untuk kesehatan tubuh dan mental. Salah satunya adalah kebiasaan menonton dan mengonsumsi pornografi. Eits, jangan sekali-kali salahkan dopamin salahkan dirimu yang sulit berhenti dari candu pornografi.
Dikutip dari Wikipedia, dopamine adalah salah satu sel kimia dalam otak, sejenis neurotransmiter (zat yang menyampaikan pesan dari satu syaraf ke syaraf yang lain) dan merupakan perantara bagi biosintesis hormon adrenalin dan noradrenalin. Peran utama dopamin di dalam otak adalah sebagai sistem “reward” (hadiah, imbalan) untuk memberikan penghargaan kepada otak atas perilaku positif yang telah dilakukan, fungsi motorik dan fungsi kognitif (seperti aritmetika dan daya ingat).
Setelah melakukan aktivitas positif, otak akan melepaskan sejumlah besar dopamin sebagai motivasi atau dorongan untuk melakukan aktivitas tersebut dengan lebih baik di masa depan. Dopamin bisa menjadi mood booster yang luar biasa sekaligus menjadi pemberi dorongan dan motivasi. Intinya, dopamine adalah salah satu hormon yang dikeluarkan saat kita berbahagia karena suatu ‘hal’. “Hal” tersebut dapat bersifat positif atau negatif, tergantung dari individu masing-masing.
Hormon-hormon bahagia yang dilepaskan oleh otak saat kita beraktivitas normal/positif akan berbeda kadarnya dengan hormon bahagia yang dilepaskan saat mengonsumsi pornografi. Ternyata bukan hanya dopamin, dikutip dari yourbrainonporn.com seorang pecandu pornografi akan mengeluarkan 4 hormon bahagia secara berlebihan, yaitu:
- Efek Dopamin, yaitu efek ketagihan yang selalu mencari hal-hal baru yang berkaitan dengan seksual. Seorang yang memiliki penyimpangan seksual bisa terpengaruh dari efek dopamine karena kecanduan pornografi. Bahkan bisa jadi seorang yang gay terpengaruh dari efek dopamine yang sudah terlalu tinggi (mencari hal baru). Itulah parahnya hormone dopamine yang dibuat bekerja terus-menerus karena pornografi.
- Neuropiniphrin, hormon yang membuat si pecandu pornografi menjadi terbayang hal-hal yang jorok yang akan selalu menghubungkan segala sesuatu dengan seks. Hormon ini memang hormone pembentuk memori secara detail.
- Oksitosin, hormon yang menyebabkan keterikatan yang sangat mendalam. Nah, nggak mau kan kalau hormon oksitosin itu bekerja terus menerus akibat pornografi. Memang kamu mau ada ikatan batin sama pornografi?
- Serotonin, hormon ini akan keluar ketika merasa nyaman dan tenang, Jika sedang stress, orang yang kecanduan pornografi akan merasa tentram akibat hormon serotonin yang ia keluarkan saat menikmatinya.
Singkatnya, hormon dopamine (efek ketagihan), neuropiniphrin (efek terbayang-bayang), oksitosin (efek keterikatan) dan serotonin (efek rasa nyaman). Akibatnya berdampak pada aktivitas otak, yaitu kurang konsentrasi, gangguan tidur, lunglai, malas, tidak ada motivasi, cemas berlebihan, kurang percaya diri, depresi, tidak peduli dengan keadaan sekitar (antisosial), depresi, dan lain-lain.
Pecandu pornografi kronis dapat mengubah “reward circuit” pada otak secara struktural (hypothalamus dan amygdala) dan kimia (hormone dopamine).
Di Indonesia kasus pelecehan/kekerasan seksual tengah merebak, terbukti dengan banyaknya kasus-kasus yang terungkap di media. Kasus kekerasan seksual yang dialami Yuyun hingga meninggal, kasus pelecehan seksual di sekolah Internasional, kasus pelecehan seksual oleh oknum guru /penjabat pemerintah/orang terdekat bahkan orang tua. Lantas seperti inikah gambaran kesehatan masyarakat Indonesia sekarang?
Kalau sudah begitu potret masyarakat Indonesia yang beradab seolah menjadi menyedihkan dan memprihatikan. Kebanyakan kasus kejahatan seksual adalah ketidakmampuan dalam mengontrol diri dari nafsu sesaat yang menjerumuskan dan merugikan orang lain dan diri sendiri. Dari kejahatan-kejahatan tersebut akar permasalahannya adalah menjadikan hal yang tidak sewajarnya dilakukan menjadi suatu pembiasaan yang menyimpang.
Kebiasaan menonton porno, bermain video game yang berbau porno, membuka situs porno dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pornografi. Semua kebiasaan itu menjadi hal yang biasa dikonsumsi oleh para pelaku dan menganggapnya sebagai hal yang wajar.
Perlu kita tahu bahwa kesehatan reproduksi bukan semata-mata terbebas dari penyakit namun kesehatan yang melingkupi kesehatan fisik, mental dan sosial. Otak adalah pusat sistem syaraf, dalam arti yang mengatur seluruh sistem tubuh dan pemikiran makhluk hidup. Nah, masih banyak yang menyepelakan masalah ini dan bertanya-tanya, “Sampai mana sih kebiasaan mengonsumsi porno bisa merusak otak?” Dikutip dari yourbrainonporn.com kerusakan otak ini berlangsung secara bertahap tetapi serius.
Tahap awal adalah ‘sensitization’, dari rasa hanya ingin tahu setelah melihat satu kali ingin melihat yang lebih dan begitulah seterusnya (hiperreaktif). Kemudian tahap ‘desensitazion’ dimana segala sesuatu yang biasa saja selalu dibayangkan sebagai hal-hal yang porno dan lebih bersikap agresif terhadap pornografi demi memuaskan dirinya. Tahap yang serius adalah ‘hypofrontality’ dimana pada tahap ini control impuls berkurang, lesu dan mengurangi kemampuan menilai konsekuensi. Kemudian ‘Alter stress response’ yang menyebabkan' sangat tidak tahan untuk menghindari hal-hal pornografi, terutama dikala sedang stress. Karenanya, kemungkinan efek kecanduan akan meningkat.
Anak usia menuju remaja dan menuju baligh, rata-rata pada 11 tahun kemungkinan akan terserang rasa ingin tahu mengenai ‘sex”. Jangan sampai mereka mengetahui hal ini dengan cara yang salah, misalnya melalui gambar-gambar porno atau hal yang lebih parah lagi. Inilah mengapa sex education harus diberikan sejak dini.
Sebagai orang tua, berikan pendekatan diskusi pada anak tentang “sex”. Jangan sampai anak menganggap sex sebagai sesuatu yang terlarang atau kotor, berikan pendidikan sex dengan cara yang tepat, yaitu memberikan pemahaman bahwa pornografi bukanlah hal yang baik untuk mengetahui sex education.
BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), melalui programnya bersama Kementrian Kesehatan secara rutin melakukan survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dibantu oleh Badan Pusat Statistik.
Melalui kuisioner dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan reproduksi, diantaranya diskusi mengenai kesehatan reproduksi, perubahan fisik tubuh saat pubertas, pengetahuan tentang metode kontrasepsi, pendapat tentang perkawinan, pengetauan mengenai HIV/AIDS, dan pendapat tentang seks pranikah. Dari survey BKKBN terdapat gambaran bagaimana wajah kesehatan reproduksi remaja Indonesia. Ini harus menjadi acuan dan perhatian. Melalui sekolah dan keluarga seharusnya pengetahuan mengenai sex education harus menjadi perhatian. Cara penyampaiannya yang harus benar dan semoga anak-anak Indonesia terhindar dari perilaku seks menyimpang dan memahami bahwa kesehatan reproduksi dan mental bagi dirinya adalah berharga.
Baik di lingkungan keluarga juga di lingkungan sekolah berikanlah pendidikan sex dengan pemahaman sains. Beritahu resiko-resiko yang akan dihadapai dalam jangka panjang mengenai perubahan struktur otak jika mengonsumsi pornografi. Berikan pilihan lain yang membuat anak-anak memiliki kegiatan yang menyenangkan yang membuatnya ketagihan/addiktif terhadap kegiatan positif seperti olahraga, menggambar, menulis, menari dan hal-hal lain yang disukai masing-masing individu. Ketahuilah kalau sudah menjadi addictive porn, kamu akan menyesal, kamu akan kehilangan dirimu, kamu ketagihan untuk lebih mencari hal yang lebih jauh lagi. Berilah pernyataan-pernyataan menakuti itu terhadap anak. Awasi selalu anak-anak agar terhindar dari pornografi, misalnya dengan meletakkan computer di ruangan yang mudah diawasi.
Lantas bagaimana jika yang sudah terlanjur kecanduan? Hanya kamu yang dapat menghentikannya. Otakmu masih dapat diperbaiki dengan stop melakukan kebiasaan burukmu, yakin dan terus intensif melakukan kegiatan positif, berinteraksi sosial, dan mencapai ambisimu. Hormon-hormon bahagia yang diciptakan oleh otak akan membuat kehidupanmu membaik, sudah barang tentu kesehatan reproduksi dan mentalmu baik pula.
Itulah bagaimana kebiasaan yang kamu lakukan dapat mempengaruhi bentuk otakmu, sebagaimana hal ini berdampak pada kesehatan reproduksi dan mentalmu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H