Perlu kita tahu bahwa kesehatan reproduksi bukan semata-mata terbebas dari penyakit namun kesehatan yang melingkupi kesehatan fisik, mental dan sosial. Otak adalah pusat sistem syaraf, dalam arti yang mengatur seluruh sistem tubuh dan pemikiran makhluk hidup. Nah, masih banyak yang menyepelakan masalah ini dan bertanya-tanya, “Sampai mana sih kebiasaan mengonsumsi porno bisa merusak otak?” Dikutip dari yourbrainonporn.com kerusakan otak ini berlangsung secara bertahap tetapi serius.
Tahap awal adalah ‘sensitization’, dari rasa hanya ingin tahu setelah melihat satu kali ingin melihat yang lebih dan begitulah seterusnya (hiperreaktif). Kemudian tahap ‘desensitazion’ dimana segala sesuatu yang biasa saja selalu dibayangkan sebagai hal-hal yang porno dan lebih bersikap agresif terhadap pornografi demi memuaskan dirinya. Tahap yang serius adalah ‘hypofrontality’ dimana pada tahap ini control impuls berkurang, lesu dan mengurangi kemampuan menilai konsekuensi. Kemudian ‘Alter stress response’ yang menyebabkan' sangat tidak tahan untuk menghindari hal-hal pornografi, terutama dikala sedang stress. Karenanya, kemungkinan efek kecanduan akan meningkat.
Anak usia menuju remaja dan menuju baligh, rata-rata pada 11 tahun kemungkinan akan terserang rasa ingin tahu mengenai ‘sex”. Jangan sampai mereka mengetahui hal ini dengan cara yang salah, misalnya melalui gambar-gambar porno atau hal yang lebih parah lagi. Inilah mengapa sex education harus diberikan sejak dini.
Sebagai orang tua, berikan pendekatan diskusi pada anak tentang “sex”. Jangan sampai anak menganggap sex sebagai sesuatu yang terlarang atau kotor, berikan pendidikan sex dengan cara yang tepat, yaitu memberikan pemahaman bahwa pornografi bukanlah hal yang baik untuk mengetahui sex education.
BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), melalui programnya bersama Kementrian Kesehatan secara rutin melakukan survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dibantu oleh Badan Pusat Statistik.
Melalui kuisioner dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan reproduksi, diantaranya diskusi mengenai kesehatan reproduksi, perubahan fisik tubuh saat pubertas, pengetahuan tentang metode kontrasepsi, pendapat tentang perkawinan, pengetauan mengenai HIV/AIDS, dan pendapat tentang seks pranikah. Dari survey BKKBN terdapat gambaran bagaimana wajah kesehatan reproduksi remaja Indonesia. Ini harus menjadi acuan dan perhatian. Melalui sekolah dan keluarga seharusnya pengetahuan mengenai sex education harus menjadi perhatian. Cara penyampaiannya yang harus benar dan semoga anak-anak Indonesia terhindar dari perilaku seks menyimpang dan memahami bahwa kesehatan reproduksi dan mental bagi dirinya adalah berharga.
Baik di lingkungan keluarga juga di lingkungan sekolah berikanlah pendidikan sex dengan pemahaman sains. Beritahu resiko-resiko yang akan dihadapai dalam jangka panjang mengenai perubahan struktur otak jika mengonsumsi pornografi. Berikan pilihan lain yang membuat anak-anak memiliki kegiatan yang menyenangkan yang membuatnya ketagihan/addiktif terhadap kegiatan positif seperti olahraga, menggambar, menulis, menari dan hal-hal lain yang disukai masing-masing individu. Ketahuilah kalau sudah menjadi addictive porn, kamu akan menyesal, kamu akan kehilangan dirimu, kamu ketagihan untuk lebih mencari hal yang lebih jauh lagi. Berilah pernyataan-pernyataan menakuti itu terhadap anak. Awasi selalu anak-anak agar terhindar dari pornografi, misalnya dengan meletakkan computer di ruangan yang mudah diawasi.
Lantas bagaimana jika yang sudah terlanjur kecanduan? Hanya kamu yang dapat menghentikannya. Otakmu masih dapat diperbaiki dengan stop melakukan kebiasaan burukmu, yakin dan terus intensif melakukan kegiatan positif, berinteraksi sosial, dan mencapai ambisimu. Hormon-hormon bahagia yang diciptakan oleh otak akan membuat kehidupanmu membaik, sudah barang tentu kesehatan reproduksi dan mentalmu baik pula.
Itulah bagaimana kebiasaan yang kamu lakukan dapat mempengaruhi bentuk otakmu, sebagaimana hal ini berdampak pada kesehatan reproduksi dan mentalmu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H