Mohon tunggu...
Yunis Saja
Yunis Saja Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Melihat setiap kesempatan dan yakin bahwa itu akan bisa mengantarkan pada keberhasilan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

- Catatan Kecil Pasca Konferensi Intelektual Muslimah untuk Bangsa-

26 Juni 2012   04:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:31 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Intelektual, entitas pilihan dan harapan. Di tanganmu perubahan dan kebangkitan digantungkan. Idealismemu adalah tekad. Gelora semangatmu adalah kekuatan.

Intelektualitasmu adalah cahaya penerang gerak umat.

- catatan kecil pasca Konferensi Intelektual Muslimah untuk Bangsa-

Pada tanggal 20 Mei 2012 kemarin dimana bertepatan dengan hari kebangkitan nasional sebuah acara besar diselenggarakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia. Acara yang bertajuk “Konferensi Intelektual Muslimah untuk Bangsa. Khilafah : Jalan Baru Melahirkan Generasi Cemerlang” ini dihadiri oleh ± 2500 orang intelektual penggerak dari kalangan pakar, dosen, dan aktifis mahasiswa dari kampus-kampus nasional. Terdapat juga tokoh intelektual dari luar negri. Karya akbar Konferensi Intelektual Muslimah untuk Bangsa (KIMB) telah mengamanahkan untuk membangkitkan para intelektual (pakar, dosen, dan aktifis mahasiswa) agar menyelamatkan generasi dari bahaya sistem kapitalisme dan mengambil serta memperjuangkan sistem Islam (khilafah) sebagai sistem yang menyelamatkan dan melahirkan generasi baru  yang cemerlang.

Disadari atau tidak, dampak diterapkannya system kapitalis sudah mencapai level puncak. Kerusakan meliputi supra system (ekonomi dan politik ) dan sub system sub system yang ada, contohnya, pergaulan, pendidikan dan lainnya. Kerusakan - kerusakan sub sub system tersebut tidak hanya berputar pada sub system tersebut saja. Namun berputar pada rusakknya tatanan kehidupan bermasyarakat. Jika tatanan kehidupan bermasyarakat rusak maka otomatis generasi yang muncul darinya juga akan rusak. Disisnalah titik focus yang dibahas dalam KIMB yang diselenggarakan di Graha Sabha Widya,yaitu rusaknya generasi akibat penerapan sub sub system yang salah akibat penerapan system kapitalis, salah satunya adalah sub system penddikan.

Tak dapat dipungkiri, generasi adalah ujung tombak actor kebangkitan sebuah bangsa. Kualitas generasi yang rusak hanya akan membawa peradaban dan nasib bangsanya terus berada dalam kemerosotan dan keterjajahan. Butuh langkah bersama khususnya dari intelektual dan aktifis mahasiswa yang berada di garda terdepan bagi perubahan negeri ini untuk menyelamatkan generasi. Maka dari sinilah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia mengumpulkan actor-aktor penggeraka darikalangan pakar, dosen dan aktivis mahasiswa.

Acara Konferensi Intelektual Muslimah untuk Bangsa ini disajikan dengan menarik berupa intellectual speech dari para pakar. Di sela-sela intellectual speech ditampilkan teatrikal yang begitu menggugah yang menggambarkan intelektual pragmatis saat ini. Peserta semakin mendapatkan gambaran tentang betapa bahayanya jika intelektual terus dibiarkan dalam kubangan kepragmatisan. Yang berstatus sebagai mahasiswa hanya sibuk dengan kuliahnya untuk mendapatkan IPK bagus agar selepas kuliah mendapat jaminan pekerjaan, menjadi aktifis hanya ingin menambah pengalaman atau mengisi waktu luang dan hanya mencukupkan diri pada aktifitas-aktifitas sosial, hingga malas untuk membicarakan persoalan umat karena dianggap berat. Yang berstatus sebagai dosen hanya sibuk menyelesaikan hal-hal teknis administrasi untuk akreditasi guna menambah gaji, sibuk proyek dan penelitian sana-sini hingga memberi kuliah dengan apa adanya tidak peduli anak didik paham atau tidak dan tidak menyadarkan potensi anak didiknya untuk berkiprah sebagai agen perubah. Semua ini akibat pragmatisme yang dihasilkan dari sistem pendidikan dan sistem negara yang sangat  kapitalistik.

Selain itu juga ada testimony dari kalangan dosen dan aktivis mahasiswa. Dari testimony yang disajikan jelas sangat terlihat bahwasanya virus masalah akibat penerapan system kapitalisme ini benar-benar sudah menyerang dan menghancurkan jati diri seorang dosen dan aktivis mahasiswa.

Annisa aktifis FRM Universitas Indonesia mengungkapkan fakta matinya pergerakan mahasiswa saat ini akibat pengaruh dari penerapan sistem politik demokrasi yang memberikan kebebasan tanpa batas bagi siapa saja untuk berperilaku. Maka tak heran budaya hedonis, materialistis, apatis menjangkiti generasi muda harapan bangsa ini karena mereka lebih senang having fun daripada memikirkan permahasalahan umat. Aktifis dari Universitas palangka Raya pun menceritakan kesedihannya akan matinya peran mahasiswa yang kritis dan idealis karena sikap pragmatis yang begitu mendarah daging. Kejahatan sistem ekonomi kapitalisme yang mengangkut ribuan ton batu bara dan sumber daya alam di daerahnya tidak ada yang memedulikannya. Mahasiswanya hanya sibuk dengan urusan kuliah masing-masing, tak peduli penjarahan yang penjajahan yang terjadi di negaranya. Akan tetapi ditengah-tengah kondisi buruk yang terjadi masih ada secercah harapan bagi para pemuda permata umat yang memiliki kepedulian untuk bangkit dan membangkitkan negerinya dengan membawa misi dan visi perubahan yang jelas, ideologis, dan tidak pragmatis.

Testimony DR. dr. Zunilda Sp.FK, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan DR. Ni’matuz zahro, dosen Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga menjawab dan mengajak kepada seluruh peserta konferensi untuk bersama-sama dengan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia turut memperjuangkan terbentuknya “khair ummah”. Testimony dari para intelektual ini pun disambut dengan takbir oleh peserta yang ikut tersemangati dan merasakan bahwa perjuangan ini adalah perjuangan bersama, yang sinergis antara para pakar dan dosen dengan mahasiswanya. Dan intellectual speech yang terakhir dari DR. Nazreen Nawaz menjawab tentang point terpenting apa yang harus diperjuangkan oleh para pakar, dosen, aktivis mahasiswa dan para penggerak masyarakat lainnya. Perjuangan itu adalah KHILAFAH. Khilafah  sebagai jalan baru perjuangan intelektual tidak hanya pada sekup Indonesia tapi diperjuangkan di seluruh dunia. subhanallah…

Sungguh peserta dibuat takjub akan acara tersebut. Rangkaian acara KIMB yang mereka ikuti benar-benar sudah membuka mata mereka. Para peserta rombongan bis 4 misalnya. Pada perjalanan pulang,pemimpin rombongan di bis 4 meminta para peserta untuk testimony tentang apa yang mereka rasakan saat sebelum KIMB, saat acara KIMB dan pasca acara KIMB. Di luar dugaan, peserta rombongan bis 4 antusias sekali menyampaikan testimoninya. Diantaranya peserta yang bernaman Dini mahasiswi dari teknik mesin. Awal dia ikut KIMb karena diajak oleh seniornya, dia menganggap yang penting bisa ikut dulu, bisa ke UI dan menambah pengalaman. Namun subhanallah, pikirannya berbalik setelah ikut KIMB. Justru dia menyeru kepada teman-temannya bahwa kita harus berjuan untuk merubah kondisis sekarang ini, dan yang harus diperjuangkan adalah khilafah itu sendiri. Padahal sebelumnya dia tidak pernah mengerti apaitu khilafah. Gema takbir menggema memenuhi ruangan bis. Semangat dan doa terus dipanjatkan agar peserta di bis 4 bisa bersama-sama memperjuangkan khilafah.

Ada juga peserta dari IAIN Mataran, Cindy. Dia mengatakan sesungguhnya berat bagi mereka untuk dating ke Jakarta. Namun dengan kondisi keuangan yang pas-pasan mereka meyakinkan diri mereka bahwa mereka harus dating ke Jakarta, mengikuti KIMB dengan sungguh-sungguh dan nantinya akan menyampaikan hasil KIMB kepada teman-teman di Mataram. Subhanallah, meskipun dalam perjalanan mereka banyak terkendala namun pertolongan Allah selalu dating untuk memberi kemudahan pada mereka hingga tiba di Jakarta. Mereka juga sangat terharu pada teman-teman di bis 4 yang sebelumnya tidak pernah ketemu namun sambutan pada mereka sungguh hangat seperti saudara sendiri. Dia yakin hal ini terjadi karena yang mengikat diantara peserta bis 4 bukanlah suatu kepentingan dunia, tetapi ikatankeimanan mereka.

Testimoni berikutnya mengatakan bahwasanya yang namanya perjuanagn pasti tidak selalu berjalan smooth. Rasulullah saja yang seorang rasul mengalami penyiksaan yang begitu berat apalagi kita. Maka dari situ seharusnya kita yakin bahwasanya perjuangan ini adalah perjuangan yang benar. Maka sebagai seorang muslim yang menyadari konsekuensi keimanan kita maka kita harus mengambil perjuangan tersebut.

Itulah sedikit catatan tentang KIMB yang benar-benar menggambarkan, menghimbau dan menyeru para intelketual penggerak masyarakat untuk turut serta dalam perjuanagn penegakkan syariah dan khilafah. Karena itu adalah satu-satunya point perjuangan terpenting saat ini. Sudah saatnya kita buktikan keimanan kepada Allah dengan mengerahkan segenanap kemampuan juwa dan raga dalam arus perjuangan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun